MENU

Where the world comes to study the Bible

3. Bisakah Kita Percaya Pada Keabadian?

Kata kekal artinya diluar dari kemungkina mati. Itu artinya apa yang abadi tidak bisa mati. Sejarah menunjukan bahwa setiap manusia memiliki pemikiran ada kehidupan setelah kematian. Hanya beberapa yang berani percaya bahwa kematian mengakhiri semuanya dan melalui kematian tubuh terdapat kematian roh dan jiwa manusia. Tapi Tuhan berbelas kasihanlah pada kita jiwa kubur adalah akhir segalanya! “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (1 Corinthians 15:19). Dan hanya ada kepedihan dan putus asa dalam perkataan orang agnostik:

There is one steady star; and dim from afar,
Comes the solace that dies in its gleam;
There’s the coffin nail’s rust; the brain in white dust;
And the sleeping that knows no dream.

Lagu orang tidak percaya ini berkata bahwa ada “tidur yang tidak ada mimpi” Sebaliknya, Paulus berkata: “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Corinthians 5:1).

Saksi Masa Lalu

Dimanapun kematian menghampiri ada kesadaran akan kepastian keabadian. Jiwa abadi orang suci dan pembunuh menyerukan harapan yang sama tentang hidup setelah kematian. Pikiran kematian ada selamanya jarang muncul dalam pikiran manusia.

Mesir, tempat belajar seni dan ilmu dunia, memiliki keyakinan kuat tentang keabadian. Professor Salmond dalam “Doctrine of Immortality” berkata bahwa orang Mesir punya reputasi menjadi orang pertama yang mengajarkan doctrine of immortality. Sering sekali peti jenasah disebut “perkakas kehidupan.” Seni balsam Mesir muncul dari kepercayaan mereka tentang keabadian. Pengertian mereka akan hidup sesudah kematian memunculkan ide pyramid, salah satu keajaiban dunia. Monumen ini dibangun karena kepercayaan jiwa kembali ketubuh dan membutuhkan tempat abadi. Jadi pyramid besar dan mumi Mesir mengatakan pada kita kepercayaan akan jiwa yang tidak mati.

Orang Afrika percaya ada kehidupan setelah kematian. Kita diberitahu bahwa stri yang meninggal kuburnya diletakan disebelah tempat tinggal agar mereka tetap bersama dalam dunia “melihat roh yang pergi.” Madison C. Peters mengutip cerita David Livingstone tentang kepercayaan Chinsunse tua: “Kita hidup hanya beberapa hari disini, tapi kita hidup kembali setelah kematian; kita tidak tahu dimana, atau dengan kondisi apa, atau siapa yang menemani, karena yang mati tidak kembali untuk mengatakan pada kita. Kadang yang mati kembali dan muncul dalam mimpi kita; tapi mereka tidak bicara, atau mengatakan kemana mereka pergi, ataua bagaimana keadaan mereka.” Kita baru mendengar kesaksian misionaris yang kembali dari ladang, tentang kepercayaan Afrika setelah kematian.

Dalam kebuasannya, Indian di Utara Amerika, punya pemikiran tentang hidup sesudah kematian. Dalam suku Asiatik kepercayaan itu bisa sampai pada kremasi tubuh, api tuhan mengambil yang mati kepada allah didunia lain. Kadang binatang dikorbankan dalam api untuk mendahului mayat ketanah kemudian. Sebagian Indian Amerika Utara, percaya bahwa mereka menyediakan kepergian kepala suku dengan peralatan yang diperlukan dimana Roh Agung hidup, mengubur orang mati dengan busur dan panah serta kano. Indian memiliki beragam kebiasaan untuk menunjukan kepercayaan mereka tentang kehidupan setelah kematian. Saat gadis Indian Seneca mati, burung muda dipenjara sampai bisa menyanyi. Itu memberi pesan kasih sayang padanya.

Melalui 6 milenium sejarah manusia, kita melihat keabadian sebagai suatu realita. Secara umum dipercaya, ini merupakan hal yang tidak bisa dirusak dari semua intuisi. Kita setuju dengan Dr. Lockyer : “tanpa keraguan, meneguhkan bahwa kepercayaan adanya kehidupan setelah kematian datang dari wahyu manusia pertama melalui Penciptanya, dan menjelajah diseluruh masa. Harapan keabadian, berdiam dalam dada orang liar maupun suci, ditanamkan disana oleh Dia yang tidak berawal dan berakhir.”

