MENU

Where the world comes to study the Bible

9. Masa depan yang cemerlang: “Menuju kemana semua ini?”

Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku …Aku yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana (Yesaya 46:10)

Renungkan: “Dia Akan Mengenyahkan Semua Tangisan”

Sekarang kita sampai pada pelajaran terakhir dari seri ini yaitu pelajaran mengenai masa akhir. Dalam setiap bagian dari teologi ada perbedaan pendapat diantara orang percaya hanya karena kurangnya pengertian atau Alkitab sendiri tidak jelas membicarakannya (e.g., 1 Cor 15:29). Ini merupakan pelajaran mengenai masa akhir. Pasti ada kesepakatan diantara orang Kristen dan kita akan mencoba sebaik mungkin untuk mempelajarinya. Sebenarnya kita akan mulai dari hal itu.

    Hal yang Disepakati

      1. Baca Kisah 1:11. Apa yang diajarkan Alkitab tentang kedatangan Yesus yang kedua kali? Lihat juga Matius 24:30, 44, 50; 25:31; Markus 13:32-33; 1 Tesalonika 5:2; 1 Petrus 4:7; Wahyu 22:12. PERHATIKAN: Fakta bahwa kedatanganNya bisa kapan saja, tidak berarti secepatnya. Jika anda tidak mengerti hal ini, tolong ambil waktu untuk memikirkannya lebih lanjut. Terdapat perbedaan besar antara keduanya!!
      2. Apa tanggung jawab kita terhadap kedatangan Kristus yang kedua kali? Lihat Filipi 3:20 dan Wahyu 22:21.
      3. Menurut Yohanes apa yang akan terjadi akhirnya ketika Yesus datang kembali? Baca Yohanes 5:28-29.
      4. Apa yang kemudian akan terjadi waktu kedatangan Kristus kedua kali dan kebangkitan semua orang? Lihat Matius 25:31-46.
      4. Apa yang menjadi akhir dari orang jahat dan benar menurut Matius 25:46, 2 Tesalonika 1:8-9, dan Wahyu 20:11-15.
      5. Baca Matius 5:22 (18:9); 8:12; 13:42; 22:13; Lukas 16:23; Yudas 7, 13. Bagaimana Alkitab menggambarkan neraka?
      6. Baca Ibrani 11:10, 16; 12:22-25; 2 Petrus 3:13; Wahyu 7:13-17; 21:1-22:21; 2 Korintus 5:1-10. Apa yang diajarkan bagian ini mengenai surga dan tubuh kebangkitan kita? Lihat juga pelajaran “keselamatan yang luar biasa” dimana kita membicarakan tentang kebangkitan tubuh.
      7. Kesimpulannya, Alkitab mengajarkan dan juga kebanyakan orang Kristen dalam sejarah gereja percaya bahwa Kristus akan kembali dalam bentuk tubuh, bisa dilihat, dan dengan tiba-tiba didunia, setelah itu ada kebangkitan dan penghakiman. Orang jahat akan dipisahkan selamanya dari Tuhan kedalam neraka dan orang benar, didalam tubuh yang dimuliakan, akan menerima hidup kekal disurga dan bumi baru.

    Hal yang Berbeda

Ada juga hal yang berbeda. Ini umumnya: (1) keadaan dan waktu pengangkatan; (2) nature dan jangka waktu kerajaan seribu tahun dalam Wahyu 20; (3) nature, waktu, dan rentang periode tribulasi; dan (4) peran bangsa Israel dalam masa akhir dan dalam kerajaan seribu tahun.

      1. Kata pengangkatan dalam 1 Tesalonika 4:16 berarti “memegang,” “menarik” atau “merenggut.” Cf. 1 Korintus 15:50-53. Walaupun beberapa teolog menolak bahwa 1 Thess 4:16 mengajarkan suatu “pengangkatan”umum dari orang suci, ini tidak menjadi pengertian terbaik dan konsisten dari bagian ini. Pertanyaan terbesar bagi kebanyakan orang bukanlah fakta pengangkatan dalam bagian ini, tapi waktunya “kapan ini akan terjadi?” Ada beberapa posisi mengenai hal ini, kita tidak mungkin mendaftar semua ayat dan pendapat yang digunakan orang dalam mendukung pandangan mereka. Berikut ini adalah posisi yang paling bisa dipegang: (1) pengangkatan muncul sebelum periode pergolakan besar, dimana dalam skema ini, akan berakhir dalam 7 tahun; (2) pengangkatan muncul selama pergolakan besar( yaitu ditengah-tengah), dan (3) pengangkatan muncul setelah pergolakan besar. Dalam kasus ini, seseorang tidak bisa memastikan secara mutlak karena tidak ada tulisan yang secara jelas menunjukan hal ini.
      2. Baca Wahyu 20:1-7. Pertanyaan besar yang melingkupi arti dari bagian ini adalah apakah “1000 tahun” harus dianggap secara literal atau tidak demikian dan berapa lama waktunya (yaitu kerajaan seribu tahun) berkaitan dengan kedatangan kedua kali.. jawaban dari premillennial adalah 1000 tahun merupakan tahun yang literal dan Kristus akan kembali sebelum periode itu mulai. Tentu saja, pada kedatanganNya Dia akan berkuasa dalam 1000 tahun pemerintahanNya, untuk memenuhi, sebagai contoh, bagian seperti Mazmur 2. beberapa premillennialists, mempertahankan struktur dasar kedatangan Kristus setelah kerajaan seribu tahun, mengatakan bahwa 1000 tahun mungkin tidak secara literal 1000 tahun, tapi hanya suatu petunjuk akan jangka waktu yang sangat panjang. Amillennialists tidak menganggap 1000 tahun secara literal, tapi sebagai simbol yang menunjuk pada periode antara pengangkatan dan pengiriman Roh Kudus saat Pentakosta. Postmillennialists juga tidak secara literal, tapi mengatakan bahwa “periode seribu tahun” yang mulia akan dilalui dengan kothbah-kothbah gereja tentang injil, dan pada akhirnya Tuhan akan datang. Untuk mereka kata 1000 tahun hanya menunjuk pada kualitas waktu dan hanya sedikit kearah jangka waktu.
      3. Baca Matius 24:21-22; Wahyu 2:22, dan 7:14. Terlihat dalam bagian ini bahwa Alkitab berbicara mengenai suatu periode penghakiman yang dialami seluruh dunia (cf. Rev 3:10). Periode waktu ini disebut sebagai Pergolakan Besar. Teolog Dispensational sering mengatakan bahwa periode ini memenuhi minggu ke 17 dari Daniel (Daniel 9:25-27) dan harus ditempatkan sebelum kedatangan Kristus yang secara literal dikatakan 1000 tahun kerajaan dibumi. Lebih jauh, mereka mengatakan bahwa itu akan berakhir dalam 7 tahun, tapi gereja akan dianggat sebelumnya. Baik amillennialists dan postmillennialists,sebaliknya menempatkan pergolakan besar pada akhir masa gereja sebelum kedatangan Kristus dan sering diasosiasikan dengan perang antara Tuhan dan Magog dalam Wahyu 20:8-9. Ada beberapa yang beranggapan bahwa pergolakan besar (thlipsis megale„) hanya menunjuk pada pergolakan yang dialami orang suci dalam seluruh sejarah gereja. Dalam terang perkataan Yesus di Matius 24:21, bagaimanapun bagi penulis, posisi terakhir ini sangat tidak mungkin.
      4. Kita sampai pada masalah terakhir yang diperdebatkan, yaitu peran bangsa Israel dimasa depan. Baca Roma 11:1-32. Pada akhirnya ada 3 baris argumen mengenai masalah ini. Pertama, ada teolog dalam Dispensationalism yang menyatakan bahwa janji yang dibuat dengan bangsa Israel tidak sepenuhnya terpenuhi, tapi mereka akan dipenuhi dalam 1000 tahun pemerintahan Kristus didunia. Sebaliknya, ada teolog amillennial yang menolak adanya peran bangsa Israel dimasa depan. Sebagian besar ada dalam terang ketidaktaatan mereka dalam menyalibkan Kristus, dia sudah digantikan oleh gereja. Ada beberapa orang, terutama teolog covenant premil, yang beranggapan bahwa bangsa Israel memiliki peran dalam masa depan dan pada masa akhir orang Yahudi akan bertobat.. Salah satu pertanyaan kunci yang dikatakan Paulus dalam Roma 11:26 bahwa “semua Israel” akan diselamatkan, menunjuk pada orang Yahudi atau bangsa Israel?

Renungkan: Apa Arti Hal Ini Buat Hidup Saya?

    Harapan Besar Kita

Gambarkan apa artinya bagi anda bahwa Tuhan mengatur dunia dan membawanya kepada kesempurnaan. Kita mengetahui bahwa Kristus bisa datang kapan saja, tapi ini tidak berarti dia akan datang sekarang atau secepatnya. Ini merupakan kesalahan besar dan sering membuat orang Kristen menjadi kurang sehat dalam berurusan dengan dunia. Masalahnya adalah, bagaimana kita menyeimbangkan fakta bahwa Dia bisa datang kapan saja dengan nasihat Alkitab untuk bijaksana dan membuat rencana yang bijaksana untuk masa depan? PERHATIKAN: jangan lupa, bahwa walaupun dunia ini sudah jatuh dan seperti yang dikatakan Yohanes dibawah kuasa iblis, tetap merupakan dunia milik Tuhan dan kita bertindak dengan bertanggung jawab dalamnya. Kita tidak mencari cara rencana meloloskan diri.

    Perbedaan Antara Orang Kristen Menyangkut Masa Akhir

Bagaimana anda berurusan dengan orang Kristen lain yang berbeda dengan anda mengenai masalah interpretasi terbaik dari akhir jaman? Apakah membawa kebaikan melemparkan hinaan dan mempertanyakan motivasi seseorang? Apakah ini memuliakan Kristus? Saya menanyakan hal ini karena sering terjadi—khususnya dalam masalah ini—banyak pertentangan diantara orang percaya. Baiklah kita sekarang mendengarkan orang lain, menimbang secara seksama apa yang mereka katakan, murah hati menawarkan versi anda, dan mendorong kesatuan diatas segalanya.

Related Topics: Eschatology (Things to Come), Basics for Christians

1. Bisakah Dua Orang Hidup Bersama?

Sue baru saja kembali dari bulan madu, tapi sekarang dia berada disini, menuangkan cerita menyedihkannya. Pernikahannya tidak seperti yang diharapkan. Semarak pacaran waktu lalu sudah memudar. Perhatian Bob berubah menjadi tuntutan yang tidak masuk akal dan kritik, dan dia merasa kepahitan muncul dalam hatinya. Saya tidak terkejut mendengar pernikahan lainnya juga ada dalam masalah, tapi….secepat itu?

Walau cepatnya masalah Bob dan Sue merupakan pengecualian, kenyataannya sangat mirip. Mari kita hadapi hal ini—institusi pernikahan mengalami masa sulit. Psikiatris, psikolog, dan sosiolog mengajarkan kita bahwa fondasi keluarga yang baik sudah hancur, dan seluruh institusi terancam hancur. Statistik kelihatannya menunjukan hal ini. Di tahun 1900 satu dari 12 pernikahan berakhir dengan perceraian. Di tahun 1922 jumlah meningkat menjadi satu dari 8. Sekarang sekitar satu dari 3 pernikahan berakhir dengan perceraian! Karena kebanyakan pernikahan menghasilkan luka yang mempengaruhi generasi berikutnya, prospeknya lebih suram dimasa depan.

Ada lagi. Laporan sensus menunjukan jumlah menakutkan dari suami dan istri yang hidup terpisah. Menambah laporan ini, ribuan pasangan yang hidup bersama tapi secara roh terpisah, dan pandangannya semakin kabur. Kadang keluarga ini mengakui ada pertengkaran, dan kadang terjadi gencatan senjata—suami pergi menurut jalannya dan istrinya kejalan lain, dan tidak pernah bertemu! Mereka tetap menikah untuk anak mereka atau untuk reputasi, tapi tidak menikmati berkat dari surga dan merasakan neraka dibumi.

Setelah menginterview 2.000 pasangan menikah, seorang konselor pernikahan yang dikenal melaporkan kalau sekitar 70 persen wanita dan 60 persen pria tidak mau menikah lagi dengan pasangan yang sama jika tidak mereka tidak mau menikah sama sekali! Sebagai seorang pastor, saya bisa mengatakan bahwa keluarga Kristen tidak terbebas dari hal ini. Kita mendengar ketidaksetiaan pernikahan diantara orang Kristen, atau kesakitan dan kepahitan antar pasangan, kemarahan yang tercurah, saat-saat tidak saling bicara, kritik dan kasih sayang yang menurun. Semua ini merupakan gejala keluarga sakit. Mereka merupakan iklan buruk dari kedamaian, tujuan, kuasa yang Yesus tawarkan. Untuk Kristus, juga untuk kita, kita perlu memberikan perhatian serius bagi pernikahan.

Apa yang menyebabkan kehancuran keluarga? Sosiolog mengusulkan beberapa alasan:

(1) Mobilitas. Satu dari 3 keluarga dimana suami dibawa 35 berpindah tiap tahun. Ini cenderung melahirkan ketidakamanan dan ketidakstabilan.

(2) Manusia semakin tidak dipandang semestinya dalam masyarakat yang sudah terkomputerisasi. Kesepian, tidak ada tujuan, frustrasi, dan mengasihani diri yang jelas tidak kondusif bagi pernikahan yang berhasil.

(3) Revolusi Seks. Seks sebelum dan diluar pernikahan merupakan salah satu kekuatan yang menghancurkan pernikahan sekarang ini.

(4) Kekayaan. Budaya materialistic kita menghilangkan hubungan antar pribadi yang dibutuhkan bagi keluarga bahagia.

(5) Meningkatnya kelonggaran dalam mendidik anak. Kita menghasilkan generasi yang tidak disiplin yang kurang diperlengkapi bagi pernikahan yang berhasil.

(6) Radio dan TV. Gambaran kasih yang dangkal dan kekerasan membuat kehidupan keluarga menjadi sulit.

Serangan bertubi-tubi atas keluarga ini bukanlah kejutan. Alkitab mengajarkan kalau pernikahan merupakan institusi ilahi. Kenyataannya, ini merupakan institusi pertama yang didirikan Tuhan. Dia melihatnya sebagai elemen penting dalam mencapai tujuanNya bagi umat manusia. Untuk alasan ini iblis pasti menyerangnya. Bagaimanapun, serangannya tidak perlu berhasil. Tuhan meneguhkan pernikahan untuk dibuat berhasil!

Keluarga anda bisa menjadi keluarga Kristen yang bahagia jika anda belajar dan mempraktekan prinsip pernikahan. Saya percaya setiap suami dan istri yang normal bisa menikmati pernikahan yang bahagia jika mereka belajar apa yang diajarkan Alkitab dan melakukannya. Setiap hal penting untuk membangun keluarga yang berhasil ditemukan dalam Alkitab. Prinsip Alkitab ini akan menjadi sangat bernilai hanya jika keduanya memperlajarinya dan meminta kuasa Tuhan untuk bisa mentaatinya. Bahkan jika hanya salah satu saja yang taat, ada perkembangan yang luar biasa dalam pernikahan, dan ketaatannya tidak percuma! Jika keduanya melakukannya, keluarga mereka bisa merasakan sedikit rasanya surga.

Di hari Natal, 6 bulan sebelum menikah, tunangan saya memberikan Alkitab baru yang dituliskan ayat dari PL: “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”1 Ini awalnya diucapkan Tuhan pada bangsa Israel, tapi juga mengandung pesan untuk setiap pasangan yang ingin menikmati pernikahan yang berhasil pada masa ini. Keduanya harus setuju melakukan bagiannya dihadapan Tuhan. Anda mungkin bisa berjalan bersama sepanjang waktu sebelum kembali pada Yesus Kristus! Bergandeng tangan dengan pasangan anda dan berkata, “dengan pertolongan Kristus aku ingin membuat pernikahan ini dan keluarga ini memuliakan Tuhan.”

Hati saya memikirkan tentang orang Kristen yang menikah dengan orang tidak percaya. Mereka tidak akan bisa sepenuhnya setuju, karena salah satunya ada Kristus dan yang lainnya tidak. Kadang orang Kristen bisa ada dalam keadaan ini karena mereka percaya Kristus setelah mereka menikah. Jika mereka dengan setia taat pada petunjuk Tuhan akan pernikahan, mereka bisa membimbing pasangannya kepada Juruselamat.

Tapi kata-kata peringatan diperlukan agar orang Kristen bisa memikirkan dengan sungguh akan pernikahan. Sangat bodoh bagi orang percaya yang dengan sadar dan mau menikah dengan orang tidak percaya. Firman Tuhan jelas melarang itu, dan orang Kristen yang tidak taat tidak bisa mengharapkan berkat dalam pernikahannya. Rasul Paulus menekankah para janda jika mereka menikah kembali, “harus dalam Tuhan.”2 Paulus juga memberikan perintah yang spesifik, didalamnya hubungan pernikahan: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”3 Paulus menggambarkan dari PL tentang larangan menyatukan dua binatang berbeda seperti lembu jantan dan keledai.4 Karena binatang itu tidak sesuai, menyatukan mereka sesuatu yang tidak adil. Untuk alasan yang sama kita juga tidak boleh.

Apakah anda memperhatikan kata dalam bagian ini untuk menggambarkan ketidakcocokan penyatuan itu?

(1) Tidak bisa ada persekutuan. Persekutuan berarti saling berbagi dan berpartisipasi. Orang yang sudah diampuni dan belum tidak sama; mereka tidak bisa saling berbagi dalam hubungan seperti itu dan bahagia.

(2) Tidak bisa dipersatukan. Kata ini menunjuk pada hubungan yang dekat, atau interaksi yang intim. Itu biasanya diterjemahkan “persekutuan” tapi lebih pribadi, melibatkan saling berbagi diri. Hubungan intim apa yang bisa dilakukan terang dan gelap? Mereka tidak bisa bersatu; mereka tidak sama. Demikian juga dengan orang percaya dan tidak, tidak peduli perasaan mereka sebelum menikah! Orang percaya “penuh terang” sementara yang tidak “penuh kegelapan.”5 Mereka tidak bisa bersatu!