Saksi Alkitab

Saat kita mencari subjek kekekalan dalam Alkitab, penting untuk diingat beberapa fakta penting tentang subjek ini. Didalam Alkitab tidak ditemukan “keabadian jiwa” Kita tidak mengajarkan bahwa Alkitab mengajar tentang penghilangan jiwa saat kematian. Pemikiran keberadaan jiwa yang abadi benar, tapi bahasa Alkitab tidak menunjuk pada “keabadian jiwa” Firman Tuhan menganggap keberadaan kekal setiap jiwa bergantung pada tujuannya. Setiap jiwa manusia kekal dan tidak hilang. Yesus berkata “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Matthew 10:28). Mereka yang mengajarkan “jiwa tertidur” membuat kita percaya kalau pengajaran itu Alkitabiah, tapi sebenarnya mereka salah tafsir. Manusia bisa membunuh tubuh, tapi hanya itu. Hanya Tuhan yang bisa membunuh Tubuh dan jiwa dan menghukumnya.

Tiga Macam Kematian

Kita membacar: “Jiwa yang berdosa, harus mati” (Ezekiel 18:4), tapi dalam Alkitab tidak ada petunjuk jiwa yang mati berarti hilang, atau tidak sadar. Alkitab mengajar bahwa ada 3 macam kematian dan perbedaannya jelas. Pertaman, kematian fisik, atau keterpisahan jiwa dari tubuh. Ini kematian tubuh yang ditunjukan dalam Hebrews 9:27, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja.” Kedua, Alkitab mengajarkan ada kematian rohani. Ini memisahkan jiwa dari Tuhan, kondisi orang belum percaya dimana Paulus berkata kalau mereka semua “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ephesians 2:1), dan “jauh dari hidup persekutuan dengan Allah” (Ephesians 4:18). Ketiga, ada kematian kekal atau terpisah selamanya dari Tuhan. Semua yang menderita kematian kekal ada dalam keadaan sadar, tapi “akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” (2 Thessalonians 1:9), mereka “akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Revelation 21:8).

Abadi Menjadi Fana

Kata “abadi” dan “keabadian” digunakan dalam Alkitab untuk menunjuk pada manusia aplikasinya pada tubuh. Tubuh merupakan tempat pertama, saat dia menciptakannya, tubuh abadi diciptakan untuk ada selamanya. Tuhan telah memperingatkan Adam dan hawa jangan memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, dengan berkata: “pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Genesis 2:17). Mereka tidak taat, dan kematian mulai bekerja dalam tubuh. Keabadian menjadi fana. Paulus berkata: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut” (Romans 5:12). Demikian juga kata penulis Ibrani, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja” (Hebrews 9:27). Dan kita juga membaca dalam I Corinthians, “semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam” (1 Corinthians 15:22). Semua ras manusia dari Adam, diputuskan mati. Kematian merupakan kutukan atas ras kita sebagai hasil dari dosa dan merupakan fakta sejarah dunia yang paling menyedihkan. Tubuh manusia tidak lagi memiliki keabadian, tapi fana –bisa mati.

Keselamatan dari Kematian

Tujuan kedatangan Tuhan Yesus Kristus adalah menawarkan keselamatan bagi ras yang sudah jatuh. Tidak ada manusia yang bisa melakukannya. Kematian menghentikan hidup. Satu-satunya cara manusia bisa lolos dari hukuman mati adalah melalui “kedatangan Tuhan yesus . . . satu-satunya yang tidak takluk kepada maut” (1 Timothy 6:14, 16). Jiwa manusia, walau memiliki keabadian, turun secara moral. Setelah kematian, tubuh menjadi rusak, dan rohnya kehilangan persekutuan dengan Tuhan. Tapi kebenaran diberikan pada kita melalui Paulus. Dia berkata: “kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (2 Timothy 1:10). Suatu pikiran yang luar biasa! Yang Abadi jadi manusia “taat sampai mati” (Philippians 2:8), agar Dia bisa menebus jiwa manusia, mengembalikan roh mereka kepada hubungan yang benar dengan Tuhan dan membuat tubuh mereka mewarisi ketidakhancuran. Ini kemenangan salib Kristus. Melalui kematianNya dan kebangkitanNya “menghapuskan kematian.” Dia mau jadi manusia “supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (Hebrews 2:14). “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1 Corinthians 15:22).

Hidup Kekal dan Keabadian

Bagi penulis melihat pembahasan ini bisa lebih jelas jika kita melihat perbedaan antara hidup kekal dan keabadian. Istilahnya tidak sama. Saat seseorang percaya Yesus Kristus, dia menerima hidup kekal. Ini pemberian Tuhan pada orang berdosa karena menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” (John 3:36). “barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” (John 6:47). “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (John 20:31). Karya keselamatan bagi orang berdosa berlaku saat dia dilahirkan kembali, tapi tidak benar mengatakan bahwa saat itu jiwa menjadi abadi. Sebenarnya jiwa tidak pernah kehilangan keabadiannya. Kelahiran kembali melalui Roh Kudus merupakan awal proses penebusan. Saat Roh Kudus berdiam dalam roh manusia, jiwa menerima hidup kekal. Tapi tubuh, walau mewarisi keabadian dan tidak rusak harus mati. Satu-satunya kemungkinan orang Kristen lolos dari kematian adalah berada saat Tuhan mengangkat semua orang percaya. Itu kemudian seseorang menerima dan menikmati hidup kekal walau kematian dan kubur menatap mereka.