(3) Tidak bisa ada kecocokan. Dari kata ini, arti literalnya, “menggabungkan suara bersama,” dalam bahasa Inggris “symphony.” Pasangan yang milik Kristus dan yang bukan tidak bisa bermain musik dengan indah bersama-sama. Mereka mungkin merasa bisa, tapi Tuhan berkata, mereka akan menghasilkan ketidakselarasan dan bunyi sumbang!

(4) Tidak ada bagian. Ini menunjuk pada pembagian yang disetujui bersama. Potensi persetujuan penuh dan keselarasan penuh tidak ada diantara orang percaya dan tidak, maka itu tidak adil jika keduanya disatukan.

Jika anda memikirkan untuk menikah dengan orang tidak percaya, berhenti dan pikir lagi bersama saya. Anda akan tidak adil dengan orang yang anda nikahi. Anda ingin pasangan anda berpikir kalau hati anda seluruhnya miliknya, tapi tidak begitu. Anda membagikan kasih anda dengan Kristus! Dalam pernikahan Kristen, berbagi ini membawa suami dan istri semakin dekat, tapi tidak dalam pernikahan campur! Kasih anda pada Kristus dan kasih anda pada pasangan yang belum percaya akan bertentangan, menghasilkan perselisihan dan pertengkaran. Anda bahkan seharusnya tidak mempertimbangkan pilihan ini. Penyesuaian dalam pernikahan sudah sulit tanpa hal ini.

Anda juga tidak adil terhadap diri sendiri. Pernikahan campur dilarang diseluruh Alkitab, dalam PL juga PB.6 Tuhan berkata bahwa orang tidak percaya bisa menjauhkan hati orang percaya dari Tuhan. Jika itu terjadi, Tuhan harus mengembalikan anda kepada kebahagiaan dan persekutuan denganNya. Anda mungkin menjalankan ujian demi ujian sampai anda menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan dan pasangan anda tidak akan senang dengan hal itu!

Akhirnya, anda tidak adil dengan Tuhan. Dia mengirim anakNya ke Kalvary untuk mati bagi dosa anda sehingga Dia bisa memiliki anda.7 Memberikan diri anda pada seorang yang bukan milik Kristus, tidak adil bagi Tuhan yang menyelamatkan anda. Tuhan membangun pernikahan Kristen seindah gambaran antara Kristus dan gerejaNya. Semakin baik gambaran pernikahan anda, semakin baik kesaksian Kristen dalam dunia terhilang ini. Karena pernikahan dengan orang tidak percaya menghancurkan gambaran ilahi itu, anda akan menghancurkan kesaksian anda kalau anda masuk kedalamnya. Ini sangat tidak adil bagi Tuhan.

Mungkin anda berkat, “tapi aku akan membawanya pada Tuhan setelah menikah.” Tuhan tidak pernah ingin pernikahan menjadi ladang misi! Kadang pasangan tidak percaya dimenangkan bagi Kristus, dan halangan yang begitu besar melawan anda. Ketegangan yang dihasilkan karena ketidaktaatan anda pada perintah Tuhan bukan suatu penginjilan yang baik. Kenapa tidak melakukan caraNya? Minta Tuhan membimbing anda kepasangan pilihan Tuhan. Anda tidak akan menyesal!

Jika nasihat ini sudah terlambat, dan anda sudah melakukan kesalahan itu, jangan putus asa. Tuhan adalah Bapa yang pemaaf. Akui ketidaktaatan anda padaNya, dan taat seterusnya. Dia akan menunjukan kepada anda bagaimana meningkatkan hubungan pernikahan anda, dan anda bisa menjadi sejumlah kecil orang yang bisa membawa pasangannya kepada Juruselamat.

Satu hal yang sangat jelas. Tuhan Yesus Kristus merupakan kunci pernikahan yang berhasil. Tidak ada kesempatan membuat pernikahan anda berhasil diluar Dia. Jika anda tidak pasti mengenai kondisi kerohanian anda, mungkin andalah yang bertanggung jawab atas ketegangan dan pergolakan dari pasangan yang tidak sepadan. Sekarang waktunya memperbaiki situasi.

Ini masalah yang lebih dari sekedar pengetahuan tentang Kekristenan. Ini masalah hubungan dengan Tuhan Yesus sendiri. Kita pertama kali harus mengakui dosa dan ketidaklayakan dihadapan Tuhan yang kudus.8 Kita mengakui bahwa Kristus telah mati menggantikan kita, membayar dosa kita.9 Kita meletakan kepercayaan kita dalam Kristus dan menerimanya sebagai Juruselamat. Dia kemudian akan memberikan anugrah keselamatan kekal.10 Jika anda belum membuat keputusan ini, kenapa tidak sekarang? Beri kesempatan pernikahan anda untuk sukses! Terima Kristus sebagai Juruselamat pribadi anda!


1 Amos 3:3, King James Version.

2 l Corinthians 7:39, KJV.

3 2 Corinthians 6:14, 15, KJV.

4 Ulangan 22:10.

5 Ephesians 5:8, The Living Bible. All quotations from TLB are by permission of Tyndale House Publishers.

6 E.g. Ulangan 7:3, 4.

7 Titus 2:14.

8 Roma 3:23; Isaiah 64:6.

9 Roma 5:8; 1 Peter 2:24.

10 Roma 6:23; Acts 16:31; John 1:12; 1 John 5:11-13.

Related Topics: Marriage

2. Mereka Akan Menjadi Satu

Pernikahan merupakan institusi ilahi yang didirikan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia. Tapi kita merasa itu merupakan fenomena yang paling membingungkan! Disatu sisi ada banyak orang yang tidak sabar masuk kedalamnya, sementara ada orang dengan jumlah yang sama ingin keluar dari situ! Ada apa sebenarnya? Satu-satunya cara untuk mengetahu adalah memulai dari awal, dengan kisah penciptaan dipasal pertama kitab Kejadian.

Saat kita membaca cerita ini, kita mempelajari bahwa setiap hal yang Tuhan buat adalah baik. Tuhan 7 kali melihat bahwa apa yang diciptakan merupakan hal yang sangat baik.1 Tapi kita kemudian membaca, “TUHAN Allah berfirman: Tidak baik,…” Apa yang tidak baik? “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja!”2 Bukankah Adam tidak benar-benar sendirian? Dia memiliki semua binatang, beberapa dari mereka dikenal sebagai teman terbaik manusia! Tapi semua binatang itu hanyalah mahluk hidup, sedangkan Adam memiliki nafas kehidupan.3 Dia pasti tidak memiliki satu jiwa dengan mereka. Tuhan mengetahui kalau Adam sendiri dan dia membutuhkan teman.4

Kesepian merupakan hal yang tidak enak; rasanya kosong, tidak lengkap, kurang persekutuan, kurang hubungan pribadi. Kesepian adalah kekurangan kesempatan membagikan diri anda dengan seseorang yang mengerti—seseorang yang bisa menikmati hubungan bersama anda dan bisa anda percaya. Itulah kondisi Adam saat Tuhan pertama kali menciptakannya. Walau hal pertama dan yang terpenting bagi Adam adalah Tuhan, tapi Tuhan berkata kalau dia membutuhkan pasangan.

Apakah ini berarti manusia tanpa istri kurang lengkap? Ya, kecuali dia diberikan karunia untuk membujang! Alkitab mengajarkan bahwa membujang merupakan karunia istimewa dari Tuhan dimana status single mengijinkan dia lebih efektif dalam pelayanan Yesus Kristus.5

Secara umum, tidak baik bagi pria untuk sendiri. “Aku akan membuat baginya seorang penolong” kata Tuhan. Kata penolong datang dari 2 kata Ibrani yang berarti “suatu pertolongan” dan “setujua dengan dia” Wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sesuai dengan pria, sepadan dengannya secara rohani, mental, emosi, dan fisik. Wanita merupakan pelengkap, menyediakan apa yang tidak dimiliki pria dan memenuhi potensi pria.

Jadi Tuhan melakukan anesthetic dan bedah pertama. Dia mengambil tulang rusuk dari pria dan dari situ dia menciptakan wanita.6 Walau dia menciptakan pria dari debu, dia membuat wanita dari pria. Wanita bagian dari pria. Jadi, wanita punya bagian pria, dan pria tidak lengkap sampai dia mendapatkan bagiannya kembali dalam pribadi seorang istri. Perhatikan bagian apa yang Tuhan gunakan—tulang rusuk. Agustinus menulis, “Jika Tuhan bermaksud membuat wanita berkuasa atas pria, Dia akan membuat wanita dari kepala Adam. Jika Tuhan bermaksud menjadikannya budak, Dia akan membuatnya dari kaki Adam. Tapi Tuhan membuat wanita dari sisi pria, karena dia ingin wanita jadi penolong dan sepadan dengan pria.” Istri adalah partner pria—bukan properti!

Mungkin terlihat merendahkan kalau wanita dibuat untuk menjadi penolong pria, tapi perannya sebenarnya memuliakan dia, karena pria tidak lengkap tanpanya! Setiap pihak saling membutuhkan. Itu merupakan hari bahagia saat Tuhan memberikan pasangan pertama. Pria langsung mengenali istrinya sebagai bagian dari dia, dan dia memberikan wanita bentuk feminism dari namanya, woman.7

Kalimat berikut dalam ceritan ini diucapkan oleh Tuhan sendiri, dan Kristus menyatakannya sekali lagi kemudian. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”8 Sejak saat itu, institusi ilahi perkawinan dibangun. Apakah anda memperhatikan kata-kata ibu dan bapak? Sangat menarik bahwa Tuhan membedakan dipermulaan umat manusia. Mertua, yang berlanjut menjadi sumber perselisihan pernikahan yang terbesar, hal ini bisa diatasi jika suami dan istri meninggalkan ibu dan bapaknya, seperti perintah Tuhan, dan memenuhi tanggung jawab utama pada pasangan mereka dalam pernikahan.

Kata bersatu menunjukan nature ikatan pernikahan yang Tuhan inginkan. Pemikirannya adalah sang pria menempelkan dirinya kepada istri. Saat dua objek dilem jadi satu mereka jadi satu objek. Saat dua orang dilem bersama mereka juga menjadi satu. Tuhan berkata, “dan mereka akan menjadi satu daging.” Walau kata satu daging menunjuk pada persatuan seks, artinya lebih dari itu. Saat Tuhan membuat pria dan wanita bersama, Dia menyatukan mereka dalam ikatan yang unik dan mendasar secara biologis dan rohani yang mencapai jiwa mereka yang paling dalam.

Pernikahan seharusnya lebih dari sekedar menandatangani surat dan dua orang tinggal diatap yang sama atau berbagi ranjang yang sama. Itu seharusnya suatu ikatan 2 kepribadian sehingga menjadi satu kesatuan. Itu membutuhkan komitmen total dari keduanya, kombinasi yang baik dari 2 pikiran menjadi sepikir, pernyataan bersama dari 2 emosi yang diberikan Tuhan. Tujuannya adalah kesatuan sempurna, keintiman total, dan saling berbagi perasaan terdalam masing-masing pasangan.

Ini jauh dari pengertian umum bahwa pernikahan hanya menyediakan seks yang sah bagi 2 orang yang secara fisik saling tertarik. Tuhan menciptakan seks, tapi dia ingin itu menjadi suatu ekspresi yang indah dari kesatuan hati dan jiwa yang sudah ada. Jika kesatuan tidak ada, tindakan fisik tidak berarti, egois, dan eksploitasi.

Apa yang kita pelajari dari Alkitab, adalah pernikahan diberikan Tuhan sebagai penyatuan suci dimana satu pria dan satu wanita dibawa bersama untuk saling melengkapi dan memenuhi. Pengertian tentang hal ini akan melindungi pasangan dari banyak masalah penikahan. Suami dan istri yang menyadari bahwa Tuhan telah menyatukan mereka tidak akan berbuat bodoh dengna saling menyakiti. Setiap pasangan ingat untuk menyatakan kasih yang tulus dan saling pengertian, karena pasangannya merupakan bagian dari dirinya.

Ada aplikasi lain dari bagian ini, aplikasi yang dibuat oleh Kristus sendiri. Saat Tuhan menyatukan pria dan wanita dalam kehendakNya, Dia ingin hubungan itu permanent. “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”9 Banyak orang beranggapan bahwa jika suatu pernikahan sudah tidak berjalan mereka bisa menghentikannya. Mereka bertanya kenapa 2 orang mau memberikan usaha dan pengorbanan untuk pernihakan yang berhasil saat pernikahan itu sendiri bisa dengan mudah disudahi. Konsep yang sesat ini bisa sanga menghalangi pernihakan yang berhasil.

Saat orang Farisi bertanya pada Kristus tentang perceraian dalam hukum Musa, Dia mengatakan kepada mereka kenapa itu diberikan pada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian!”10 Saat Tuhan menyatukan 2 orang Dia ingin mereka terus bersama! Jika kita bisa melihat pernikahan dalam kesatuan yang Tuhan inginkan, perceraian akan terlihat seperti memotong tangan atau kaki. Anda tidak ingin memotong tangan anda ada pecahan batu dijari anda; anda pasti mencoba mengeluarkannya. Juga anda tidak akan mempertimbangkan mengeluarkan suami atau istri anda karena anda tidak bisa menyesuaikan diri dengan karakter yang ada dalam diri mereka. Doa kami adalah pelajaran ini akan menolong anda bisa mengeluarkan pecahan batu dari pernikahan anda.

Ada perbedaan pendapat diantara sarjana Alkitab tentang apakah Kristus mengijinkan perceraian atau pernikahan kembali. Dia berkata bahwa perceraian dan pernikahan kembali merupakan perzinahan kecuali dalam kasus perzinahan.11 Beberapa menafsirkan perkataan “kecuali terjadi perzinahan” sebagai dasar yang benar untuk perceraian dan pernikahan kembali. Orang lain menyatakan bahwa kalimat pengecualian itu tidak berlaku pada hubungan penikahan sekarang, maka itu sebenarnya tidak ada dasar Alkitab sama sekali untuk perceraian dan pernikahan kembali. Tapi dengan cara apapun mereka menafsirkan kalimat pengecualian itu, sebagian besar sarjana setuju tentang tujuan utama perkataan Kristus—bahwa Tuhan ingin pernikahan itu permanent. Dia berharap kita mencari jalan untuk menyembuhkan pernikahan kita daripada mencari alasan untuk menghilangkannya.

Ada juga perbedaan pendapat tentang pengajaran Paulus tentang perceraian dan pernikahan kembali. Dia berkata, “Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai.”12 Beberapa orang berpikir ini membebaskan orang percaya untuk menikah kembali jika pasangannya yang tidak percaya ingin bercerai. Orang lain tidak setuju. Tapi apapun cara mereka menafsirkan perkataan itu, sebagian besar yang mempelajari Alkitab setujua bahwa aturan umum pernikahan Paulus dibangun diawal diskusi—“seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya… seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.”13

Ini merupakan pembahasan yang controversial, dan tidak akan mencapai kebulatan suara sampai disorga nanti. Untuk alasan ini kita harus hati-hati dan memberikan kasih Kristus pada korban perceraian. Tapi maksud utama dari pengajaran Alkitab ini jelas; kita jangan mengabaikannya. Perceraian tidak diperkenankan sebagai cara mudah bagi pasangan yang tidak bisa menyelesaikan masalah pernikahannya. Jalan menuju kebahagiaan dalam perkawinan tidak dengan membuang yang lama dan mencari yang baru, tapi menjadi pasangan yang baru melalui kasih karunia dan kuasa Tuhan.

“Rumput selalu lebih hijau dihalaman sebelah” juga berlaku dalam perkawinan dan wilayah hidup yang lain. Seseorang yang mencoba pergi kesebelah juga menemukah hal yang tidak menyenangkan yang menghasilkan konflik dan ketegangan dalam penikahan mereka yang pertama dan sekarang menghasilkan hal yang sama dalam pernikahan mereka yang kedua! Mereka mungkin telah mendapatkan pasangan baru, tapi mereka sendiri tetap egois, tidak dewasa seperti dulu.

Saya tidak pernah melupakan suara putus asa dari Duane saat dia duduk diseberang meja dan menggambarkan kekacauan luar biasa dalam pernikahan keduanya. Walau dia seorang Kristen, lima tahun lalu menceraikan Nan dan menikahi wanita lain, dan membenarkan diri dengan cara apapun. Itu suatu kesalahan besar ! Sekarang pernikahan keduanya juga kacau, dan dia menginginkan kebahagiaan yang dulu didapat dengan istri pertamanya. Dia ingin menikahi kembali istri pertamanya.

Tapi Duane perlu mengalami beberapa perubahan dasar dalam prilakunya sebelum bisa berhasil menikmati hubungan pernikahan yang sukses. Karena banyak dari kita seperti Duane, kita perlu mempertimbangkan perubahan penting yang akan kita bahas dalam beberapa bab berikutnya.


1 Genesis 1:4, 10, 12, 18, 21, 25, 31.

2 Genesis 2:18, KJV.

3 Genesis 2:7.

4 Genesis 2:18, 20.

5 Matthew 19:11, 12; 1 Corinthians 7:7, 8, 25, 26.

6 Genesis 2:21, 22.

7 Genesis 2:23.

8 Genesis 2:24, KJV; cf. Matthew 19:4, 5.

9 Matthew 19:6b, TLB.

10 Matthew 19:8, TLB.

11 Matthew 19:9.

12 1 Corinthians 7:15, TLB.

13 1 Corinthians 7:10, 11, TLB.

Related Topics: Christian Home, Weddings

3. Berjalan dengan Roh

Saya yakin bahwa kebanyakan perselisihan dalam pernikahan Kristen berakar dari masalah rohani. Dengan kata lain, alasan mendasar dari ketidakharmonisan yang kita lihat dalam pernikahan Kristen sekarang ini adalah kerusakan rohani dalam salah satu atau kedua pribadi yang ada.

Kita sudah belajar bahwa pernikahan merupakan institusi ilahi—bahwa Tuhan membuat pria dan wanita untuk saling melengkapi. Saat pria dan wanita yang telah ditebus bersatu dalam kasih dan kepercayaan, Tuhan menyatukan mereka dalam satu kesatuan. Dia berharap mereka satu tujuan, motivasi, interes, pengertian, dan simpati. Apa yang sering kita lihat dalam praktek, adalah semua hal diatas kecuali kesatuan itu sendiri. Banyak keluarga Kristen menunjukan perpecahan, perselisihan, berteriak, dan mencibir. Setiap orang dalam keluarga sepertinya berjalan diarah yang berbeda, dan hasilnya adalah kekacauan. Harmoni tidak bisa dicapai sampai setiap orang belajar untuk berjalan diarah yang sama! Inilah penyesuaian rohani sejati.

Selalu hal yang paling mudah dipelajari hal itu disisi pasangan kita. Wanita suka membicarakan tanggung jawab suami dalam mengasihi istri. Suami sering menekankan peran wanita untuk tunduk. Tapi baik suami atau istri tidak bisa memenuhi perannya masing-masing dalam pernikahan tanpa kuasa Roh Kudus yang tinggal didalam diri mereka. Dan kita tidak bisa memiliki Roh Kudus kecuali kita telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi kita!

Kebanyakan dari kita ingin suami atau istri seperti yang kita kehendaki. Tapi kita tidak bisa menjadi seperti itu dengan kekuatan kita sendiri. Paulus berkata, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia.”1 Kita menghadapi penyesuaian secara fisik, emosi, dan mental yang sangat besar dalam pernikahan. Hubungan dibebani dengan latar belakang, pendapat, dan salah pengertian setiap hari. Dua ego, masing-masing egois dan berdosa, mencari kepuasannya sendiri. Hal ini sepertinya tidak bisa dijalani! Bagaimanapun, hal ini bisa diatasi melalui pertolongan supernatural. Roh Kudus yang berdiam didalam diri ingin menolong kita. Mari kita cari tahu bagaimana mendapatkan kuasaNya!

Paulus membagi umat manusia kedalam 3 kategori besar. Kategori pertama disebut “natural” atau manusia alami.2 Roh manusianya tidak pernah dihidupkan terhadap Tuhan. Dia mati secara rohani;3 dia butuh diselamatkan.4 Hidupnya didominasi oleh nature kedagingannya. Natur inilah sumber kelemahannya, seperti kemarahan dan iri hati yang menghasilkan pergolakan dalam pernikahan.

Kelompok kedua disebut Paulus sebagai manusia rohani.5 Orang seperti ini telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya dan telah mengijinkan Roh Kudus berdiam dalam diri untuk memenuhi hidupnya. Dia seorang yang dewasa, stabil, dan kuat rohaninya.

Kategori ketiga adalah “manusia duniawi.”6 Orang ini seorang Kristen, tapi karena nature dosanya (kedagingan) mengontrol dia disepanjang waktu, menghasilkan kemarahan, egois, khawatir, dan permusuhan yang sama seperti sebelum dia berjumpa dengan Tuhan.

Sekarang bayang kan 2 hidup yang didominasi oleh daging mencoba bersatu secara sempurna dalam kehidupan sehari-hari! Percobaan ini sia-sial; setiap orang hanya berhasil memenuhi sebagian keinginannya yang egois. Sangat sedikit artinya apakah keduanya manusia duniwi atau salah satunya sudah Kristen atau campuran lainnya. Hasilnya akan sama disetiap kasus.

Bahkan jika keduanya sudah dikontrol oleh Roh Kudus, kesatuan yang sempurna tetap tidak mungkin dicapai. Pernikahan ini akan lebih bahagian dalam kasus yang sebelumnya, karena setidaknya satupasangan menunjukan kasih Kristus. Tapi potensi untuk harmoni yang sempurna tidak ada. Tidak ada ego yang berdosa memiliki aspirasi, motivasi, atau kuasa yang sama seperti hidup yang didominasi Roh. Kedua pasangan akan terus menyimpan dalam hati 2 tujuan dan nilai yang berlawanan.

Kesatuan yang sempurna hanya datang saat Roh Kudus sepenuhnya mengontrol hidup keduanya dan mendekatkan mereka kedalam kesatuan dan harmoni. Karena Roh Kudus merupakan pribadi yang nyata, Dia bisa mendirikan tujuan, mengarahkan motivasi, mengembangkan sifat, dan membantu tindakan. Karena Dia adalah Tuhan, Dia bisa menggunakan semua kuasa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuanNya. Karena Dia adalah Roh, Dia berdiam dalam diri kedua orang bersamaan dan menyatukan mereka dalam hati. Tidak ada cara lain bagi suami dan istri untuk menikmati kesatuan sempurna diluar hidup yang dikontrol Roh.

Lihat hal ini dengan cara lain. Paulus menulis, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.”7 Kata “berjalan” dalam ayat ini merupakan istilah militer dalam literature Yunani sekuler untuk menggambarkan barisan pasukan yang sedang berjalan. Jika setiap prajurit mengikuti perintah atasannya dan terus berjalan dengan dia, maka dia juga akan berjalan sesuai dengan prajurit lain. Demikian juga, jika suami dan istri tetap berjalan dengan Roh Kudus mereka juga akan berjalan bersama. Tidak bisa sebaliknya.

Mari kita lihat dari sisi lain lagi. Pernyataan geometris menyatakan bahwa semua objek yang berdekatan dengan satu objek juga berdekatan dengan yang lain. Aplikasikan axiom itu pada pernikahan, dan anda menemukan bahwa ketika 2 orang disatukan kepada Tuhan mereka juga menjadi dekat dengan pasangannya! Orang percaya terdiri dari 3 bagian yaitu roh, jiwa, dan tubuh. Roh bersekutu dengan Tuhan. Jiwa merupakan kepribadiannya—intellect, emosi, dan kehendak. Tubuh memiliki 5 indra dimana kita bisa merasakan. Kesatuan pernikahan membutuhkan kesatuan tubuh melalui seks dan kesatuan jiwa melalui interaksi pribadi, tapi tragisnya kita mengabaikan kesatuan yang paling penting dari semuanya—yaitu kesatuan roh! Mereka jarang berdoa bersama. Mereka jarang berbagi Firman bersama. Mereka jarang membahas hal rohani. Tuhan bukan bagian nyata dalam hubungan mereka. Hasilnya pasangan ini menderita keterasingan dari pasangan mereka. Ketidaksatuan roh bisa menghancurkan harmoni jiwa dan tubuh. Sudah merupakan kehendak Tuhan bahwa kita harus menyerahkan roh kita padaNya. Kemudian kita bisa mendapat harmoni tubuh dan jiwa juga.

Penting diketahui bahwa ajaran Alkitab tentang hidup yang dipenuhi Roh ditemukan dalam konteks pernikahan.8 Itu dimulai, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.” Seperti seseorang yang dikuasai oleh anggur, demikian juga orang Kristen yang dipenuhi dengan Roh. Ayat seterusnya menunjukan 4 karakteristik orang Kristen yang dipenuhi roh.

1) Berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur,kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.9

2) Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.10

3) Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu.11

4) rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain.12

Karakter terakhir menggambarkan sifat kerendahatian dan saling hormat. Dengan hal ini Paulus memulai pembahasan paling panjang tentang hubungan suami istri dalam PB. Kita semua tidak bisa memenuhi tanggung jawab yang diberikan Tuhan sampai kita dikontrol dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Tidak ada gunanya membaca dan belajar apa yang diinginkan Tuhan dalam hidup kita sampai kita mau mengijinkan Dia menyediakan kuasa yang diperlukan. Saat kita mengijinkanNya menyatakan hidupNya melalui kita, kita tidak hanya menjadi rendah hati, memuji, berterima kasih, tapi 9 rasa buah Roh akan nyata dalam hidup kita: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.13 Perselisihan tidak akan muncul saat hal ini memancar dalam hidup kita!

JIka dipenuhi Roh merupakan masalah utama dalam pernikahan Kristen, kita perlu mengetahui bagaimana Roh Kudus bisa memenuhi kita. Ada beberapa cara.

(1) Periksa hidup anda dalam terang Firman Tuhan.14 Saat masalah muncul dalam pernikahan kita, hal pertama yang biasanya kita lakukan adalah mencari kesalahan pasangan kita. Seperti kata Kristus, kita mencari debu dimata mereka tapi balok dimata sendiri tidak kita lihat. Yesus berkata, “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”15 Jika kita jujur, kita akan menemukan bahwa kita bersalah. Kita menemukan dosa seperti, marah, bermusuhan, kepahitan, tidak ramah, sombong, tidak memaafkan, dingin, egois, iri hati, licik, dan nafsu. Semua hal itu bisa menghasilkan perselisihan dalam rumah! Saat kita bereaksi marah, meyatakan hal diatas pada pasangan anda, kita sendiri berdosa dan menambah masalah lebih jauh.

(2) Akui dosa anda pada Tuhan.16 Setelah menemukan dosa kita, kita harus langsung mengakuinya satu per satu kepada Tuhan dan bertanggung jawab atasnya. Kita tidak bisa beralasan dengan menyalahkan pasangan kita. Kita mahluk yang memiliki kehendak; kita bisa memilih percaya Tuhan untuk menang atas dosa jika kita mau. I Yoh 1:9 meyakinkan kita behwa Tuhan mau mengampuni kita disaat kita mengakui dosa kita dihadapanNya. Saat kita dengan jujur mengakuinya, banyak persoalan dalam pernikahan bisa diselesaikan!

(3) Serahkan seluruh hidup anda kepada Tuhan.17 Tuhan ingin diri kita sepenuhnya, memberikan diri sepenuhnya. Beberapa orang kelihatannya takut menyerahkan diri pada Tuhan; mereka takut Dia akan membuat tuntutan yang tidak masuk akal atau menyakiti mereka. Kita sering sulit percaya kalau cara Tuhan itu sempurna—bahwa Dia tidak pernah salah.18 Kita sangat membutuhkan penyerahan diri sepenuhnya pada Kristus. Hanya setelah itu kita bisa dipenuhi dan dikontrol oleh Roh Kudus. Jika kita menolak menyerahkan kehendak kita padaNya, itu akan mengecilkan pribadi kita, membuat kita sulit hidup dan menghancurkan potensi terhadi harmoni pernikahan yang sempurna. Mari kita membawa pernikahan dengan langkah yang benar; lakukan dengan cara Tuhan!

Begitu banyak orang Kristen telah menemukan bahwa mereka pernikahan mereka yang sudah putus harapan menjadi harmonis dan indah saat mereka menyerahkan hidup sepenuhnya pada Kristus. Beberapa menemukan hal ini setelah beberapa pertempuran dan sakit hati. Kenapa tidak taat pada Firman Tuhan sekarang dan terhindar dari sakit hati itu? Perkembangan pernikahan anda bisa terjadi sekarang!

(4) Orang Kristen yang dipenuhi Roh menemukan sukacita dan kepuasan pada penyerahan diri dalam hubungan dengan Roh Tuhan dan mau menjaganya. Dia melakukan itu terus menerus melalui pengakuan kuasa Roh Kudus dalam dirinya. Dia bicara dengan Tuhan secara teraturl. Dia mendengar suara Tuhan bicara dalam Alkitab. Dia membangun persekutuan dengan orang percaya lain. Dia bergantung pada kekuatan Tuhan untuk mengalahkan dosa. Hubungan seperti ini disebut “berdiam dalam Kristus.”19 Tanpa Juruselamat kita tidak bisa berbuat apa-apa—bahkan berdamai denga pasangan kita!20 Tapi melaluiNya kita bisa melakukan apapun, bahkan menanggung semua perkara dalam rumah yang dipercayakan Tuhan!21


1 Romans 7:18, TLB.

2 1 Corinthians 2:14.

3 Ephesians 2:1.

4 Acts 16:31.

5 1 Corinthians 2:15.

6 1 Corinthians 3:1.

7 Galatians 5:25, KJV.

8 Ephesians 5:18-33.

9 Ephesians 5:19a, KJV.

10 Ephesians 5:19b, KJV.

11 Ephesians 5:20, KJV.

12 Ephesians 5:21, KJV.

13 Galatians 5:22, 23, KJV.

14 1 Corinthians 11:28, 31.

15 Matthew 7:5, TLB.

16 l John 1:9.

17 Romans 12:1.

18 Psalm 18:30a.

19 John 15:4, KJV.

20 John 15:5.

21 Philippians 4:13.

Related Topics: Christian Home, Marriage

4. Dewasalah!

Banyak konselor pernikahan yakin bahwa salah satu halangan terbesar untuk berhasilnya pernikahan adalah keegoisan. Untuk jadi egois adalah dengan terlalu memperhatikan kesenangan, keuntungan atau kemakmuran sendiri tanpa memikirkan orang lain. Bayi sangat egois. Mereka hanya memperhatikan kepentingan mereka saja. Saat mereka tidak nyaman, mereka berteriak sampai seseorang melegakan ketidaknyamanan mereka. Sifat mereka ditentukan oleh apa yang diperlakukan terhadap mereka.

Kita berharap bayi terus menjadi dewasa—secara fisik, intelektual, dan emosi. Sayangnya, walau banyak orang yang secara fisik dan intelektual dewasa, emosi mereka sangat tertinggal. Mereka tetap melihat dunia seperti mereka bayi. Mereka melihatnya seperti semuanya mengelilingi mereka, ada hanya untuk kesenangan mereka. Mereka tidak pernah benar-benar bertumbuh dari keegoisan diri kepada memperhatikan orang lain. Saat hal tidak berjalan seperti keinginan mereka, mereka bereaksi seperti anak kecil, seperti menangis, merengut, mengasihani diri, marah-marah atau melempar barang disekitarnya. Mereka ingin menarik perhatian melalui menyombongkan keberhasilan mereka atau menjelekan orang lain.

Jika kita menempatkan 2 bayi bersama tanpa diawasi, mereka biasanya langsung mendapat masalah! Demikian juga dengan, seorang pria dan wanita yang emosinya belum dewasa bersatu dalam perkawinan pasti mendapatkan masalah. Emosi yang seperti bayi tidak bisa menjadi pasangan yang baik! Salah satu kebutuhan terbesar dalam membangun pernikahan yang kuat dan berhasil adalah kedewasaan.

Kedewasaan biasanya tidak egois. Tentu saja, tidak ada manusia yang sepenuhnya tidak egois; ada sedikit ketidakdewasaan dalam diri kita. Seseorang pernah berkata “Cakar seorang dewasa dan anda akan menemukan seorang anak” Seorang lain berpendapat bahwa satu-satunya perbedaan antara pria dan anak laki-laki adalah mainan pria lebih banyak! Karena tidak ada yang dewasa sempurna, jelas bahwa kedewasaan merupakan istilah relative daripada absolute. Kenyataannya, kedewasaan merupakan proses daripada kondisi yang tetap.

Suatu tingkatan kedewasaan emosi tertentu bisa terjadi bahkan pada orang belum percaya, karena nature dosa juga memiliki kekuatan selain kelemahan. Anda mungkin mengenal orang non Kristen yang sedikit tidak egois dalam wilayah tertentu hidup mereka, seperti dengan pasangan mereka, anak, rekan bisni, atau mertua mereka. Mereka mungkin sangat murah hati terhadap tetangga, rekan bisnis, atau orang dikomunitas. Mereka mungkin menunjukan belas kasih yang besar kepada orang yang membutuhkan. Tapi saat anda mengenal mereka lebih baik, anda akan menemukan bahwa mereka juga ada wilayah egoisnya.

Saat seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, satu factor diperkenalkan dalam hidupnya. Selain ego berdosanya, dengan kekuatan dan kelemahannya, Tuhan Yesus Kristus memberikan Roh Kudus berdiam dalam dirinyal. Sifat keseluruhan seseorang sekarang tergantung atas apakah diri atau Roh yang memegang kendali. Karena Roh Kudus satu-satunya Pribadi yang bisa menjaga control diri,hubungan kita dengan Dia menjadi hal yang paling penting dalam perkembangan kita. Kita menyebutnya kedewasaan rohani daripada hanya kedewasaan emosi. Keduanya mirip, kecuali kedewasaan emosi berhubungan erat denan perkembangan kepribadian manusia kita, kedewasaan rohani juga mengenali kehadiran Roh Kudus dalam hidup dan berkaitan dengan pertumbuhan hubungan kita denganNya.

Kita telah belajar bahwa seorang Kristen bisa rohani atau duniawi dalam tingkatan control Roh Kudus atau kedagingan dalam hidupnya. Menarik untuk diperhatikan bahwa Paulus membandingkan kedagingan dengan bayi. Dia menulis kepada jemaat Korintus “sebagai Kristen dunia, bahkan seperti bayi.”1 Alasan beberapa orang Kristen bertindak tidak dewasa adalah karena nature daging mereka mengontrol hidup mereka. Dengan kata lain, mereka jasmani. Karena ada parallel antara kedagingan dan ketidakdewasaan, kita bisa berasumsi bahwa ada juga parallel antara rohani dan kedewasaan. Orang Kristen rohani menunjukan tanda pertumbuhan, kedewasaan rohani.

Bahkan seorang yang beru percaya bisa kelihatan dewasa. Kita kadang mengatakan kalau anak itu sudah dewasa diumurnya. Maksud kita adalah dia menunjukan tanda perkembangan yang tidak biasa. Kedewasaan melibatkan pertumbuhan, dan kita terus bertumbuh secara rohani selama kehidupan sebagai orang Kristen.2 Tidak ada kesempurnaan dalam hidup ini—hanya ada pertumbuhan yang terus menerus.

Pertumbuhan rohani terjadi saat Roh Kudus mengontrol hidup kita. Saat kita berserah padaNya, Dia mengubah terus wilayah hidup kita; kemudian kita menjadi mampu membangun hubungan pernikahan yang bahagia. Mari kita bahas beberapa karakteristik kedewasaan.

(1) Pribadi yang dewasa menerima dirinya sebagaimana Tuhan menciptakannya. Dia tidak merasa rendah diri dengan kekurangannya atau egosi terhadap kelebihannya. Dia mengenal tubuh, otak, dan kemampuannya diberikan kepadanya oleh Tuhan hanya untuk melakukan tujuanNya.3 Karena itu dia tidak sombong atau terpuruk oleh kegagalannya. Suatu rendah diri yang kompleks bisa menyebabkan ketegangan serius dalam pernikahan. Seorang yang terus menuntut kepastian untuk meningkatkan egonya bisa membuat pasangannya terganggu. Demikian juga, seorang yang egois yang terus merendahkan pasangannya untuk meningkatkan dirinya bisa menghasilkan tragedy yang sama. Keduanya reaksi anak-anak, tapi Tuhan mau menolong seorang mengatasinya jika dia mau bergantung pada Roh yang ada dalam dirinya. Saat orang Kristen belajar menerima diri apa adanya, dia akan belajar menerima orang lain sebagaimana mereka dicipta, dan itu akan membuat langkah maju yang besar kearah keluarga bahagia.