Tapi apakah ini yang terbaik yang bisa Tuhan berikan pada manusia? Haruskah tubuh kita mengalami penyakit, kesakitan, dan dikubur dan hilang selamanya? Ini dimana Tuhan menyempurnakan proses penebusan. Paulus berkata: “kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Romans 8:23). Tapi apakah ada jaminan bahwa tubuh yang tidak bisa rusak ini benar-benar tidak rusak? Bisakah kita yakin bahwa kefanaan suatu saat akan dibungkus dengan keabadian? Kita bisa mengatakan bahwa untuk memenuhi perjanjian penebusan, Yesus Kristus pasti melaksanakan tugas membangkitkan orang percaya dalam Dia. Ada harapan dan kepastian dalam perkataan Tuhan: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (John 11:25). Kesaksian Tuhan kita memastikan kebebasan dari kematian..

Penebusan jiwa sudah lalu, tapi penebusan tubuh masih akan datang. Karena manusia adalah trinitas, dan ketiga komponennya harus disatukan, maka manusia baru seperti gambar dan rupa Allah. Ini terjadi saat kebangkitan “saat manusia –seluruh bagiannya dibuat abadi.” Injil tidak memiliki kesempurnaannya dengan kematian Kristus. Paulus berkata: “aku mau mengingatkan kamu kepada Injil . . . bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Corinthians 15:1-4). Yesus Kristus itu kekal, menjadi tidak abadi melalui kematianNya. Tapi itu hanya ketidakabadian sementara. Melalui kebangkitanNya dari kematian menjadi abadi, Anak Allah menjamin hal yang sama terjadi terhadap milikNya. Melalui Adam datang kefanaan dan kematian, dan melalui Adam terakhir datang hidup dan keabadian. “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.. . . Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1 Corinthians 15:20, 23). Seperti seluruh anak Adam mati, demikian juga setiap anak Tuhan dibangkitkan untuk tidak mati lagi.

“Mereka milik Kristus” menyatakan pada kita siapa yang akan abadi. “Saat kedatanganNya!” Ini mengatakan pada kita kapan kita akan abadi. Keabadian merupakan langkah terakhir penebusan saat Tuhan datang kembali. Ini hanya untuk yang ditebus, bahwa “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (1 Corinthians 15:5).

“demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1 Corinthians 15:22). Walau tubuhnya membusuk ditanah, rohnya tetap hidup dan menunggu dihidupkan. Kita membaca: “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Romans 8:11). Jika Roh Kudus yang adalah Roh Kehidupan, berdiam didalammu, melalui Roh yang sama tubuh fana kita akan dibangkitkan kedalam hidup baru. Ini kemenangan yang Kristus berikat bagi kita melalui kematian dan kebangkitanNya. Dia mengalami kematian, bergumul dengan itu, dan menang. Dan sekarang, tanpa dihalangi kematian, diijinkan ikut dengannya dalam kemenangan itu. Abraham Kuyper berkata bahwa orang yang ditebus pasti mati, tapi tidak satu saatpun ada dibawa kuasa kematian. Bagi mereka itu seperti melewati gerbang, dari dunia kedunia lain bersama Tuhan dalam kekekalan.

Satu hari Rasul Paulus berkata, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa” (Romans 7:24-25). Kematian seperti menang saat itu masuk kedalam keluarga kita, dan satu demi satu, mengambil mereka yang terdekat dan terkasih kita. Tapi kematian tidak bisa menang atas orang percaya dalam Kristus, “Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: Maut telah ditelan dalam kemenangan” (1 Corinthians 15:53, 54). Anak Allah tidak takut kematian. Satu hari saya berdiri disamping kubur nenek saya yang ada dalam Tuhan, bersyukur dan memuji Tuhan bahwa kematian telah dikalahkan Juruselamat kita. Saya menanti kedatangan Kristus dan hari dimana kubur terbuka dan yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan, dan bersama kita memuji: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? . . . Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Corinthians 15:55, 57).

Tubuh Baru Bagi yang Tua

Sebuah majalah yang terkenal menerbitkan suatu artikel berjudul, tubuh baru bagi yang tua.Tujuan dari artikel adalah untuk menunjukan perkembangan yang sudah dicapai ilmu dalam memberikan tangan dan kaki baru bagi yang kehilangan dan mata bagi orang buta. Akhirnya, artikel itu memperkirakan bahwa satu hari nanti seluruh tubuh bisa ditukar dengan yang baru, “mendapat otak yang berkembang.” Artikel itu menyimpulkan, “Bagaimanapun dalam ribuan tahun kedepan hal ini masih belum pasti.” Betapa bodoh ilmu bisa berpikir untuk menghasilkan keabadian duniawi, membiarkan Tuhan diluar!

Masalah keabadian bukan dari manusia. Pemikiran Alkitab tentang keabadian berarti hubungan manusia yang benar dengan Tuhan, dan hubungan seperti itu tidak bisa didapat dengan usaha manusia. Manusia harus mengakui Kristus yang abadi sebagai satu-satunya harapan setelah kematian. Tanpa salib Kristus tidak ada penebusan bagi ras yang jatuh, dan tanpa penebusan tidak ada harapan hidup abadi. Orang Kristen memiliki harapan yang didapat dari Pribadi dan Karya Kristus yang hidup. Petrus meneguhkan: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Peter 1:3). Walau hidup kekal dan keabadian bukan istilah yang sama, tetap tidak ada keabadian tubuh bagi roh manusia yang belum menerima hidup kekal melalui iman dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuhan kita berkata pada para murid: “sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup” (John 14:19). Kebangkitan orang percaya dijamin melalui kebangkitan Kristus sendiri.

Edward Rees pernah berkata bahwa ajaran keabadian yang terus membuat api kesetiaan ada dalam hati manusia.Rasul Paulus, merupakan pengajar terbesar disepanjang masa (diluar Tuhan Yesus) berulang kali menyatakan kebenaran ini. Pengajarannya berpusat pada Kristus dan mengarahkan pendengarnya kesurga “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Philippians 3:20, 21). Fakta ini merupakan harapan Gereja. William Jennings Bryan memberikan beberapa paragraph indah tentang hal ini.

Jika Bapa sudi menyentuh dengan kuasa ilahi biji oak, dan bisa menembus tembok, apakah Dia akan mengabaikan manusia yang diciptakan seturut gambar dan rupaNya? Jika Dia memekarkan bunga, memberi bau harum disaat bersemi, apakah Dia akan menahan kata-kata harapan dari jiwa manusia saat kematian datang? Jika hal, baik yang diam dan mati, diubah oleh kekuatan alam kedalam berbagai bentuk, tidak mati, apakah roh manusia hilang dalam kunjungannya yang singkat, seperti tamu agung bagi rumah tanah liat ini?Tapi biarlah kita percaya bahwa Dia yang tidak membuang apapun, tapi membuat semuanya menjalankan rencana kekalNya, memberikan keabadian bagi yang fana, dan mengumpulkan bagi DiriNya roh murah hati bagi teman kami.

Disaat kematian dan perpisahan dengan orang yang kita kasihi, kita memiliki kepercayaan yang menghibur ini bahwa kubur adalah gerbang masuk kedalam kemuliaan. Biarlah Tuhan memberikan anda hal itu, menerima hidup kekal dan kemenangan iman dalam kehidupan setelah kematian.

Related Topics: Eschatology (Things to Come), Basics for Christians

4. Dua Kebangkitan

Kebangkitan tubuh manusia dari kubur jelas diajarkan dalam Firman Tuhan. Ayub, leluruh tertua, berkata: “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah” (Job 19:25-26). Jelas bahwa Ayub percaya akan kebangkitan tubuh dan hidup sesudah kematian.

Abraham, bapa dari rasnya, hidup selama 175 tahu, dan “Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur” (Genesis 25:7-8), tapi “ ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Hebrews 11:10). Dia tidak pernah melihat kota itu dalam perjalanannya dibumi, karena bumi baginya adalah “kota yang asing.” Leluhur dalam Tuhan bersama dengan yang lainnya “merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka” (Hebrews 11:16). Tapi Abraham percaya bahwa kota surgawi akan dihuni oleh tubuh daging, “Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. . .” (Hebrews 11:19).

Daud yakin akan ada hidup setelah kematian. Dia berkata: “Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram” (Psalm 16:9), dan “pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.” (Psalm 17:15). Perkataan anak Tuhan ini menyangkal pengajaran sesat bahwa kebangkitan menunjuk hanya pada roh manusia, dan bukan terhadap tubuh. Baik jiwa dan roh manusia tidak mati, tapi tubuhnya yang mati dan dikubur. Maka dari itu tubuhlah yang dibangkitkan dari kematian, bukan jiwa dan roh.

Saat Tuhan Yesus kita ada dibumi, Dia mengajar bahwa semua manusia yang mati akan dibangkitkan disuatu saat dimasa depan. “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit. . .” (John 5:28, 29). Kita meneguhkan dan mengakui kepercayaan kita dalam kebangkitan tubuh dari kematian dan kubur. Tanpa harapan ini iman Kristen sia-sia, harapan terbesar kita hanyalah gelembung kosong, Alkitab jadi bukan tulisan yang bisa dipercaya, manusia yang menulisnya pasti korban penipuan, dan Yesus Kristus menjadi penipu terbesar didunia. Tapi Alkitab menyatakan tentang kebangkitan ini begitu jelas sehingga kita tidak meragukannya.