(2) Seorang pribadi yang dewasa diuntungkan dari kesalahannya dan usulan orang lain. Pribadi yang tidak dewasa mencoba mencari alasan kegagalan mereka. Mereka menyalahkan orang lain atau Tuhan. Saat mereka dikritik, mereka melihatnya sebagai serangan terhadap pribadi, menyerang balik dengan kemarahan seperti, “Baik, kamu juga tidak sehebat itu!” Emosi yang masih bayi lebih mementingkan mempertahankan ego sendiri daripada bertumbuh. Dipihak lain, pribadi yang dewasa dengan baik menerima kritik, jujur menilai hidupnya dalam terang Firman Tuhan dan bergantung pada Roh Kudus untuk membawa perubahan yang diinginkan. Dia melihat usulan orang lain sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk mendewasakan dia.

Sifat seperti itu akan menolong mengatasi ketegangan dalam penikahan. Daripada bereaksi seperti, “Kamu tidak pernah menghargai apa yang saya lakukan,” pribadi yang dewasa akan berkata, “terima kasih atas usulan anda. Dengan pertolongan Tuhan saya akan mencoba mengembangkannya.” Jelas, pribadi dewasan juga hati-hati dalam mengusulkan sesuatu. Dia akan menunggu sebentar untuk saat yang tepat, menjaga sikap kasih dan menghargai, dan usulannya ditemani dengan pujian dan dorongan.

(3) Pribadi yang dewasa menyesuaikan diri terhadap hal yang tidak bisa diubah. Salah satu doa yang laing sering dinyatakan adalah, “Tuhan, berikan aku kekuatan untuk mengubah apa yang bisa diubah, dan anugrah untuk menerima apa yang tidak bisa diubah, dan hikmat untuk mengetahui perbedaannya!” Merupakan kenyataan yang tidak baik bahwa walau kebanyakan pasangan saling mengasihi, banyak pasangan pernikahan tidak tahan terhadap kebiasaan kecil yang mereka lihat dalam diri pasangannya; mereka terus mencoba mengubah pasangannya. Kebiasaan yang mengganggu itu kelihatannya menjauhkan mereka, dan saat mereka mengijinkan kesalahan memangsa pikiran mereka, mereka kehilangan pandangan terhadap kualitas yang baik yang menarik mereka pertama kali. Hasilnya adalah kepahitan yang mendalam yang tidak hanya menghancurkan pernikahan mereka tapi hidup pribadi mereka juga. Keduanya kekanak-kanakan dan berdosa.4 Buah Roh adalah tahan menderita; yaitu kemauan untuk dengan sabar menanggung kebiasaan mengganggu dari yang lain. Roh Kudus menghasilkan kasih karunia dalam kita jika kita mengijinkanNya.

Beberapa orang tidak bisa menerima kenyataan lagi kealam imajinasi. Saat kenyataan menunjukan bahwa orang yang mereka nikahi bukan apa yang mereka harapkan, mereka akan masuk kedalam dunia mimpi, dan menghancurkan semua harapan meningkatkan hubungan. Orang Kristen yang dewasa, sebaliknya, menemukan kepuasan terdalam didalam Tuhan.5 Mereka mampu menerima dunia nyata sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk menolong mereka bertumbuh.

(4) Pribadi yang dewasa menerima hal buruk, kekecewaan, atau tekanan dengan tenang dan stabil. Dia tahu hidupnya didalam tangan Tuhan—apapun yang Tuhan ijinkan adalah baik.6 Pribadi yang dewasa menjaga control diri saat keadaan tidak seperti yang diinginkan. Ada ketenangan saat seorang suami menerima kabar dipindahkan kekota yang jauh atau saat istrinya menelepon kekantor dan berkata dia telah menabrak mobil orang lain!

Kadang, hal yang terkecil mengganggu kita dan menyebabkan kita bertindak egois dan tidak dewasa. Salah satu survey menunjukan bahwa keluhan paling umum dari suami dan istri terhadao pasangannya adalah sifat yang mengganggu. Kita membiarkan hal yang remeh “mengganggu kita” dan mengesalkan kita; saat itu kita bereaksi dengan marah-marah atau merengut. Selama perjalanan konseling pernikahan saya, saya telah mendengar banyak sifat kekanak-kanakan diantara orang Kristen, seperti suami yang melempar barang dalam rumah atau memukul istrinya. Saya pernah menemui pria yang tidur dilantai dan menggelepar seperti bayi, dan yang memukul tangannya kedinding karena marah terhadap apa yang dilakukan istrinay! Jika pernikahan kita ingin memuliakan Tuhan, kita perlu bertumbuh dengan mengijinkan Roh Kudus mengambil alih hidup kita. Dia akan menunjukan kita buah pengendalian diriNya.

Walau contoh sebelumnya hanya suami, istri tidak berarti tidak bersalah. Saya pernah mendengar suami menggambarkan istrinya menendang dan berteriak atau lebih umum pasangan yang tidak bisa diperkirakan. Tidak ada yang lebih mematahkan semangat bagi suami daripada saat pulang rumah menemukan istri ngomel tentang hal kecil dan meracuni suasana keluarga selama malam hari. Salomo pasti pernah mengalaminya. “Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.”7 “Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah.”8 “pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik.”9 Tiris air yang tidak berhenti merupakan bentuk penyiksaan masa lalu—bukan perumpamaan yang memuji! Siksaan menjadi cara hidup, kebiasaan. Kita perlu berserah pada Roh Kudus untuk dewasa.

(5) Pribadi yang dewasa menerima dan memenuhi tanggung jawabnya. Kedewasaan melibatkan kemandirian. Pekerjaan yang tidak selesai, janji yang tidak dipenuhi, dan maksud baik yang tidak dilakukan merupakan contoh ketidakmandirian. Pribadi yang tidak dewasa tidak bisa melakukan tugas dengan bahagia yang merupakan tanggung jawabnya. Dia mengeluh, tidak puas atau tidak menikmati pekerjaannya. Istri mengeluh karena hidup suatu rutinitas. Ibu yang bekerja ingin jadi ibu rumah tangga. Beberapa pria mengabaikan kesempatan menelepon istrinya saat mereka tidak bisa pulang diwaktu biasanya. Buah roh adalah iman, artinya “percaya” atau “mandiri”. Kita perlu menyerahkan diri pada Roh Kudus untuk menjadi setia!

(6) Pribadi yang dewasa kepuasan terbesarnya adalah membuat orang lain bahagia. Kita tidak pernah menemukan kebahagiaan dengan mencarinya. Makin kita mencari, makin kita frustrasi dan kecewa. Mencari kesenangan sendiri hanya menghasilkan ketidakbahagiaan. Hidup untuk kepentingan orang lain membawa kebahagiaan, pelajaran yang tetap harus dipelajari banyak pasangan dalam pernikahan. Saat kita percaya Roh Tuhan bisa membuat kita tidak egois untuk pasangan kita, tidak minta balasan, kebahagiaan yang kita dapatkan sangat besar. Setiap kali anda memicu konflik dalam hubungan pernikahan anda, tanyakan pada diri anda, “Sekarang kenapa saya melakukan itu?” Anda mungkin haru mengakui bahwa anda melakukan itu untuk kesenangan anda sendiri. Minta maaf dan arahkan kembali tindakan dan perkataan untuk pasangan anda. Jangan menyarankan pasangan anda melakukan hal yang sama. Anda akan menemukan istri anda berespon dengan pengertian baru juga!

Hal ini butuh harga. Sebenarnya, hal ini mengorbankan semuanya. Tapi pribadi yang dewasa mau memberikan semuanya, kemudian menunggu dengan sabar Tuhan berkarya. Hanya bayi dan anak kecil yang menuntut apa yang mereka inginkan disaat itu juga. Mereka hidup untuk saat itu, menuntut cara mereka dalam setiap keadaan. Pribadi yang dewasa sering mengorbankan kesenangan pribadi agar bisa mendatangkan kesenangan bagi orang lain. Secara paradoks, ini juga akan membawa kebahagiaan bagi yang memberi!

Pelajaran penting ini butuh waktu untuk dipelajari. Kita semua kadang merasa memiliki hak untuk memuaskan keegoisan kita. Kita sudah lama melakukan itu, jadi kenapa mengubahnya sekarang! Tapi semakin sering kita berespon terhadap situasi itu dalam control Roh Kudus, makin mudah praktek itu dan semakin cepat kita dewasa. “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu .”10


1 1 Corinthians 3: 1, KJV.

2 2 Peter 3:18.

3 Psalm 139:13-16; Romans 9:20; 1 Corinthians 4:7.

4 Ephesians 4:31.

5 Psalm 73:25.

6 Psalm 18:30a; 31:15; 37:23; Romans 8:28.

7 Proverbs 17:1, TLB

8 Proverbs 21:19, TLB.

9 Proverbs 19:13, TLB.

10 l Corinthians 13:11, KJV.

Related Topics: Basics for Christians, Christian Home, Marriage

5. Saya Jatuh Cinta

Kasih adalah pembahasan yang popular saat ini. Dalam sejarah kita tidak pernah melihat ada hal yang begitu banyak dibicarakan tapi begitu sedikit tindakannya seperti ini. Kita sering menggunakan kata itu seenaknya. Seperti, seseorang mungkin berkata dia mengasihi keluarganya, mobil baru, atau bahkan pizzanya! Jarang sekali seseorang menyatakan secara spesifik kasih yang seperti apa yang dimaksudnya. Surat kabar telah dikenal dengan headlinenya “love murders” atau “love suicides”—suatu konsep yang sangat aneh! Sangat jelas bahwa kata “kasih” memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Tapi kasih merupakan konsep yang mendasar dalam kekristenan juga hal yang paling penting dalam suatu pernikahan yang berhasil. Kita harus mengetahui apa arti kasih itu.

Dalam bab lalu kita bicara tentang kedewasaan rohani. Bukan suatu kebetulan kami memilih kasih sebagai subjek berikutnya, karena kedua hal ini sangat berhubungan. Seperti kedewasaan, kasih juga merupakan suatu proses daripada keadaaan yang tetap. Orang tidak “jatuh cinta” mereka juga bertumbuh didalamnya. Kasih yang dewasa meliputi pertumbuhan dari keadaan menerima banyak dan memberi sedikit kearah keadaan memberi segalanya dan tidak menuntut balas. Keseluruhan proses ini merupakan bagian dari kedewasaan.

Seorang bayi harus dikasihi atau mati. Bayi menerima kasih, tapi tidak membalasnya. Memeluk yang ditafsirkan ibunya sebagai ekspresi kasih hanyalah usaha intuisi bayi untuk mendapatkan makanan dan menyenangkan diri. Bayi yang baru lahir hanya mengasihi diri sendiri. Saat bayi bertumbuh, dia menjadi sadar akan ibunya. Ibunya peduli terhadapnya, memberi makan, dan menemaninya selama dia bangun. Kesadaran baru ini melibatkan pertumbuhan dan perkembangan. Ekspresi pertama bayi terhadap kasih sayang biasanya ditujukan kepada ibunya.

Tidak lama setelah itu bapaknya disadarinya, dan dunia bayi melebar kepada figure berkuasa ini. Kemudian dia belajar melihat saudaranya, kemudian teman bermain (biasanya seumur dan satu jenis). Lalu dia akan satu kelompok dengan temannya, kebanyakan dari mereka akan mengidolakan beberapa pahlawan yang sejenis dengan mereka. Kemudian dia masuk kedalam masa remaja, dan teman yang lawan jenis tidak lagi menjadi musuh tapi menjadi menarik dan memikat. Satu hari dia akan menyatakan “Saya jatuh cinta.” Apakah itu benar-benar kasih? Apa yang terjadi? Apa itu kasih?

Seperti yang sudah anda ketahui, Yunani setidaknya memiliki 3 kata berbeda untuk kasih, masing-masing menggambarkan sisi berbeda atau tingkatan dari kasih. Karena kita hanya punya satu kata dalam Inggris, kita akan merasa bingung dalam menerjemahkan kata Yunani yang digunakan Alkitab kecuali kita belajar perbedaannya.

Kata pertaman, eros, ditemukan dalam literature Yunani sekuler tapi tidak pernah digunakan dalam Alkitab. Eros merupakan cinta manusia semata. Itu sering menunjuk pada cinta seksual, seperti dalam Inggrisnya “Erotic”. Pemikiran dasar dalam eros adalah mendapatkan sesuatu bagi diri anda. Walau itu mungkin melibatkan perasaan yang tulus kepada seseorang, perasaan itu bercampur dengan ketertarikan orang itu, kesenangan, dan kepuasan yang bisa diberikan orang itu pada kita. Eros selain mengandung kasih bagi sesama juga kasih bagi diri sendiri. Itu berkata “Aku mengasihimu karena kamu membuat saya bahagia.” Dasarnya adalah karakteristik dari seseorang yang menyenangkan kita, seperti kecantikan, kebaikan, atau talenta. Jika karakteristik itu hilang maka tidak akan ada yang tersisa, kasihnya hilang. Jenis cinta yang seperti ini biasanya mencari apa yang bisa didapat. Itu mungkin memberi sedikit, tapi motivasinya mendapat sesuatu sebagai balasan. Jika gagal mendapatkan apa yang diinginkan, bisa menjadi permusuhan, kepahitan atau kebencian.

Sayangnya, banyak orang muda memilih pasangan hidup atas dasar eros. Keterlibatan emosi didasarkan atas kimia tubuh mencapai puncaknya sangat cepat, dan kekuatan eros menyebabkannya salah mengartikannya sebagai kasih yang sejati. Pasangan mungkin saja tidak saling mengenal, tapi mereka berkeras kalau kasih mereka bisa menjaga mereka. Sayangnya, itu tidak terjadi, karena itu dari pertamanya bukan kasih sejati. Gelembung romantika pecah saat pribadi yang “ideal” menjadi kurang ideal—tidak pengertian, tidak romantis, dan tidak bercukur! Karena masing-masing pasangan tidak mendapat apa yang diharapkan, keduanya mungkin ingin berhenti, dan kehancuran pernikahan akan bertambah satu lagi.

Merupakan kegiatan saya menginterview pasangan yang meminta saya untuk menikahkan mereka, dan kemudian menyediakan konseling sebelum nikah yang saya anggap tepat. Jika beberapa masalah tidak terbuka, saya berusaha mengatasinya dengan seluruh kemampuan saya. Setelah bicara kepada Dave dan Betty saya merasa ragu untuk menikahkan mereka. Menjadi jelas bahwa keinginan utama Dave dalam pernikahan adalah memenuhi kepuasa fisik. Betty menutup mata terhadap hal ini karena keinginannya untuk melarikan diri dari situasi rumah dan karena tersanjung akan perhatian Dave.

Dalam suatu pertemuan pribadi dengan Betty saya memperingatkan dia setaktis mungkin terhadap ditundanya dulu pernikahan ini. Mungkin waktu akan menolong mereka mengerti satu sama lain lebih baik dan melihat apa yang harus diatasi sebelum tekanan dalam pernikahan membingungkan mereka. Dan jelas jika Dave mengasihi Betty dia mau menunggu sedikit lagi. Tapi Betty menjadi marah dan mengatakan pada Dave sindiran saya. Mereka memutuskan tidak berurusan lagi dengan saya, dan meminta orang lain untuk menikahi mereka. Saya hilang hubungan dengan Dave dan Betty setelah itu, tapi saya belajar bahwa 2 tahun kemudian dengan 2 anak Betty bercerai, bergumul untuk menyelesaikan pendidikannya bersama dengan menyediakan kebutuhan anaknya. Eros gagal menyokong hubungan mereka.

Sayangnya tidak mudah menghindari kejatuhan seperti ini, karena seluruh budaya kita meyakinkan kita bahwa eros adalah kasih, dikasihi lebih penting dari mengasihi, dan dikasihi tergantung dari penampilan. Jadi kita membeli baju bagus, pengeras rambut, sikat gigi, parfum, dan bantuan lainnya untuk membuat kita lebih menarik, sehingga seseorang bisa jatuh cinta pada kita dan membuat kita bahagia. Penekanan berlebihan dari eros sumber dari besarnya jumlah pernikahan yang hancur.

“Playboy philosophy” adalah eros dalam tindakan. Hal ini berpendapat bahwa seorang wanita merupakan mainan yang menarik untuk pemuasan dan kesenangan pria, dan pendekatan seksual sama dengan “bercinta.” Tapi kasih lebih dari seks. Tidak ada hubungan yang dibangun atas dasar fisik semata bisa bertahan lama, karena keinginan fisik pasti akan kehilangan daya tariknya. Saat itu terjadi, hubungan mulai menurun dengan cepat dan kecuali kedekatan jiwa dan roh sudah terbangun.

Pernikahan yang dibangun hanya atas eros akan mengalami kesulitan dari awalnya. Pertunangan sebaiknya digunakan untuk membangun persekutuan jiwa dan roh. Kemudian kesatuan fisik setelah menikah akan menjadi puncak dari pertumbuhan hubungan daripadan suatu yang sudah busuk atau basi dalam hubungan. Jika anda membuat kesalahan mematikan yaitu menikah atas dasar eros semata, tidak ada berita untuk anda. Kasih bisa bertumbuh. Tapi tidak secara otomatis, itu bertumbuh jika anda mengusahakannya. Satu-satunya harapan bagi pernikahan anda adalah pindah ketingkatan kasih yang lebih tinggi.

Philia, merupakan tingkatan kasih yang lebih tinggi, berhubungan kejiwa daripada tubuh. Itu menyentuh kepribadian manusia—intelektual, emosi, dan kehendak. Itu melibatkan saling berbagi. Kata yang paling dekat adalah “persahabatan” Walau kata bendanya hanya digunakan sekali dalam PB,1 kata kerja “mengasihi, menyukai” dan kata sifat “kasih, perhatian” sering digunakan. Inilah tingkatan kasih yang dinyatakan Petrus bagi Kristus saat Tuhan bertanya “Petrus apakah engkau mengasihiKu?” Petrus menjawab, “Engkau tahu kalau aku mengasihiMu,” atau “Engkau tahu kalau aku temanmu.”2

Ada sedikit eros dalam philia. Kita memilih teman karena kesenangan yang bisa kita dapatkan dari mereka. Ada kualitas pribadi dalam mereka yang kita hargai, kepintaran dan ketertarikan budaya, dan ekspresi diri yang saling memuaskan. Kita mendapatkan sesuatu yang dinikmati dari hubungan itu, tapi kita juga mau memberi bagian kita. Pemberian ini tidak terbebas dari motivasi yang egois, tapi keegoisan sebagian besar tidak terlihat oleh rasa kebersamaan. Philia merupakan tingkatan kasih yang lebih tinggi dari eros didalamnya kebahagiaan “kita” terlibat daripada hanya kebahagiaan “saya”..