Konsep yang Salah

Banyak orang, diantaranya orang Kristen, diajarkan bahwa hanya ada satu kebangkitan “umum” bagi semua yang mati diakhir dunia. Ini kesalahan yang serius yang merampas sukacita dan kemenangan banyak orang percaya dalam hidup ini. Tidak ditemukan dalam Alkitab bahwa tubuh semua manusia akan dibangkitkan pada saat yang sama. Benar bahwa semua yang mati akan dibangkitkan dan dihakimi, tapi baik tempat, waktu, atau penghakimannya tidak sama. Alkitab jelas membedakan antara kebangkitan pertama dan kedua.

. . . semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum(John 5:28-29).

Saat manusia dibangkitkan, tidak semua dibangkitkan diwaktu yang sama atau dalam kondisi yang sama. Ada 2 kebangkita untuk 2 kelompok manusia. Satu akan dibangkitkan untuk kekekalan dan keabadian, sementara yang lain akan dibangkitkan untuk dihukum dan dibuang dari hadapan Tuhan. Ada “kebangkitan hidup” dan “kebangkitan penghukuman”

Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar(Luke 14:14).

Ada “kebangkitan orang benar,” dan “semua akan maju” maka harus ada kebangkitan orang tidak benar. Karena kematian orang yang ada dalam Kristus akan dibangkitkan pertama, akibatnya kematian orang yang diluar Kristus akan dibangkitkan setelah itu. Lukas tidak menyebutkan tentang kebangkitan orang yang tidak selamat. Jelas orang yang tidak selamat akan dibangkitkan, tapi tidak lama setelah orang benar dibangkitkan. Saat Paulus bersaksi dihadapan Felix, dia berkata, “akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar.” (Acts 24:15). Rasul Yohanes menjelaskan perbedaan keduanya. Dia bicara tentang yang ditebus yang “hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama” (Revelation 20:4-5).

Setiap orang percaya melewati kematian kedalam hidup (John 5:24). Hidupnya “tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Colossians 3:3), dan kebesaran kuasa Tuhan dalam kebangkitan kita sama “hebat kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Ephesians 1:19-20). Dan melalui kuasa yang sama setiap orang yang tidak selamat akan dibangkitkan dari kubur untuk berdiri dihadapan pengadilan Tahta Putih.

Kebangkitan Pertama

“Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit” (1 Thessalonians 4:16).

Bahasanya tidak bisa lebih jelas lagi daripada ini --“Mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkt.” Kita akan melihat lebih dulu saat kebangkitan pertama adalah kedatangan Tuhan Yesus Kristus dalam awan untuk mengangkat semua umatNya. Disini kita harus membedakan antara kedatangan Kristus pada umatNya sebelum millennium dan kedatanganNya kembali untuk membangkitkan yang lainnya (yang tidak selamat) selama seribu tahun. Jangan salah mengerti bahwa setidaknya ada jarak seribu tahun antara kebangkitan pertama dan kedua. Rasul Yohanes, melalui inspirasi ilahi meneguhkan hal ini,

Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. (Revelation 20:4-5).

Saat konsumasi pada kebangkitan pertama ada 3 kelompok orang percaya yang akan diangkat pada saat yang berbeda. Untuk menjelaskan, ada 3 tahap kebangkitan orang percaya:

(1) Saat Tuhan kita disalib dikayu salin, kita membaca: “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.” (Matthew 27:51-52).

(2) Ada tahap kedua kebangkitan pertama yang sudah kita sebutkan (1 Thessalonians 4:16), saat semua orang percaya dibangkitkan pada saat Kristus muncul pertama kali. Untuk ini kita menambahkan perkataan Paulus di I Korintus: “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Corinthians 15:52).

(3) Ketiga dan tahap akhir kebangkitan pertama muncul sekitar 7 tahun setelah kebangkitan umat saat Kristus datang mengangkat mereka.. “Mereka yang dibangkitkan sekitar 7 tahun masa pergolakan adalah orang percaya yang percaya sebanyak 144,000.” Karena mereka tidak menerima tanda binatang ditangan dan dahinya, mereka mati martir. Ini dibangkitkan diakhir pergolakan sebelum Kristus datang kebumi untuk memerintah selama seribu tahun.

Kristus Sebagai Buah yang Sulung

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya (1 Corinthians 15:20-23).

Kata “buah pertama” sangat penting. Dalam upacara Israel ada pesta nasional setiap tahun. Urutan ketiganya adalah Pesta Buah Pertama, peristiwa tahunan yang dilakukan dengan khidmat diawal masa penuaian.

TUHAN berfirman kepada Musa: Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam. (Leviticus 23:9-10).

Dr. Martin DeHaun bahwa panen terdiri dari 3 bagian. Salah satu panen, buah pertama dari musim, disajikan dalam 3 peristiwa. Pertama, ikatan buah pertama, panen yang lebih besar akan menyusul. Ini menggambarkan dengan indah kebangkitan Kristus, memenuhi karya penebusan dan menjamin semua orang percaya dalamNya akan kebangkitan yang lebih besar saat Dia kembali. “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal”(1Corinthians15:20). Seperti buah pertama menjadi tanda panen yang sebentar lagi datang yang dipersembahkan kepada Yehova, demikian juga kebangkita Tuhan merupakan janji bahwa semua yang mati dalam Dia akan dibangkitkan kehadapan Bapa. Kepada orang percaya, Paulus, berkata: “Seperti dalam Adam semua mati, dalam Kristus semua hidup.”

Setelah buah pertama, diikuti oleh bagian panen yang lebih besar. Kita membaca: “Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Corinthians 15:23). Tuhan kita yang bangkit sekarang diSorga. Demikian juga “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” (Philippians 3:20, 21). Tubuh fisik kita ada sakit, kelemahan, dan kematian, tapi kata Juruselamat yang menang: “dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Revelation 1:18). Dia akan datang kembali seperti yang dikatakanNya. Kristus adalah buat pertama; setelah itu mereka yang dalam Kristus saat kedatanganNya.

Tapi panen belum berakhir. Itu selesai sampai yang tercecer dipungut. Selalu ada yang tercecer sehingga perlu dikumpulkan. Ini disebut pemungutan. Kita mengingat bagaimana Ruth “sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit” (Ruth 2:3). Hal yang tercecer adalah mereka orang percaya dimasa pergolakan yang belum mendengar dan percaya Injil sebelum Gereja diangkat. Jadi kita melihat Kristus sebagai buah pertama, kemudian kita panen atau kebangkitan yang percaya saat pengangkatan, dan akhirnya pengumpulan yang tercecer atau orang yang diselamatkan pada masa 7 tahun pergolakan. Kemudian diikuit masa millennium dimana semua orang percaya disegala zaman akan memerintah dengan Kristus selama seribu tahun. Betapa indah masa depan orang yang meletakan kepercayaannya pada Anak Allah! Tapi apakah anda sudah siap untuk kedatangan Tuhan dan kebangktian pertama?

Kebangkitan Kedua

Saat masa seribu tahun lewat, setan akan dibebaskan selama satu masa dan membawa pemberontakan yang ditingalkannya sebelum millennium saat dia dibuang kelubang tak berdasar. Kemudian Tuhan akan berurusan dengan setan terakhir kali, “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Revelation 20:10). Kita gentar melihat siksaan kekal ini, kesakitan yang tiada henti.

Tapi kebinasaan iblis bukan lembar terhitam dalam Alkitab. Ada peristiwa untuk mereka yang mati dalam penolakan terhadap Kristus. Suatu Tahta Putih diadakan. Kita akan melihat sidang terbesar yang pernah diadakan. Hakimnya adalah Tuhan Yesus sendiri karena “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak” (John 5:22). Disini semua yang menolak Kristus akan dihakimi. Ini merupakan saat tergelap dari ras manusia yang menolak kasih Tuhan dan AnakNya. Ini adalah kebangkitan orang yang tidak percaya. Ada yang tetap “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ephesians 2:1). Walau mereka secara rohani mati dan tidak beroleh hidup kekal, mereka berdiri dihadapn Tuhan secara fisik hidup dalam tubuh kebangkitan mereka. Setiap bagian tubuh dunia akan dibangkitkan untuk menerima putusan final, penyingkiran dari hadapan Tuhan dan hukuman kekal dalam lautan api.

Kebangkitan terakhir muncul, Yohanes berkata: “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu . . . Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Revelation 20:12, 14). Siapa yang dihakimi disini? Jawabannya tidak satupun orang percaya dalam Kristus yang akan muncul dihadapan Tahta Putih. Hanya yang tidak selamat yang ada disini, muncul dalam tubuh fisik yang akan dibuang keneraka.. Semua ada disana atas pilihan sendiri. “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik” (Ezekiel 33:11). “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Peter 3:9). Anda memiliki kesempatan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, tapi anda berbalik dariNya, dengan begitu anda memilih hukuman kekal dalam lautan api. “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (John 3:17-18).

Banyak orang yang tidak percaya melawan kesadaran mereka dengan mengemukakan ketidakpercayaan mereka terhadap kebangkitan tubuh. Mereka melihat hal itu sebagai hal yang luar biasa bahwa Tuhan akan membangkitkan tubuh fisik yang sudah jadi debu selama lebih dari ratusan tahun. Jelas Tuhan tahu dimana debunya, dank arena Dia menciptakan tubuh Adam dari debu, masuk akal untuk percaya bahwa Dia bisa membuatnya kembali. Dunia adalah milikNya, dan dalam segala kepenuhanNya. Dia yang menetapkan jalur bintang dan menamakan mereka; angina dan ombak taat; debu yang tak terhitung ada dibawah kontrolNya; Dia tahu setiap lembar rambut dikepala kita. Akal manusia dan kesadaran terdalam manusia mengatakan dengan jelas betapa bodoh orang yang menolak adanya kehidupan setelah kematian.