Cukup banyak pernikahan bahagia dibangun atas philia. Sebenarnya, baik juga jika suami dan istri adalah teman. Saya mengenal beberapa suami dan istri yang mengatakan mereka saling mengasihi tapi bukan teman! Mereka kelihatannya tidak menikmati kebersamaan. Suatu pernikahan tidak bisa selamat kecuali kasih ditumbuhkan setidaknya ditingkatan philia. Jika anda orang muda yang sedang merenungkan pernikahan, anda harus memberi waktu cukup lama untuk menemukan apakah anda betul-betul mencintai orang yang akan bersatu dengan anda seumur hidup. Beberapa bulan tidak cukup lama untuk belajar kesalahan dan kelemahan yang mungkin bisa mengganggu dan membuat anda marah setelah pernikahan. Anda telah mendengar kalau cinta itu buta, tapi dalam kenyataannya hanya eros yang buta. Itu menutup mata pada kesalahan, menertawakan kelemahan, dan merasionnalisasi potensi masalah. Philia, sebaliknya, menghadapi semua hal itu dan memutuskan apakah mereka punya kekuatan yang sebaliknya. Jika ada, philia menetapkan untuk hidup sukacita dengan kelemahan dalam kehidupannya setiap hari.

Philia merupakan kasih yang setengah-setengah—memberi sedikit, menerima sedikut; pembagian yang setengah-setengah. Suatu pasangan bisa berhasil atas dasar kasih ini selama masing-masing melakukan bagiannya dan keadaan hidup tetap tenang. Jika salah satu pasangan gagal memberikan bagiannya, atau jika tekanan yang tidak biasa terjadi (krisis keuangan, sakit yang parah, ketegangan dengan mertua, masalah seksual, masalah membesarkan anak, dll.), persahabatan menderita. Philia tidak tahan tekanannya. Itu akan menjadi egois dan menuntut, dan persahabatan menjadi konflik. Satu-satunya harapan untuk penikahan yang berhasil dan memuaskan adalah bertumbuh dalam tingkatan kasih yang tertinggi.

Tingkatan kasih itu adalah agape. Itu tidak mencari kesenangan sendiri, tapi senang memberi. Itu tidak dikobarkan oleh kelayakan atau nilai objek itu, tapi dari nature yang diberikan Tuhan. Agape tetap mengasihi bahkan saat objeknya tidak membalas, tidak baik, tidak kasih atau sama sekali tidak bernilai. Itu hanya menginginkan kebaikan orang yang dikasihi. Kasih itu hidup untuk membuat yang dikasihinya bahagia, apapun harga yang harus dibayar. Kasih itu tidak memberi 50 persen dan mengharapkan balasan yang sama. Kasih itu memberi semuanya dan tidak mengharap balasan!

Hati-hati terhadap tiruan! Seseorang akan mencoba memberikan kasih seperti ini untuk mendapat balasan yang lebih. Itu mungkin bisa terjadi, tapi bukan merupakan motif yang sebenarnya dari agape. Seseorang mungkin mencoba memberi agape-palsu kerena mereka menikmati kepuasan ego dipandang murah hati atau menjadikan seseorang tergantung pada mereka. Agape yang benar sama sekali tidak egois.

Anda berkata, “Tapi itu bukan manusia.” Anda benar! Tidak ada manusia dalam dunia bisa menghasilkan agape sejati. Agape diberikan oleh Tuhan saja. Sebenarnya, Tuhan sendiri adalah agape.3 Alkitab dipenuhi dengan gambaran Tuhan yang memberi, berkorban, dan menyediakan kebutuhan pendosa seperti kita.4 Saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, Tuhan memberikan agapeNya kedalam diri kita: “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”5 Kasih Tuhan itu akan dinyatakan melalui pengalaman sehari-hari kita.

Tapi bagaimana kita bisa menunjukan kasih Tuhan? Kita tahu kalau kita membutuhkan kasih seperti ini dalam rumah jika kita ingin menjadi orang Kristen yang bahagia, tapi kita kelihatannya tidak bisa memberikannya. Sebaliknya kita menunjukan kelaparan luar biasa untuk dikasihi, menuntut apa yang disebut psikolog sebagai kebutuhan dasar hidup manusia. Kita akan mencoba setiap cara untuk mendapat kasih yang kita butuhkan, tapi sebagian besar dari usaha kita hanya berbalik dan makin menjauhkan kita dari mereka yang ingin kita kasihi. Kita belajar melalui pengalaman yang pahit bahwa kita tidak bisa membuat seseorang mengasihi kita.

Solusinya ditemukan dalam Firman Tuhan. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”6 Kasih Tuhan bagi kita membangkitkan kasih dalam hati kita. Apakah hati anda dipenuhi dengan kepahitan, permusuhan atau perasaan tidak enak? Tuhan mengasihi anda, disamping keberdosaan anda. Tuhan mengasihi anda! Renungkan kasihNya, nikmati kasihNya, nyatakan kasihNya, dalami kasihNya, bersyukur padaNya atas kasihNya. Keagungan semuanya itu membuat dosamu lebih nyata dan kejam dimatamu, tapi anda akan mengakuinya, dan dalam kasih Dia akan mengampuni dan membersihkan anda, dan keagungan pengampunan kasihNya akan mengherankan anda lebih lagi. Tidak lama kemudian anda akan menyerahkan seluruh diri anda kepadaNya, membiarkan Dia mengontrol dan memenuhi anda, membiarkan hidupNya nyata dalam hidup anda. Kemudia kasih sejati, agape, akan mengalir melalui anda kepada mereka disekitar anda, karena buah Roh adalah agape.7 Hasilnya selalu baru, seseorang yang tahu bagaimana mengasihi dalam tingkatan yang tertinggi.

Motivasi kita untuk perubahan tidak bisa untuk mengubah mereka disekitar kita, tapi itu merupakan dampak dalam beberapa jangka waktu. Prinsip yang kita temukan dalam Firman Tuhan adalah kasih menghasilkan kasih. Bagian yang lain mengajarkan kebenaran yang sama. “apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya!”8 Saat kita menabur kasih kita menuai kasih. “Berilah dan kamu akan diberi!”9 Saat kita memberi kasih kita akan menerima kasih. Kita perlu membuka hati kita untuk mengasihi Tuhan dan membiarkan Dia menyatakan kasihNya melalui kita kepada pasangan dalam pernikahan. Dia akan menggunakannya untuk mengubah pernikahan kita kedalam hubungan yang indah yang sudah direncanakanNya bagi mereka.


1 James 4:4.

2 John 21:15, 16.

3 1 John 4:8.

4 Cf. John 3:16; Romans 5:8; 1 John 3:16; 4:10.

5 Romans 5:5, TLB.

6 1 John 4:19, KJV.

7 Galatians 5:22.

8 Galatians 6:7, TLB.

9 Luke 6:38, TLB.

Related Topics: Christian Home, Marriage, Love

6. “Tapi yang terbesar dari semuanya …”

Elemen terpenting dalam keluarga Kristen yang bahagia adalah kasih, tapi kenapa banyak orang berpikir kasih bukan bentuk tertinggi dari kasih itu. Baik eros, suatu perasaan yang diinspirasi oleh sesuatu yang menarik dalam objeknya, atau philia, suatu rasa persahabatan. Perasaan ini bisa menopang suatu hubungan untuk sementara dan mungkin membawa suatu kebahagiaan dalam tingkatan tertentu, tapi jika suatu pasangan bercita-cita mendapat sukacita yang tetap dalam penikahan maka mereka membutuhkan agape, kasih Tuhan. Agape tidak mencari apa yang bisa didapat, tapi mengejar apa yang bisa diberikan, dan terus memberi bahkan walau tidak ada balasan.

Saat Roh Kudus mengontrol hidup kita dan menyatakan agape melalui kita, jelas elemen eros dan philia tetap ada dalam hubungan pernikahan kita. Kita tetap menghargai ketertarikan terkasih kita dan ekspresi fisik dari mereka. Kita mendapat kepuasan dari kebersamaan, suatu hati yang dekat, emosi dan kehendak. Tapi kasih kita tidak lagi bergantung pada menariknya pasangan kita, juga dari kepuasan yang kita dapatkan. Sumber kasih kita yang terus bertumbuh adalah Tuhan sendiri. Dia menguduskan eros dan philia dan membuat mereka berarti dan berharga. Hidup menjadi seimbang dan indah, dan kebahagiaan dari Tuhan memerintah dalam rumah kita.

Rumah seperti apakah yang terjadi saat suami dan istri dipenuhi oleh Roh, dan agape dinyatakan? Jawabannya terdapat dalam 1 Korintus 13. Setiap pemunculan kata “kasih” dalam pasal ini diterjemahkan dari kata Yunani agape. Pasal ini mengandung penjabaran kasih daripada definisinya; itu menunjukan pada kita bagaimana agape bertindak. Walau agape sejati berkaitan dengan setiap objek kasih, seperti Tuhan sendiri, orang percaya lainnya, anak kita dan dunia yang terhilang, kita akan membatasi aplikasi dalam bab ini hanya pada hubungan suami istri.

(1) “Kasih Mau Menderita.” Itu sabar, lambat marah, lambat membalas, lambat tersinggung. Kasih sejati membuat kita mampu menanggung dengan sabar dengan orang yang kita kasihi saat mereka salah, menyerang, atau mengkritik kita. Itu lambat membela diri atau membalas. Seorang yang mengasihi mau menjadi keset kaki, membiarkan orang yang dikasihi melangkahi dia tanpa permusuhan, mengasihani diri, atau pernyataan sarkastik.

Sebagian orang akan menjawab, “itu bukan kasih; itu cara yang menyakitkan. Saya pasti hancur jika melakukannya.” Sebaliknya, itulah cara kita menunjukan pada orang yang kita kasihi kalau kita benar mengasihi mereka; saat mereka yakin akan hal ini, mereka akan mulai merespon seperti itu juga, karena kasih menghasilkan kasih. Memaksakan hak kita dan menyerang balik saat mereka salah pada kita hanya akan menambah masalah, dan itu akan menghasilkan kehancuran. Kita tidak bisa tidak menjadi keset kaki jika situasi menuntut seperti itu. Beberapa orang akan protes, “Tapi anda tidak kenal istri/suami anda; dia akan terus mengambil keuntungan dari saya; melangkahi saya dan menyukainya.” Tapi tunggu sebentar. Apakah anda meragukan Firman Tuhan yang kekal? “beri dan itu akan diberi.” “Apa yang ditabur, itu juga yang dituai.” “Kita mengasihiNya karena Dia lebih dahulu mengasihi kita.” Percayalah perkataan Tuhan. Terus nyatakan kasihNya, apapun akibatnya, karena Dia menjanjikan kalau itu akan menghasilkan kasih sejati sebagai balasan.

(2) “Kasih Itu Baik.” Ini sisi positif dari prinsip pertama. Kesabaran menjauhkan diri dari reaksi yang provokatif, sementara kebaikan mencari cara yang membangun untuk melakukan hal yang baik pada mereka yang dikasihi tidak peduli bagaimana mereka bertindak. Kebaikan adalah menunjukan penghargaan terhadap hal-hal kecil yang kita sukai dan mengatakannya dengan pujian yang tulus. Sebagian suami dan istri tidak bisa mengingat kapan terakhir pasangan mereka memuji dirinya.

Kebaikan adalah tangan yang menolong, dan itu berlaku untuk suami dan istri. Kebaikan merupakan nada suara, sikap yang menerima atau senyuman. Sebagian suami dan istri jarang bicara kebaikan diantara mereka. Mereka tahu cara bicara dengan nada baik terhadap orang lain, tapi mereka sendiri saling menggeram. Coba perhatikan kebaikan apa dalam rumah anda. Kapanpun anda bicara yang menghasilkan tanggapan negative, tanyakan ini, “Apakah itu baik?” Jika tidak, akui itu pada Tuhan, minta maaf pada pasangan anda, dan minta anugrah Tuhan untuk baik. Itu bisa berdampak besar dalam penikahan anda.

(3) “Kasih tidak Iri Hati.” Kasih tidak cemburu; ini bukan kompetisi dengan orang yang anda kasihi, juga menyakiti saat hanya berada diurutan kedua. Sayangnya, suami dan istri sering saling cemburu. Suami mungkin iri terhadap talenta istri, kemampuan kepemimpinannya, kemampuannya bergaul dengan orang lain, atau pengetahuannya terhadap Firman Tuhan. Istrinya mungkin iri melihat waktu yang diluangkan suami dengan anak-anak, atau perhatian kepada anak saat dia pulang kerja—setelah dia memberi diri seharian untuk merawat mereka. Dia mungkin iri tehadap waktu yang diberikan suami dalam pekerjaan, gereja, atau hal lain yang disukainya. Mereka berdua merasakan gelombang kecemburuan saat ada lawan jenis yang akrab dengan pasangan mereka. Kasih Agape tidak cemburu, dan menuntut diperhatikan sepanjang waktu.

(4) “Kasih tidak memegahkan diri dan Sombong.” Kedua hal itu sama artinya. Kasih itu tidak menggelembung; Tidak membesar-besarkan nilai suatu hal. Itu tidak menganggap diri lebih hebat dari objeknya. Kesombongan sangat halus, apakah itu sombong akan kemampuan, pendidikan yang lebih baik, budi bahasa yang lebih baik, kerohanian yang lebih, atau banyak hal lainnya. Itu merangkak tanpa disadari, tapi hampir selalu nyata dalam prilaku kita terhadap pasangan, menggerogoti hubungan kita sampai hanya sedikit yang tersisa.

Kadang kita merasa bahwa kita telah melalukan suatu yang luar biasa. Kita ingin dipuji, tapi pujian tidak pernah datang. Perasaan kita terluka, dan kita mulai mengulangi apa yang telah kita lakukan untuk mendapat pujian. Ini bukan kasih, karena kasih tidak menyombongkan diri. Mungkin kekurangan kasih yang menahan pujian, tapi setiap kita akan bertanggung jawab pada Tuhan untuk diri kita—bukan pasangan kita.

(5) “Kasih Itu berlaku sopan.” Kasih tidak pernah berlaku tidak pantas, tapi selalu berlaku sopan dan pantas. Saat kita benar-benar mengasihi, kita berusaha melakukan hal kecil untuk menunjukan perhatian kita. Siapapun itu. Kebanyakan istri mendapatkan suaminya jarang membuka pintu mobil atau tindakan yang menunjukan hal yang kasih. Tidak hanya suami saja yang salah. Sebagian istri bereaksi marah saat suami mereka membuat permintaan tidak masuk akan dalam nada yang tidak enak. Istri lain menunjukan ketidak sopanan dengan memotong suaminya yang sedang bicara. Kasih tidak pernah kasar.

(6) “Kasih tidak egois.” Inilah inti kasih yang tidak egois, tidak adanya pengutamaan kepentingan pribadi. Kasih tidak menuntut caranya sendiri atau haknya saja. Hal pelanggaran hak mungkin salah satu masalah umum dalam pernikahan. Semua kita percaya bahwa kita memiliki hak tertentu: hak untuk dihargai, hak untuk melakukan sesuatu dengan cara kita, hak untuk menikmati kenyamanan pribadi, hak untuk memenuhi kebutuhan kita. Saat pasangan kita melanggar hak ini, kita bereaksi dalam kemarahan dan permusuhan. Tapi kesabaran sejati menurut Alkitab adalah kemauan untuk memberikan hak itu kepada orang yang kita kasihi. Sebenarnya, ketika kita sepenuhnya berserah kepada Tuhan, kita dengan sukacita menyerahkan hak kita kepadaNya. Jika kita dengan tulus memberikan semuanya pada Dia, tidak ada yang akan dilanggar. Kita hanya menikmati hak yang Tuhan lihat sesuai dengan kehendakNya. Lihat lagi konflik dengan orang yang anda kasihi, dan anda mungkin melihat beberapa hak anda yang dilanggar. Saat anda mencoba menuntut hak anda, minta kasih karunia dan kuasa Tuhan untuk menyerahkan itu padaNya. Kemudian lihat ketegangan mulai mereda dalam hubungan pernikahan anda.

(7) “Kasih tidak mudah marah.” Tidak terlalu sensitive. Karena itu telah diserahkan pada yang dikasihi, tidak ada yang perlu dikesalkan. Kasih tidak mudah marah, kuat, tidak pemarah. Orang yang terlalu sensitive merupakan pasangan yang buruk; mereka butuh dipimpin Roh Tuhan untuk memberikan mereka kemenangan dalam hal ini jika mereka berharap menemukan kebahagiaan dalam pernikahan.

(8) “Kasih tidak memikirkan hal yang jahat.” Kasih tidak terus melihat kesalahan yang dilakukan objek kasih itu. Kasih juga tidak membesarkan kesalahan manusia. Kasih mengampuni dan melupakan; tidak mendendam atau menghitung ! apakah anda pernah melihat kebelakang kehidupan pernikahan anda dan menghitung kesalahan yang diperbuat kepada anda? Kita cenderung melakukan ini saat kita ingin berdebat. Tapi itu bukan kasih. Apakah anda pernah membiarkan pikiran anda terus berpikir tentang kesalahan dan kekurangan pasangan anda sampai anda merasa terbalaskan? Kita rawan akan hal ini setelang terjadi perdebatan yang panas. Tapi ini juga bukan kasih. “Jangan pikir hal yang buruk” juga menghilangkan kritik yang terus menerus dan ketidak setujuan yang sering ditujukan pada pasangannya. Itu memerlukan disiplin yang dimampukan oleh Roh untuk menghentikan kebiasaan yang buruk ini jika anda sudah jatuh kedalamnya, tapi anda tidak akan meneruskannya jika anda benar-benar kasih. Sebagai permulaan yang baik anda bisa menuliskan daftar hal yang baik dari pasangan anda. Bacakan itu setiap kali anda dicobai untuk mencari kesalahan. Tuhan bisa menggunakan itu untuk mengubah prilaku anda secara dramatis.