Kebangkitan Yesus Kristus merupakan konfirmasi kebangkitan tubuh dan penghakiman yang akan datang. Saat Paulu berkotbah dibukit Atena, dia berkata bahwa Tuhan memerintahkan semua manusia untuk bertobat, “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Acts 17:31). Benar bahwa manusia mati, tapi baik Hakim dan hari penghakimannya sudah ditetapkan, dia harus dibangkitkan setelah kematian juka tujuan Tuhan ingin dipenuhi. Jelas mereka tidak mati sebelum persidangan. Mereka akan dihidupkan dan sadar saat itu. Jadi agar manusia bisa yakin akan penghakiman yang akan datang, kebangkitan Kristus sebagai criteria hukum kebangkitan. Kristus yang hidup merupakan saksi meyakinkan akan kenyataan bahwa akan ada hari penghakiman. Kita tidak tidak mengira-ngira hari penghakiman, tapi kita berdiri bersama Paulus dalam meneguhkan kepastian yang Tuhan berikan bagi dunia saat Dia membangkitkan Yesus Kristus dari kematian. Kita membaca “Pengakuan Iman Rasuli” bagaimana Kristus “….”disalibkan, mati dan dikubur; pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik kesorga duduk disebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa; dan dari sana akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. . .”

Penghakiman terakhir dalam Alkitab adalah bagi yang tidak selamat dihadapan Tahta Putih, tubuh yang dibangkitkan akan menerima putusan akhir dan dibuang kelautan api. Ini bukan penghakiman untuk melihat apakah orang berdosa terhilang, karena mereka sudah terhilang “barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman” (John 3:18). Orang Kristen akan hadir tapi hanya sebagai saksi. Hukuman adalah bagi mereka yang tubuhnya dibangkitkan dari kubur dan rohnya dibawa dari neraka.

Semua yang tidak selamat “besar dan kecil, berdiri dihadapan Allah” (Revelation 20:12). Dalam sidang manusia sering tertuduh tidak muncul. Kadang saksi, juri, atau hakim bisa disogok, dan yang bersalah bisa lolos dari persidangan dan terhindar dari hukuman. Kadang saksi palsu mengubah bukti dan yang bersalah dibebaskan. Tapi pada saat itu, kitab akan dibuka, termasuk Kitab Kehidupan, “Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu” (Revelation 20:12). Walau ada banyak yang hidup dan mati tanpa diketahui dunia, pikiran dan perbuatan mereka ditulis ilahi dimana ingatan tidak bisa hilnag. Suatu tangan yang akurat menulis biografi semuanya, dan seluruh kejahatan akan dihitung disaat itu. Jika anda menolak Kristus disini, itu berarti hukuman disana. Jika anda meremehkan undangan kesurga disini, disana anda akan dibuang keneraka.

Secara Literal, Tubuh Fisik

Tuhan berkata pada nabi Yesaya: “semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa” (Isaiah 45:23). Paulus mengutip Yesaya, berkata: “Karena ada tertulis: Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah” (Romans 14:11). Kemudian dia menambahkan: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut . . . dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Philippians 2:9-11). Hanya sebagian ras manusia yang setuju dengan kesaksian Allah Bapa tentang AnakNya. Tapi saat penghakiman akhir, setiap orang yang tidak percaya disegala zaman akan berlutut dengan lutut dulu menolak dibengkokan, dan mengaku dengan lidah yang dulu menolak mengakui Kristus. Ya, secara literal lutut dan lidah setiap orang yang menolak Kristus akan berlutut dan mengakui Kristus yang dulu mereka rendahkan dan cemooh saat dibumi.

Sekali lagi kita mengulangi bahwa Tuhan tidak senang akan kematian orang berdosa. Dia ingin menyelamatkan daripada mereka mati dalam ketidakpercayaan, tapi siapapun yang tidak ditemukan dalam Kitab Kehidupan akan dibuang kelautan api. Mereka akan mengambil bagiannya dalam lautan api. Inilah kematian kedua (Revelation 20:15; 21:8). Jika anda mati dalam dosa, penghakiman pasti dan jelas. Anda tidak bisa lolos! Tidak, anda tidak mungkin lolos. Jika, sementara membaca pesan ini, anda menyadari kebutuhan anda akan Kristus sebagai Juruselamat pribadi, akui bahwa anda seorang berdosa dan percayalah bahwa Kristus pasti menyelamatkan anda. “Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu” (Revelation 20:6).