(9) “Kasih tidak senang dengan ketidakadilan, tapi bersukacita dalam kebenaran.” Pernyataan ini mengarah pada kepuasan jahat yang kita rasakan saat seseorang yang melukai kita tertangkap melakukan sesuatu yang salah. “Dia pantas mendapatkan hal itu” merupakan reaksi kita yang tidak berperasaan. Pernyataan itu juga bisa pada terjadi pada saat kita menyombongkan kelemahan pasangan kita untuk membenarkan diri. Sebagai contoh, kita mungkin meninggikan diri terhadap kesalahan yang dilakukan pasangan kita. Kita menekankan hal itu dengan, “lihat; kamu juga tidak sempurna!” Kasih tidak bersukacita saat kesalahan dibuat, tapi saat kebenaran dan hal dilakukan.

(10) “Kasih menanggung semua hal.” Kata “menanggung” diterjemahkan secara literal “menutupi, melewati dalam diam, menjaga tetap rahasia.” Kasih tidak mengumumkan kesalahan seseorang, tidak merendahkan orang yang dikasihi dengan menunjukan kelemahan dan kegagalan dihadapan orang lain. Walaupun hal ini merupakan olahraga diluar ruangan yang disukai beberapa pasangan, itu bukan kasih. Kasih menjaga hal ini tetap rahasia.

(11) ‘“Kasih percaya semua hal.” Ini tidak berarti kasih itu mudah ditipu, tapi tidak curiga, meragukan dan salah percaya. Kasih sejati menghilangkan hal ketiga: “dimana kamu? Apa yang kamu perbuat? Dengan siapa kamu? Kenapa tidak pulang lebih cepat?” beberapa wanita protes saat mereka mendengar kasih percaya semua hal. “Tapi dia sudah sering berbohong; Saya tidak bisa percaya lagi.” Mungkin anda tidak bisa percaya dia, tapi anda bisa percaya Tuhan akan menggunakan kasih anda dan kepercayaan anda untuk mengubah hidupnya. Kasih terus percaya.

(12) “Kasih mengharapkan semua hal.” Kasih tidak membesarkan masalah untuk membenarkan penghentian. Kasih tidak pernah menyerah berharap, tidak pernah putus asa. Kasih tetap berjalan.

(13) “Kasih sabar terhadap semua hal.” Konsepnya adalah tahan menderita suatu penyerangan. Kasih bertahan terhadap setiap badai penderitaan atau penganiayaan. Kasih menerima setiap pukulan dan tetap kembali untuk berjuang—dengan sukacita!

(14) “Kasih tidak pernah gagal.” Kasih tidak pernah hancur, tidak pernah berhenti. Selama Roh Tuhan mengatur kehidupan kita Dia terus menghasilkan kasih dan kita terus menyatakan hal itu! Jika kita berhenti, kita tahu kalau Roh Tuhan tidak lagi mengatur, karena kasih Tuhan tidak pernah berakhir.

Saya berharap anda bisa mendengar bagaimana Karena menggambarkan bagaimana Firman Tuhan bekerja dalam hidupnya. Suaminya, Bruce, telah bertumbuh dalam gereja dan mengakui Kristus sebagai Juruselamat, tapi dia tidak pernah menunjukan kenyataan rohani itu dalam tindakannya. Setelah Karen dan Bruce menikah hal berubah dari buruk menjadi lebih buruk. Bruce mulai mabuk berat, keluar sepanjang malam, membuang uang mereka, dan tidak memperlakukan Karen dan anaknya dengan baik.

Setelah hal ini berlangsung lama. Sahabat Karena memohon agar dia meninggalkan Bruce untuk kepentingan anak dan kesehatan mental dan fisiknya. Bagaimanapun, dia menolak, karena dia yakin Tuhan akan mengubah suaminya. Dia menyerahkan haknya untuk menikmati suami yang kasih dan pengertian, dan minta Tuhan memenuhi dia dengan kasih dan kebaikan yang lebih besar kebalikan dari kekejaman yang dia alami. Dia tetap percaya dan berharap.

Setelah beberapa tahun kemudia saat saya duduk dalam ruang tamu mereka dan mendengar cerita mereka. Bruce sekarang seorang suami, ayah dan pemimpin rohani yang bisa diandalkan dalam rumah dan digereja. “Apa yang membuat perubahan ini?” saya bertanya. “Ada beberapa factor,” dia menjawab. “Tuhan menggunakan setia penginjil yang datang untuk menyelesaikan keputusan ini. Tapi pengaruh terbesar adalah Karen—keinginannya untuk tetap bersama saya dan menanggung semua penderitaan yang saya buat terhadapnya. Saya tahu dia benar-benar mengasihi saya. Kasih yang membuat saya sadar.”

Rasul Paulus menyimpulkan kotbahnya tentang kasih dengan 3 sifat orang Kristen—iman, pengharapan, dan kasih. Seharusnya tidak mengagetkan kalau pernyataan terakhirnya adalah, “tapi yang terbesar dari semua itu adalah kasih.”1 Inilah agape—inilah kasih Tuhan—merupakan hal terbesar dalam dunia. Ini bisa mengubah rumah kita dan membuat semua yang kita impikan jadi kenyataan. Tapi itu semua tergantung pada kita—pada kemauan kita mengijinkan Roh Tuhan menghasilkan kasih ini dalam hati dan kehidupan kita.


1 1 Corinthians 13:13.

Related Topics: Christian Home, Marriage, Love

7. Ini Suatu Misteri Besar

Pria dan wanita berbeda! Anda mungkin melihat hal ini sudah kenyataan, tapi perbedaannya sangat penting untuk dipikirkan, karena trend masa kita adalah mengurangi perbedaan, memperbesar kesamaan, dan menyalahgunakan arti kesetaraan. Kita mendengan kalau wanita bisa melakukan apapun yang pria lakukan, dan beberapa wanita berjuang mendapatkan pekerjaan pria untuk membuktikan hal itu. Gaya berpakaian cenderung mengaburkan perbedaan antara kedua jenis ini. Urutan otoritas Alkitab dalam keluarga diejek oleh sosiolog modern. Pasangan modern ingin kata “taat” dikeluarkan dalam upacara pernikahan karena bagi mereka itu mengurangi status mereka menjadi seperti budak.

Tuhan membuat pria dan wanita untuk berbeda. “Pria dan wanita diciptakanNya.”1 “Permulaan Tuhan menciptakan pria dan wanita.”2 Pria dan wanita bicara hal yang berbeda, berjalan dengan cara berbeda, berpikir beda, dan bahkan makan yang berbeda! Mereka dimotivasi oleh nilai yang berbeda dan dipengaruhi oleh emosi yang berbeda. Mereka berbeda dalam setiap sel tubuh mereka.

Walau ada beberapa perbedaan antara wanita dan pria, termasuk pengecualian semua penyamarataan, kita bisa melihat perbedaan penting. Secara umum, pria secara fisik lebih kuat dari wanita. Mereka lebih logis dari wanita, karena wanita kelihatannya lebih mengandalkan intuisi dan emosi. Pria umumnya lebih objektif, wanita lebih subjektif. Pria sering lebih realistic, wanita idealistic. Banyak pria bisa meyakinkan diri sendiri, sementara wanita sering perlu diyakinkan. Pria kelihatannya lebih kuat dalam pemikiran, sementara wanita lebih bisa terpengaruh orang lain. Disaat yang sama, wanita umumnya lebih simpatik dari pria. Mereka lebih tertarik terhadap orang, sementara pria terhadap benda. Dalam bab berikut kita akan membahas beberapa perbedaan dan kebutuhan khusus yang diperlukan. Kita akan melihat bagaimana perintah spesifik Tuhan bagi suami dan istri untuk menolong pasangannya memenuhi kebutuhan khususnya. Untuk saat ini, kita akan belajar kenapa Tuhan menciptakan pria dan wanita dengan perbedaan seperti itu.

Rasul Paulus membahas alasannya dalam suratnya kepada jemaat Efesus. Jika ada hal yang ingin dimengerti pasangan tentang pernikahan, itu adalah hubungan suami istri dibandingkan dengan hubungan Kristus dan gerejaNya. Dia mengulangi hal itu 3 kali dalam ayat berturut-turut.3 Kemudian, setelah bicara pria bersatu dengan istrinya, dia membuat pernyataan luar biasa: “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”4 Hubungan pernikahan dibuat oleh Tuhan untuk menjadi ilustrasi hidup akan hubungan Kristus dan gerejaNya. Walau pernikahan dibuat dalam taman Eden lama sebelum gereja dimulai, persatuan itu menyatakan bahwa Tuhan suatu hari akan membentuk gereja dan menjadikannya pengantin AnakNya. Ini suatu misteri besar, kebenaran ilahi yang tersembunyi selama berabad-abad tapi sekarang dinyatakan dengan jelas. Pernikahan merupakan pernyataan luar biasa, dengan jelas menggambarkan hubungan antara Kristus dan gereja.

Dalam drama pernikahan pemainnya adalah suami dan istri. Semua memiliki peran yang harus dinyatakan. Suami menggambarkan Kristus dan istri mewakili gereja. Tidak ada yang lebih jelas dari Alkitab:

“karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”5

Setiap pemain harus secara unik beradaptasi dengan perannya. Satu alasan yang sangat penting bahwa Tuhan membuat pria dan wanita tidak sama adalah bahwa pria menggambarkan Kristus dan wanita menggambarkan gereja sebagai pelajaran.

Seperti ada urutan otoritas dalam hubungan Kristus-gereja, demikian juga ada urutan otoritas dalam hubungan suami-istri. Satu yang paling diperdebatkan adalah konsep Alkitab bahwa “… suami adalah kepala istri, seperti Kristus adalah kepala gereja.”6 Ini pengajaran Alkitab tentang kepemimpinan. Jika dengan benar dimengerti dan dilakukan, ini bukan suatu yang tidak enak tapi suatu syukur dan kehormatan. Karena pengajaran ini merupakan bagian dari Firman Tuhan yang tidak mungkin salah, maka tidak ada pernikahan harmonis yang sempurna diluar dari aplikasi ini, Kemudia apa itu kepemimpinan?

Mungkin kita harus memutuskan apa yang bukan. Kepemimpinan bukan superioritas. Dalam Alkitab tidak ada yang menunjukan bahwa pria superior dari wanita. Sebenarnya, dengan jelas dinyatakan bahwa pria dan wanita sejajar dimata Tuhan. “tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”7 Dua menjadi “satu daging” juga menunjukan kesetaraan. Tuhan menciptakan pria dan wanita untuk diperlakukan setara—bukan lebih rendah. Pria yang merendahkan wanita mungkin melakukan itu untuk meyakinkan kepriaan mereka. Jika mereka yakin bahwa pria superior dari wanita, maka mereka merasa superior terhadap istri tidak peduli betapa lemah atau tidak bertanggung jawabnya mereka itu!

Kepemimpinan juga tidak terdiri dari dominasi atau kediktaktoran. Pengajaran kepemimpinan tidak menghancurkan kepribadian atau kehendak istri, atau menguranginya menjadi seperti budak. Sebenarnya hal ini berlawanan. Yesus Kristus merupakan contoh utama tentang hal ini, sebagai kepala gereja Dia melayaninya.8 Dalam kapasitas ini Kristus melayani gereja—suatu fakta yang para suami perlu pikirkan! Beberapa pria memiliki pemikiran yang salah tentang arti kepemimpinan “Saya bos dan kamu lakukan apapun yang saya suka. Sekarang ambilkan sandal saya.”

Pria lain memiliki pemikiran lucu bahwa kepala termasuk hak menggertak. Mereka digertak oleh bos saat kerja, jadi mereka pulang dan menggertak istri dan anak untuk membuktikan kejantanannya. Tapi brutalitas bukan kejantanan. Sebaliknya itu menunjukan kelemahan. Manusia yang duduk diatas kelemahan seseorang daripada dirinya menunjukan ketidakpastian tentang kekuatan dia yang sebenarnya. Jika dia mendorong istrinya, menyeret istrinya, atau memukulnya, dia menunjukan ketidakpastian, tidak dewasa, dan tidak kompeten sebagai seorang suami. Perlakuan seperti itu membuat istri masuk kerehabilitasi mental. Pria yang berpikir dia bisa mengatur istrinya seperti budak, menipu istrinya disetiap hak istimewa yang Tuhan ingin istrinya miliki.

Disisi positif, kepala merupakan kepemimpinan kasih. Ada kebutuhan umum untuk kepemimpinan dalam setiap pengalaman manusia. Kita punya itu melalui pemerintahan—setempat, Negara bagian, dan federal. Mentri, gubernur, dan presiden tidak superior terhadap kita, tapi sebagai pemimpin yang kita pilih mereka didelegasikan posisi otoritas. Kita memiliki otoritas dalam sekolah, pekerjaan, dan gereja kita.9 Kita memerlukan itu dalam keluarga. Alkitab menyatakan, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.”10 Mungkin teladan terbesar tentang hal ini adalah Bapa Head over Anak. Kristus setara dengan BapaNya sejak kekekalan, tapi Dia tunduk pada otoritas Bapa. Seperti Bapa kepala Anak dan Anak kepala manusia, juga pria kepala wanita dalam hubungan pernikahan.

Para wanita mungkin bertanya, “kenapa harus begitu?” Jawabannya sederhana—untuk menunjukan tunduknya gereja kepada kepemimpinan Yesus Kristus. “Tapi kenapa harus wanita yang harus tunduk?” Karena cara Tuhan menciptakannya. Disatu sisi, wanita secara fisik lemah.11 Lemah bergantung pada yang kuat, dan yang kuat memimpin yang lemah. Itu kata Tuhan pada Hawa diawal hidupnya, “Dia[Adam] akan berkuasa atasmu.”12 Dia jadi kepala, diberikan otoritas.

Natur yang diberikan Tuhan pada wanita adalah untuk dipimpin, bergantung. Dia tidak akan benar-benar bahagia dengan peran lain. Beberapa wanita, karena keegoisan dan tidak dewasa, mencoba mendominasi suaminya—tapi mereka tidak bahagia dengan hal itu. Semakin dewasa wanita itu, semakin sadar kalau dia melemahkan pria yang dia nikahi, semakin dia membenci dirinya karena itu. Keinginan istri mengkritik, mengejek, merendahkan, atau memanipulasi suami sering tidak terkontrol, tapi Kristus bisa menolongnya untuk mengontrol semua itu. Dia tidak akan betul-betul bahagia kecuali membiarkan Kristus mengubahnya. Tuhan membuat wanita untuk bergantung pada suami; jika dia mengabaikan itu, dialah yang menderita.

Sayangnya, beberapa pria menjauh dari peran kepemimpinan mereka. Otoritas mendatangkan tanggung jawab, tuntutan, keputusan, tekanan, dan waktu yang lebih banyak. Mereka sudah mendapat hal ini dipekerjaan dan tidak ingin diganggu dengan semua ini dalam rumah. Karena mereka lebih tertarik dengan kenyamanan diri daripada tanggung jawab Alkitab mereka, mereka memaksa istri memaikan peran pemimpin—dengan hasil yang kacau balau. Situasi ini berlawanan dengan nature wanita dan pria yang diberikan Tuhan. Ini mendatangkan perselisihan, frustrasi, tidak puas, permusuhan, dan pertengkaran. Para pria, ambil kendali! Jadilah pemimpin dalam rumahmu. Ambil inisiatif dalam membuat keputusan, melatih anak, dan membangun ibadah keluarga. Tidak ada pria yang mengabaikan tanggung jawab ini bisa menjadi pemimpin gereja.13

Suatu pagi saya bertanya pada 51 wanita dalam kelas Alkitab apa yang paling mereka butuhkan dari suaminya. Para wanita itu menjawab, “Saya perlu kepemimpinan dan tanggung jawabnya. Saya harus membuat keputusan yang seharusnya dia yang melakukan itu, dan saya tidak suka pakai celana.” Banyak wanita lain menjawab mirip seperti itu. Mereka prihatin terhadap kepemimpinan rohani suami mereka. Beberapa suami Kristen menolak memimpin doa dalam rumah mereka. Berlawanan dengan apa yang dilakukan dan dikatakan para istri, mereka tidak ingin mendominasi suami mereka. Mereka ingin dipimpin dengan kasih. Inilah peran yang diberikan Tuhan dalam drama perkawinan.

Bagaimana kepemimpinan ini diimplementasikan dalam rumah Kristen? Saya percaya mirip dengan kepemimpinan yang dilakukan dalam menjalankan organisasi. Tidak ada perusahaan yang berhasil bisa berfungsi baik dengan 2 kepala. Jika ada presiden dan wakil presiden, maka umumnya presiden merupakan pemimpinnya. Wakil presiden mungkin lebih pintar dari bosnya, tapi presiden menjalankan otoritas yang lebih besar. Statusnya bukan sebagai diktaktor, tapi menjalankan otoritas. Pengaturan bisa bejalan baik jika ada saling percaya, jika mereka melihat adanya kesetaraan, jika saling membagi dari kemampuan masing-masing, sumber, dan pengalaman, dan jika mereka membuat aturan dan keputusan secara bersama, dan semua menjalankannya. Dibelakang semua itu, ada kenyataan bahwa hanya satu dari mereka yang merupakan pemimpin. Dalam penilaian akhir dialah yang bertanggung jawab atas semua yang dilakukan.

Inilah yang harus dikerjakan dalam pernikahan Kristen. Ini bisa digambarkan sebagai demokrasi dengan kepemimpinan pria. Setiap pasangan harus saling memperhatikan, dan untuk kebaikan pernikahan. Harus ada sharing dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan masalah. Karena setiap pasangan menunjukan kasih tulus, maka masalah yang tidak bisa diselesaikan sangat jarang. Tapi dalam kasus yang jarangpun, Tuhan berkata bahwa suami harus memimpin dengan kasih dan istri dengan kasih mengikuti.

Inilah blueprint Tuhan bagi keluarga Kristen. Ini jauh dari pandangan yang merendahkan wanita. Ini juga jauh dari pandangan modern tentang kesamaan yang membebaskan wanita dari tanggung jawab keluarga, dapur, dan anak-anak dan membebaskan mereka dari otoritas suami.

Seorang wanita menemukan kesetaraan dan kebebasan sejati saat dia melakukan peran yang diberikan Tuhan sebagai penolong, bergantung pada pria yang sudah Tuhan berikan dan tunduk padanya. Dia akan membalas dengan kasih, melindungi, dan memenuhi kebutuhannya. Tuhan merencanakan peran pria dan wanita untuk menunjukan hubungan antara Kristus dan gereja. Dia minta agar kita memuliakan Dia dengan menerima peran kita dengan sukarela dan menjalankannya dengan setia.


1 Genesis 1:27, KJV.

2 Matthew 19:4, TLB.

3 Ephesians 5:23-25.

4 Ephesians 5:32, KJV.

5 Ephesians 5:23-25, TLB.

6 Ephesians 5:23, KJV.

7 Galatians 3:28, KJV.

8 Matthew 20:28.

9 cf. 1 Thessalonians 5:12; 1 Timothy 5:17; Hebrews 13:17.

10 1 Corinthians 11:3, KJV.

11 1 Peter 3:7.

12 Genesis 3:16, TLB.

13 1 Timothy 3:4, 5.

Related Topics: Christian Home, Marriage, Love

8. Apa yang Harus Diketahui Setiap Pria

Ada buku yang berjudul What Men Know About Women. Semua halamannya kosong! Kita sering mendengar pria yang frustrasi berkata, “Saya tidak bisa mengerti wanita.” Tapi Rasul Petrus berkata, “hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu.”1 Ini sangat paradoks. Tuhan menyuruh pria untuk hidup bijaksana dengan istrinya—suatu pengertian akan nature dasar dan kebutuhan mereka—tapi sebagian besar pria sangat sedikit tahu tentang wanita. Bisakah ini menjadi alasan kenapa banyak pernikahan yang salah?

Jika Tuhan berkata bahwa pria harus hidup bijaksana dengan istrinya, maka jelas mereka bisa tahu sesuatu tentang mereka, pendapat popular sekalipun! Hal pertama yang perlu mereka ketahui dinyatakan dalam ayat yang baru kita kutip: “Hormati istrimu, karena mereka kaum yang lebih lemah.” Wanita adalah kaum yang lebih lemah. Itu tidak berarti wanita secara mental, moral, atau rohani lebih rendah, tapi secara fisik dia lebih lemah. Dia mungkin kurang terpengaruh akan penyakit dan mungkin memiliki jangka hidup yang lebih lama dari pria, tapi kenyataan tetap wanita lebih lemah secara fisik. Tuhan menciptakannya seperti itu dengan tujuan agar yang lemah bergantung pada yang lebih kuat.

Karena istri secara fisik lemah, dia bergantung pada suaminya untuk perlindungan dan penyediaan. Tugasnya adalah menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan, sementara istri dibuat Tuhan untuk mengandung anak dan menyediakan mereka dengan kasih dan perawatan yang dibutuhkan. Bagaimanapun, peralatan yang diberikan Tuhan untuk menjalankan peran itu menyebabkan kelemahannya—emosinya. Seorang wanita kadang bergumul dengan perubahan mood yang tiba-tiba dan tidak bisa dijelaskan. Ini disebabkan oleh kimia hormone yang merupakan bagian darinya. Emosi yang seperti itu membuat dia bergantung pada pria yang diberikan Tuhan. Itu menekankan perkataan Tuhan pada Hawa: “engkau akan berahi kepada suamimu.”2 Dia mencarinya dengan suatu keinginan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Dia diciptakan untuk dia, dan hidupnya berpusat padanya. Tuhan ingin para suami untuk “hidup bijaksana dengan istri,” kemudian sesuai dengan itu, “hormati istri, sebagai kaum yang lebih lemah.” Tuhan yang menciptakan kebutuhan emosi dalam wanita ini bertujuan agar dipenuhi oleh suami.

Sebagian dari anda mungkin bertanya, “Bagaimana dengan wanita yang tidak memiliki suami? Siapa yang akan memenuhi kebutuhan mereka?” Tuhan akan memberikan karunia lajang kepada wanita yang Dia inginkan tetap single. Lebih jauh, kebutuhan wanita bisa dipenuhi oleh Tuhan sendiri. Sebenarnya setiap wanita Kristen, menikah atau lajang, butuh menjaga hubungan pribadi dengan Kristus. Bagaimanapun, hal ini tidak menjadi alasan bagi suami dalam tanggung jawabnya terhadap istri. Cara Tuhan yang umum untuk memberikan keamanan dan kepuasan bagi wanita adalah melalui suaminya.

Bagaimana suami melakukan itu? Bagaimana setiap pria bisa memuaskan kebutuhan dasar wanita? Ini mungkin terdengar terlalu menyederhanakan, tapi beberapa huruf bisa menjadi jawaban lengkap dari masalah kompleks ini. Tanggung jawab utama suami dalam pernikahan Kristen adalah mengasihi istrinya. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.”3 “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.”4 “kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri.”5 “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”6 Semua ayat ini membutuhkan agape, merupakan kasih tertinggi untuk terus memberi saat tidak ada balasan dan hanya untuk kebaikan orang yang dikasihi dengan pengorbanan pribadi.

Ayat ini memberikan pengertian baru dari pengajaran yang salah terhadap kepemimpinan pria. Kepemimpinan bukan pengajaran kejantanan yang dengan cerdik dibuat untuk menyombongkan ego suami. Kepemimpinan meliputi tugas suami untuk membangun suasana kasih dimana kebutuhan dasar istri bisa dipenuhi—Suatu lingkungan dimana istri bisa dengan bebas bertumbuh dan mengembangkan semua yang Tuhan harapkan. Ketaatannya adalah respon sukarela terhadap kepemimpinan kasih suami.

Kata kuncinya adalah respon. Wanita adalah responder. Ini peran seseorang yang bergantung pada orang lain. Bunga bergantung pada sinar matahari dan hujan; saat mereka mendapatkannya, mereka berespon dengan mengembang dengan indah. Inilah juga cara Tuhan membuat wanita. Dia berespon terhadap apa yang diterimanya. Jika dia menerima kritik, kekasaran, tidak peduli, kurang dihargai, atau kurang dikasihi, dia akan berespon dengan membela diri, seperti kepahitan, dingin, perlawanan atau ngomel. Sebagian wanita menjadi peminum atau membenamkan diri dalam kegiatan sosial.

Tapi jika wanita menerima kasih, dia akan berespon dengan kasih, dan akan mengembang dengan indah menjadi mahluk terindah. Saat pria menyatakan istrinya tidak mengasihinya lagi, dia menyatakan bahwa dia tidak mengasihi istrinya seperti seharusnya. Jika dia mengasihi istrinya, maka istrinya berespon dengan kasih juga. Seorang pria mendapatkan apa yang diberikan pada istri. Dia tidak bisa memaksa istri untuk mengasihi dia, tapi dia bisa menunjukan kasih pada istri dan menikmati respon kasih istrinya. Maka dari itu, tanggung jawab pernikahan yang berhasil terutama diletakan pada suami. Dia yang melakukan langkah pertama—yaitu mengasihi istrinya dengan kasih Kristus.

“Jika saja dia berhenti ngomel, saya bisa lebih mengasihinya.” Jika itu yang anda katakan, maka lakukan sebaliknya! Suami harus berinisiatif. Kasih marupakan prilaku mental yang diterima melalui tindakan kehendak manusia dari sumber segala kasih, Tuhan sendiri. Ini tidak bergantung pada kelayakan atau tindakan objek, tapi pada kasih Tuhan yang tidak berkesudahan dan tidak berubah. Seorang istri bisa menjadi manis atau masam; rumah bisa menjadi bersih atau kotor; makanan bisa jadi enak atau buruk; tapi semua itu seharusnya tidak mempengaruhi kasih suami. Dia mengasihi istrinya “seperti Kristus mengasihi gereja.” Kita mengetahui bahwa kasih Kristus bagi gereja tidak berasal dari hal indah yang dilihatNya dalam kita, tapi melalui nature kasihNya. Sekarang DIa menyediakan kasih yang sama bagi setiap suami Kristen yang ingin pernikahannya berjalan.

“Para suami, kasihi istrimu seperti Kristus mengasihi gereja, dan memberikan diriNya.” Calvary, dimana Kristus mengorbankan DiriNya, merupakan pernyataan kasih terbesar dalam sejarah manusia. Pengorbanan diri merupakan inti kasih. Sekarang Tuhan meminta setiap suami Kristen melakukan pengorbanan yang sama. Hal yang sangat penting diingat—kasih memberi. Itu meliputi memberikan hal materi yang dibutuhkan istri saat keuangan mengijinkan, dan mungkin memberikan pemberian kecil dan berkata, “Aku perduli. Aku memikirkanmu saat kita terpisah.” Itu tidak menghabiskan banyak uang, tapi meyakinkan istri tentang kasih suaminya.

Kasih juga meliputi pertolongan. Kadang suami mengembangkan pemikiran aneh bahwa rumahnya merupakan istana dan dia adalah rajanya. Tugas istrinya adalah menyediakan kenyamanannya dan melindungi dia dari semua situasi yang tidak nyaman. Dia duduk dengan agung dimeja makan, tenggelam dalam kursi, dan menghibur diri dengan suratkabar dan televise sementara istrinya membersihkan dapur, mengatur rumah, menolong pekerjaan rumah anak-anak, dan menidurkan mereka. Setiap pelanggaran akan waktu menjadi raja akan diberi protes. Sebagian besar pekerjaan istri itu berat, mungkin lebih berat dari suami mereka, dan tidak ada suami terlalu tinggi untuk menolong pekerjaan rumah dan anak-anak. Jika istri merupakan kaum yang lebih lemah, maka menyuci piring, menyapu lantai, mengawasi anak, membersihkan jendela, atau hal kecil lainnya merupakan cara lain mengatakan, “Aku cinta kamu.”

Kasih yang berkorban meliputi pemberian waktu. Sebagian suami terlalu sibuk dengan hal lain, membetulkan alat, atau memberikan malam dengan istrinya. Dengan itu mereka berkata, “Engkau tidak cukup berharga untuk pengorbanan pribadi,” dan ini menyebarkan rumput liar dibunga yang indah. Tapi saat istri mulai layu dan merefleksikan prilaku yang sama terhadap suami, dia biasanya mengeluhkan hal itu. Masalah ini bisa diselesaikan saat suami mulai menunjukan kasih Kristus.

Kasih bisa meliputi pemberian sesuatu. Sering seorang suami memiliki hobi yang tidak disukai istri. Biasanya kompromi bisa dibuat: istri bisa mengembangkan hobi tersendiri, suami bisa membatasi diri terhadap sesuatu, atau mereka merencanakan kegiatan khusus bersama. Tapi jika semua percobaan untuk menyelesaikan konflik gagal, maka Tuhan bertujuan agar istri mengetahui bahwa dia mendapat tempat penting dalam hidup suaminya, dan disamping Tuhan suaminya adalah diatas semua hal. Itu tidak memberikan istri hak untuk menuntut agar suaminya memberikan sesuatu untuk “membuktikan kasihnya,” tapi meletakan diatas setiap suami Kristen kebutuhan untuk meyakinkan istrinya kalau dia mengasihinya diatas semua hal.

Kasih seperti Kristus meliputi meyakinkan kembali dan pemberian semangat. Sebagian pria menolak mengatakan pada istri kalau mereka mengasihinya. “Saya sudah mengatakan itu saat menikahinya, dan dia mengetahui hal itu benar.” Ya, tapi wanita perlu diyakinkan kembali. Seluruh hidupnya dibungkus oleh keamanan kasih suaminya, dan Tuhan ingin dia diyakinkan dalam setiap cara yang memungkinkan. Dia butuh mengetahui kalau suami mempedulikannya—bahwa suami menghargai hal yang dia lakukan untuk menyenangkannya, seperti menjaga rumah dan memasak makanan. Dia perlu tahu bahwa suami pulang karena dia ada disana—bukan hanya makanan dan tempat tidur! Salah satu keluhat istri adalah suami mereka menganggap itu biasa saja, memperlakukan mereka seperti pembantu. Inilah apa yang wanita katakan apa yang paling dibutuhkan dari suaminya: “Saya butuh rasa dibutuhkan, bahwa apa yang saya lakukan bagi dia dan anak kita penting baginya. Kemudian, saya ingin dihargai akan apa yang saya lakukan.” Sebagian besar istri berusaha keras untuk menyenangkan, dan mereka butuh untuk mengetahui kalau suami mereka menyetujui dan menghargai usaha mereka.

Dari semua hal yang Tuhan ingin suami beri pada istrinya, seperti yang Kristus berikan—Kehadirannya. “Oh, saya mau mati demi melindungi istri,” protes seseorang. Memberikan diri mungkin tidak menuntut mati bagi istri kita, tapi jelas menuntut kehadiran diri, dan itu hal yang tidak ingin dilakukan suami. Mereka mengeluarkan istri dari kehidupan mereka. Mereka pikir kerja keras dan menyediakan materi berlimpah akan membuat istri bahagia. Dan saat mereka bekerja untuk kaya, istri mereka dirumah dengan hati yang sakit, ingin membagi hidup dengan suami seperti maksud Tuhan, memberi penghargaan, dan kasih Tuhan ingin mereka dapatkan, menginginkan tuntutan pengertian simpatik.

Seorang wanita menulis, “Suami saya perlu memberi tahu saya bahwa dia sadar akan masalah saya dan mengertinya. Saya perlu merasakan bahwa kita bekerja bersama untuk tujuan yang sama.” Satu kata yang sering muncul saat istri membahas apa yang mereka butuh dari suaminya adalah pengertian. Sebanyak apapun materi tidak bisa menggantikan suami yang mendengar istri dengan perhatian yang tidak terbagi saat dia membukan hatinya, yang mencoba mengerti perasaannya yang paling rumit, dan membiarkan istrinya tahu kalau dia mengasihinya selama saat yang paling tidak logis itu sekalipun.

Itu butuh pengorbanan. Itu menuntut pengorbanan total. Itulah yang dilakukan Kristus saat kasihNya membawa Dia keKalvari. Jika anda tidak ingin membayar hal itu, maka anda membuat kesalahan fatal ketika anda membuat janji pada seorang wanita untuk mengasihinya sampai kematian. Tuhan berkata dia merupakan bagian darimu. Anda satu daging.7 Dia butuh diperlakukan sama seperti anda memperlakukan tubuh anda. “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.”8 Kata menjaga berarti mengusahakan tetap hangat, tapi juga berarti penuh kasih, perhatian, perawatan yang diberikan perawat terlatih pada anaknya sendiri.9 Sebagian pria seperti anak kecil; mereka ingin istri mereka menyuapinya saat lapar dan menenangkan mereka saat mereka terluka, seperti ibu mereka lakukan. Menurut Alkitab, itu lebih dekat pada peran suami terhadap istri, daripada peran istri terhadap suami.

Sebagian pria sangat menjaga tubuh mereka. Mereka mendapat makanan yang banyak, istirahat cukup, pakaian yang sesuai, istirahat dari rutinitas, hiburan yang menyenangkan, waktu untuk diri sendiri, dan beberapa kepuasan dalam hidup. Tapi apakah mereka juga ingin melihat itu dalam diri istri mereka? Seharusnya begitu, menurut Firman Tuhan, karena istri merupakan bagian dari mereka. Pemeliharaan suami bagi istri, juga merupakan pemeliharaan diri, karena mereka adalaha satu.

Itulah apa yang dikatakan Petrus dalam ayat diawal bab ini: “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”10 Saat seorang pria mengambil wanita sebagai istrinya, dia menjadikannya bagian dari dirinya; dia tidak bisa mengeluarkan wanita itu dari hidupnya. Saat dia menolak mentaati Firman Tuhan tentang hal ini, roh kepahitan dan permusuhan masuk kedalam pernikahan mereka, kuasa rohani hilang dan doa yang efektif terhalang. Kerohanian yang tumpul bisa dilacak dari hal ini. Itulah saatnya bagi kita untuk kembali mentaati Firman Tuhan!

Disatu kesempatan seorang suami Kristen menceritakan masalah istrinya—suatu kegelisahan umum, cepat mengeluh dan kesal terhadap hal kecil, dan suatu terganggu dan tidak masuk akal. Dia mencoba mengembangkan diri dibeberapa sisi untuk membuat dia bahagia, tapi tidak pernah cukup. Satu hati dia marah, “wanita itu pasti bisa menemukan sesuatu yang salah dengan sorga!”

Kami membahas ketidak dewasaannya dan ketidakamananny, yang sepertinya berasal dari latar belakang keluarga. Tapi satu hari saya mengusulkan agar semua masalahnya mungkin tidak dari orangtuanya. Mungkin muncul dari kebutuhan yang diberikan Tuhan padanya untuk diyakinkan kembali akan kasih suaminya. Saya minta dia melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk membuat istrinya merasa lebih aman dalam kasihnya. Dia menerima tantangan saya dan dengan pertolongan Tuhan mulai terlihat perubahan.

Dia mulai menunjukan kasih yang lebih pada istrinya, memeluknya saat berpapasan dirumah dan mengatakan kalau dia mengasihinya, walau dia tidak cenderung menyatakan hal itu. Dia memberi waktu berdua tanpa anak mereka, mendengarkan perkataannya dan membuat komentar yang simpatik. (Dia menemukan bahwa waktu terbaik untuk bicara adalah saat istri membersihkan dapur—anak-anak tidak ada saat itu!) Dia menolongnya saat mereka bicara. Saat dia mengalami hari buruk dan bisa marah terhadap hal kecil, dia minta Tuhan untuk menjaga agar dia tetap tenang dan menolong dia meyakinkan istri akan kasihnya disaat itu, daripada marah dan membela diri, seperti yang dilakukan sebelumnya. Perubahan mulai terjadi. Pernikahan mereka tidak sempurna seperti tulisan ini, tapi seorang wanita yang kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam masa kecil mulai menemukan dalam suaminya kasih yang Tuhan ingin dia miliki, dan dalam suasana kasih dia bertumbuh menjadi pribadi yang indah seperti kehendak Tuhan.

Biarlah saya menambahkan beberapa kata untuk para istri. Biarlah Roh Tuhan yang ada dalam diri memotivasi suami anda dalam hal ini. Jangan mencoba melakukan tugas dari Tuhan untuk dia. Jika anda mencoba membentuk suami anda, hasilnya kurang dari harapan anda. Bahkan itu bukan tempat anda untuk mengingatkan dia akan tanggung jawabnya. Sebaliknya, serahkan dia pada Tuhan, diakan, dan menjadi pribadi yang Tuhan kehendaki.


1 1 Peter 3:7, KJV.

2 Genesis 3:16, TLB.

3 Ephesians 5:25, KJV.

4 Ephesians 5:28, TLB.

5 Ephesians 5:33, TLB.

6 Colossians 3:19, TLB.

7 Ephesians 5:31.

8 Ephesians 5:28, 29, KJV.

9 1 Thessalonians 2:7.

10 1 Peter 3:7, TLB.

Related Topics: Christian Home, Marriage

9. Apa yang Harus Diketahui Setiap Istri

Tanggung jawab utama suami dalam keluarga Kristen adalah mengasihi istrinya. Ini dinyatakan beberapa kali dalam Alkitab. Dalam satu bagian Alkitab, istri diperintahkan untuk mengasihi suaminya.1 Walau acuan ini menunjukan bahwa mereka diharapkan menciptakan suasana kasih dalam rumah, tanggung jawab utama mereka dinyatakan dalam ayat berikut, dimana mereka dinasihati untuk taat pada suami mereka.2 Ketaatan meliputi tunduk dan subordination. Kata yang digunakan untuk tanggung jawab istri tidak kurang dari 6 kali dalam PB.3

Kita telah membahas kepemimpinan dan urutan otoritas dari Tuhan dalam rumah, tapi sekarang kita ini mengaplikasikan itu pada istri, karena taat merupakan tugas utamanya. “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.”4 Para wanita, ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan, karena Tuhan memerintahkan anda melakukan itu! Jika anda tidak bisa menemukan itu untuk taat pada suami, lakukan untuk Tuhan. Tuhan mengasihi anda dengan kasih yang sempurna. Responi kasihNya dengan tunduk pada suamimu.

“Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.”5 Ketiga kata “dalam segala sesuatu” bukankah terlalu luas? Ketaatan tidak hanya dipraktekan saat anda ingin melakukan itu, atau saat anda dengan sepenuh hati setuju dengan suami anda, atau saat dia memperlakukan anda dengan kasih Kristus, tapi dalam segala sesuatu! Alkitab tidak membatasi ketaatanmu atas kasihnya, demikian juga dengan ketaatanmu. Anda harus bertanggung jawab pada Tuhan atas tindakan anda, dan tidak ada alasan untuk ketidaktaatan atas FirmanNya yang diterima.

“Tapi suami saya tidak pernah mempertimbangkan perasaan saya. Saya harus mempertahankan hak saya.” Bukankah mempertengkarkan Firman dan hikmat Tuhan yang Maha Tahu? Apakah anda berpikir Dia tidak tahu tentang keadaanmu saat Dia menulis FirmanNya? Dia berkata bahwa anda harus tunduk pada suami dalam segala hal. Dia pasti tahu ini yang terbaik bagi anda, atau Dia tidak pernah meminta anda melakukannya. Serahkan diri anda kepadaNya; katakan padaNya bahwa anda ingin menjadi pasangan yang taat. Ketaatan pada perintahnya sangat memuliakan Tuhan.

“Tapi suami saya seperti ubur-ubur. Dia bisa membuat Charlie Brown seperti Rock of Gibraltar. Bagaimana saya bisa tunduk dan bergantung padanya?” Coba! Coba tunduk padanya seperti pada Tuhan dalam segala hal. Taat pada Firman dan percayakan akibatnya pada Tuhan! Hormati penilaian suami anda saat dia harus membuat keputusan. Nyatakan kepercayaan pada kemampuannya daripada melangkahinya, mengejek dan merendahkannya atau membandingkan dia dengan pria lain. Katakan padanya bahwa anda pikir dia yang terbaik, dan anda bersyukur pada Tuhan untuk memberikan dia dalam memimpin. Lihatlha Tuhan menggunakan prilaku anda itu untuk membuat dia jadi pria, pria yang sesuai kehendak Tuhan.

Seperti yang sudah Tuhan rencanakan bahwa kasih suami untuk memenuhi kebutuhan istri, juga dia merencanakan ketaatan istri untuk memenuhi kebutuhan suami. Walau nature seorang wanita adalah bergantung, seorang pria merasakan dorongan untuk memimpin. Tidak masalah apa yang dia katakan atau lakukan, dia marah terhadap setiap taktik yang digunakan istri untuk mendominasi atau memanipulasinya. Lebih jauh, seorang pemimpin harus memiliki respek dan diakui, dan itulah maksud Tuhan untuk disediakan oleh istri. “isteri hendaklah menghormati suaminya.”6 Tuhan membuat suami untuk memimpin; istri harus membiarkan dia memimpin, memperlakukannya seperti seorang pemimpin diperlakukan.

Mencari penghasilan bukan hal mudah dalam dunia kita yang penuh persaingan. Suami harus menghadapi frustrasi, putus asa, dan kemunduran. Sebagian orang mengambil keuntungan darinya, menipunya, dan memperlakukan dia dengan tidak adil. Orang lain mengkritiknya atau mencelanya. Dia perlu seseorang untuk menguatkan dia, menghargai dia, percaya padanya, dan menghormatinya—dan itulah alasan Tuhan memberikan dia istri! Dia mampu menanggung lebih banyak kesulitan dalam dunia kerja jika dia tahu ada seorang istri dirumah yang mengaggumi dia, percaya, dan mendukungnya, apapun yang terjadi. Jika dia mendapat perlakuan yang sama dirumah seperti ditempat kerja, dia cenderung untuk melarikan diri dan membawa ketidak bahagiaan. Tapi pemikiran adanya pasangan yang mengaggumi dan menguatkan dia akan mendekatkan dia kerumah seperti magnet.

Beberapa mungkin berpikir, “Masalah ketaatan ini bisa terjadi jika suami anda seorang Kristen, tapi saya tidak.” Pesan utama Alkitab tentang pembahasan ini ada dalam 1 Peter 3. Ini ditulis untuk semua istri, tapi ada perintah khusus bagi mereka dengan suami yang belum selamat: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya.”7 Pemunculan kedua dari kata dalam ayat ini tidak memiliki sesuatu mendahuluinya dalam teks Yunani. Itu tidak menunjuk pada Firman Tuhan, seperti yang pertama, tapi setiap perkataan, seperti omelan! Ini merupakan penyingkapan yang luar biasa. Tuhan berkata bahwa ketaatan istri merupakan kunci memenangkan suami yang belum percaya kepada Kristus. Dia tidak harus terus menyuruh kegereja. Dia tidak berkotbah pada suaminya. Dia tidak membacakan Alkitab padanya. Dia hanya diminta untuk tunduk pada suaminya—dengan sukarela, sukacita, dan penuh kasih. Tuhan menggunakan prilakunya, untuk memenangkan suaminya bagi Kristus.

Setelah saya membagikan konsep ini dalam kelas Alkitab pagi, saya memperhatikan satu orang wanita menghilang untuk beberapa minggu kemudian. Melalui bertanya, saya mengetahui bahwa suaminya kesal dengan aktifitas Kristennya yang terlalu banyak, yang sebenarnya ingin dia ada dirumah dan melakukan tugas rumah tangganya. Setelah mendengar apa yang diajarkan Alkitab tentang hal ini, dia memutuskan untuk tunduk padanya walau mengorbankan aktifitas kerohaniannya yang disukainya. Tidak lama kemudian suaminya yang tidak terlalu tertarik tentang Tuhan, percaya Kristus sebagai Juruselamatnya dan mulai pergi gereja dengan istrinya untuk mendengar Firman Tuhan. Suaminya juga mengijinkannya kembali kekelas Alkitab. Akibat dari tunduk kepada kehendak Tuhan selalu menguntungkan kita!

“Tapi bagaimana jiwa suami meminta saya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan?” Ini satu-satunya pengecualian yang bisa saya temukan terhadap kata “dalam segala sesuatu” Ephesians 5:24. Petrus yang memerintahkan istri Kristen untuk tunduk pada suami yang belum percaya. Petrus juga yang memerintahkan untuk mentaati hukum pemerintahan.8 Saat Petrus ditegur karena memberitakan Kristus, dia menjawab, “Kita harus mentaati Tuhan daripada manusia!”9

Pemikiran yang sama dengan surat Paulus pada jemaat Kolose. “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”10 Maksud dasar disini adalah istri harus tunduk pada suami karena inilah yang seharusnya bagi wanita yang mengenal Tuhan. Tapi kata itu juga bisa berarti bahwa ketaatan hanya pada wilayah yang dikehendaki Tuhan. Jika ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan seperti dinyatakan Ephesians 5:22, maka itu diatur oleh otoritas Firman Tuhan. Sebagai contoh, jika seorang suami meminta istri Kristennya untuk ikut serta dalam pesta yang tidak baik, dia harus menolak, karena aktifitas ini jelas berlawanan dengan kehendak Tuhan. Ketaatan terhadap hal yang tidak terhormat akan menyebabkan suami yang belum selamat memandang rendah istrinya yang Kristen, dan menjauhkan dia dari Kristus.

Bagaimana dengan pergi kegereja? Alkitab memerintahkan orang percaya untuk berkumpul bersama,11 tapi tidak dikatakan berapa sering. Seorang istri Kristen mungkin memiliki keinginan kegereja yang tepat kapanpun pintu dibuka, tapi karena dia tunduk pada suaminya, dia hanya kegereja saat dia mengijinkannya, tunduk dengan sukarela kepadanya saat suaminya tidak memberikan hak istimewa itu. Dia menyatakan pada suami bahwa dia ingin menyenangkannya. Kemudian dia akan menemukan kekuatan untun menopang prilakunya melalui hubungan pribadi dengan Kristus. Dia akan memberikan hikmat untuk setiap situasi baru yang muncul.12

Dilihat dari Firman Tuhan, ketaatan bukan perbudakan yang harus dilakukan istri. Itu bukan kehilangan kepribadian dan individualitas. Ketaatan sejati merupakan suatu kreatifitas dan tantangan seorang wanita dalam menyenangkan suaminya bahwa dia menghormati, mengaggumi, dan bergantung padanya. Itu membutuhkan kematian semua kesombongan dan penghancuran semua motivasi yang egois. Itu berarti bahwa istri menjadi lebih tertarik terhadap kebutuhan suami daripada dirinya. Itu berarti dia berhenti bertanya, “berapa jauh saya bisa tunduk pada suami.” Sebaliknya mulai bertanya, “berapa jauh saya bisa terus tanpa tidak mentaati Tuhanku?” Ini mungkin membutuhkan perubahan total prilaku istri terhadap suaminya, tapi Tuhan akan menolongnya jika dia memintaNya. Doanya akan, “Tuhan, berikan aku keinginan sederhana dan tidak egois untuk dipimpin suami saya saat saya dipimpin oleh Mu, dan kemudian membawa kemuliaan bagi namaMu.”

Sekarang lihat beberapa hal yang Tuhan ingin setiap istri Kristen tahu, apakah suaminya seorang percaya atau tidak. “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”13 Dari kata Yunani diterjemahkan “keindahan diluar” kita mendapat kata “cosmetic,” menandakan suatu yang indah. Firman Tuhan mengatakan wanita Kristen bagaiamana jadi cantik. Jika mereka mengikuti nasihat ini, mereka akan menyelamatkan diri dari biaya besar! Petrus berkata bahwa kecantikan tidak hanya dari luar, seperti gaya rambut, perhiasan, dan baju, tapi dari hati. Dia tidak mengatakan bahwa seorang wanita Kristen harus kotor atau tidak memperhatikan penampilan, tapi menyatakan bahwa keindahan sejati adalah sesuatu yang lebih dalam dari kulit atau perawatan kulit!

Para wanita perlu memperlajari hal ini. Sebagian mungkin berpikir Tuhan memberikan suami untuk membelikan mereka semua yang hati mereka inginkan. Mereka mendorong suami mereka untuk menghasilkan lebih banyak uang agar mereka bisa membeli pakaian dan perhiasan dan merapikan rambut mereka lebih sering, dan mengaggumkan orang dengan kecantikan dan status social mereka! Mereka menggunakan suami mereka untuk memuaskan kesombongan dan keinginan akan materi. Seorang wanita seperti ini biasanya menghancurkan suaminya atau membawa suami pada orang lain yang mengasihi dirinya sebagaimana adanya.

Sesuatu yang tidak pernah usang adalah “…roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” “Lemah lembut” artinya penuh kasih, pengertian, mau menyerahkan hak pribadi. “tentram” berarti tenang, damai, tidak terganggu. Suatu roh yang lemah lembut dan tentram merupakan suatu yang berharga dimata Tuhan, suatu nilai yang tinggi. Tapi jika percakapan saya dengan para suami Kristen menunjukan daya tarik ini tidak ada diantara wanita pada umumnya—bahkan wanita Kristen.

Kita sering mendapatkan omelan, keluhan, komplain, dan kemuraman—bukan daya tarik wanita Kristen! “Tapi” protes beberapa orang, “anda mengatakan diawal bab bahwa fisik kita yang menyebabkan kita secara emosi lemah dan murung.” Benar, tapi semua kemurungan bisa dihasilkan kimia. Sebenarnya, itu berasal dari penolakan dalam hidup seseorang untuk turun tahta dan membiarkan Yesus yang mengatur. Penolakan seperti ini adalah dosa. Pemarah merupakan keluhan yang paling sering diantara suami dan istri, dan biasanya dari gangguan kesenangan, kenyamanan salah satu pasangan terhadap lainnya. Pemarah merupakan nature dosa untuk memaksakan cara sendiri. Natur dosa perlu diturunkan dan dikalahkan!

Fakta ini tidak memberikan suami hak untuk tidak kasih atau tidak baik saat istri dalam mood yang buruk. Dia tetap memerlukan kata-kata simpati dan pengertian daripada kemarahan seperti “berhenti berkelakuan kekanak-kanakan.” Tapi istri juga tidak bisa menyalahkan sifat buruknya pada suami. Dia harus menerima tanggung jawab itu secara pribadi dihadapan Tuhan. Dia harus menyebut itu sebagaiaman seharusnya—dosa. Kemudian dia harus mengakui itu pada Tuhan dan meminta kuasa dan anugrah untuk mengatasinya. Tuhan Yesus Kristus akan menghasilkan didalam dirinya kasih karuniaNya dan kebaikan.

Harus diakui hidup seorang wanita bisa sulit. Beban mengurus rumah dan mengurus anak bisa menjadi rutinitas yang monoton. Dia terus melakukannya, tapi tidak merasa berkontribusi sesuatu yang penting bagi hidup. Pengurungan terus menerus dalam tembok dan celoteh anak kecil bisa mengganggunya. Tapi jika dia mengijinkan prilaku itu berkepanjangan, akan membawa kemurungan atas rumah tangga, dan setiap orang akan menderita. Suasana gembira dalam rumah sangat bergantung pada istri. Jika dia menerima tanggung jawabnya untuk menciptakan suasana yang baik dan menyerahkan dirinya pada Roh yang ada dalam diri, Dia akan menghasilkan dari dirinya BuahNya; hidup akan menjadi tantangan yang menarik daripada pekerjaan yang mengesalkan. Kadang wanita terlibat dengan begitu banyak kegiatan luar sehingga mereka kehilangan prioritas Alkitabnya. Tanggung jawab utama mereka adalah membuat suami dan rumah mereka bahagia—dan ini perlu pemikiran serius, perencanaan yang seksama, dan perhatian yagn tidak egois. Hasilnya akan berkelimpahan, dan kepuasan pribadi akan sesuai dengan usaha.

Raja Lemuel menggambarkan seorang wanita luar biasa dalam pasal terakhir kitab Amsal. Ini sangat baik untuk dibaca setiap istri Kristen. Dia seorang wanita yang bertalenta. Sebenarnya dia bisa menolong dalam pendapatan.14 Istri tidak salah mengejar karir jika itu tidak menggangu tanggung jawab keluarga. Menilai dari semua yang dia lakukan bagi keluarganya, wanita ideal Proverbs 31 merupakan seorang wanita yang rajin, disiplin mengatur waktunya dengan baik. Tidak ada yang begitu mengganggunya. Dia bangun kalau masih malam dan menyiapkan makan pagi buat keluarganya.15 Satu perkataan yang lebih penting dari yang lainnya dalam bagian ini adalah prilakunya: “Dia senang bekerja dengan tangannya.”16 Arti literalnya “dengan sukacita.” Kesenangan dan kepuasan terdalamnya ditemukan dalam membuat keluarganya bahagia. Anda lihat, Tuhan tidak hanya tertarik pada apa yang kita lakukan, tapi juga bagaimana kita melakukannya. Prilaku kita penting bagiNya. Saat seorang istri Kristen berseru pada Kristus, dia mampu menerima peran yang diberikan Tuhan dengan sukacita, dan hati suaminya akan berseru “Amin” saat dia membaca kalimat, “Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN!”17

Perkataan peringatan harus diberikan kepada para suami. Sangat mudah bicara tentang kesalahan pasangan kita daripada mencari kasih karunia Tuhan untuk memperbaik kekurangan kita. Bab ini tidak ditulis untuk para suami untuk menyalahkan istri mereka. Ini ditulis agar Roh Kudus bisa mencerahkan istri Kristen tentang tugas mereka. Marilah setiap kita menguji hidup kita sendiri dalam terang Firman; Roh Kudus akan melakukan karyaNya dalam pasangan anda dengan caraNya!


1 Titus 2:4.

2 Titus 2:5, KJV.

3 Ephesians 5:22, 24; Colossians 3:18, Titus 2:5, 1 Peter 3:1, 5.

4 Ephesians 5:22, TLB.

5 Ephesians 5:24, TLB.

6 Ephesians 5:33, TLB.

7 1 Peter 3:1, KJV.

8 1 Peter 2:13, TLB.

9 Acts 5:29, TLB.

10 Colossians 3:18, KJV.

11 Hebrews 10:25.

12 James 1:5.

13 1 Peter 3:3, 4, TLB.

14 Proverbs 31:16.

15 Proverbs 31:15.

16 Proverbs 31:13, KJV.

17 Proverbs 18:22, TLB.

Related Topics: Christian Home, Marriage

Pages