Related Topics: Eschatology (Things to Come), Soteriology (Salvation)

5. Kebangkitan Tubuh

Dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali? (1 Corinthians 15:35)

Kematian—Tubuh yang Tidur

Tidak ada gambaran kematian yang begitu menghibur dan meneguhkan bagi orang percaya seperti diungkapkan dengan kata tertidur. Ini suatu kata yang hanya menunjuk pada tubuh dan tidak pernah terhadap jiwa. Tuhan kita berkata pada para muridNya: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya. Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh. Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa” (John 11:11-13). Tentang Para martir dan kematian Stefanus, kita membaca: “Dia tertidur” (Acts 7:60). Saat Rasul Paulus masih hidup, dia berkata tentang 500 saudara yang melihat Kristus hidup setelah kebangkitannya, “sebagian diantaranya tertidur” (1 Corinthians 15:6). Pesan penghiburannya kepada jemaat diTesalonika adalah, “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal” (1 Thessalonians 4:13). Petrus berbicara tentang orang kudus di PL: “bapa leluhur tertidur” (2 Peter 3:4).

Orang kudus dimasa PL dihadapkan dengan kebenaran yang sama. Lebih dari 40 kali dalam PL dikatakan bahwa orang yang mati “ditidurkan bersama leluhurnya.” “TUHAN berfirman kepada Musa: Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu” (Deuteronomy 31:16; 2 Samuel 7:12). Ayub berkata: “sekarang aku terbaring dalam debu, lalu Engkau akan mencari aku, tetapi aku tidak akan ada lagi” (Job 7:21). Dalam ayat ini kita melihat gambaran kematian yang tinggi yang meyakinkan orang percaya bahwa “kesementaraan tubuh, akan diikuti oleh kebangkitan mulia saat trompet terakhir dibunyikan.”1

Kematian—Keterpisahan Sementara
Rohani dari Fisik

Keadaan aktivitas menggantung sementara dari tubuh tidak berarti jiwa juga tertidur. Tubuh merupakan tempat roh menjadi bagian dari manusia. Disaat kematian manusia, roh orang percaya pergi, menutup kesadaran akan tubuh sampai hari kebangkitan. Setelah kematian tubuh, kita meninggalkan daging, “pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Philippians 1:23), “menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Romans 8:23).

Ini merupakan ilustrasi sederhana. Baru-baru ini saya memperhatikan toko tukang daging dikota kami tidak lagi buka. Satu hari saat saya melewati tempat itu saya melihat tanda dijendela: “Tutup untuk perubahan.” Pemilik menutup usahanya untuk merenovasi toko. Setelah sekitar 2 bulan toko dibuka dengan banyak perubahan. Ini suatu gambaran kematian orang percaya. Dia keluar dari tubuh sampai direnovasi, kemudian roh manusia akan kembali ketubuh barunya.2

Dibangkitkan Menjadi Seperti Yesus

Kematian tidak perlu ditakutkan oleh orang Kristen. Kita akan hidup dalam tubuh sebenarnya seperti sekaran, karena kata Paulus: “kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. . .” (Philippians 3:20, 21). Kedatangan Tuhan dari sorga akan memicu perubahan tubuh ini. Tubuh merupakan milik Tuhan seperti juga jiwa. Itu sangat diperhatikanNya. “Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh” (1 Corinthians 6:13). Tujuan Injil adalah membawa hidup kekal dan keabadian kepada semua yang mau percaya. Karena tubuh orang benar akan “seperti tubuh kemuliaanNya,” kita mungkin berpikir seperti apa tubuh kita saat kebangkitan. Yohanes berkata: “akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 John 3:2). Saat Tuhan kita naik kesorga, Dia berumur 33 tahun, manusia yang masih muda. Kepikunan tidak bisa menguasai Tuhan kita saat Dia mati diatas salib untuk dosa kita. Dalam Mazmurnya, Daud meninggikan Kristus, kita membaca: “dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun” (Psalm 110:3). Suatu pikiran yang indah! Kita akan dibungkus dengan kemudaan selamanya. Kita akan seperti Dia, seperti tubuh kemuliaanNya.

Kristus akan “mengubah tubuh hina ini” (Philippians 3:21). Kata “merubah” artinya mengubah bentuk. Disini dikaitkan dengan metamorfosis dimana perubahan bentuk dan struktur tubuh mahluk hidup terjadi. Saat Tuhan kita membawa Peter, James, dan John kegunung, kita membaca bahwa “Dia berubah bentuk dihadapan mereka” (Matthew 17:2). Kristus muncul selama beberapa waktu dalam tubuh kemuliaanNya. Dia berubah bentuk (atau metamorphosed) dihadapan mereka. Itu adalah tubuh setelah kebangkitan saat Dia muncul dihadapan para murid dibelakang pintu tertutup (John 20:19). Perubahan yang akan dialami orang percaya saat kebangkitan akan berhubungan dengan tubuh mereka, yang didalamnya ada dosa, karena setiap orang Kristen harus mengakui, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.” (Romans 7:18). Kata “berubah” juga bisa menunjuk pada bagian rohani manusia, seperti kata Kenneth Wuest: “Kata “berubah” dari Yunaninya menyatakan sesuatu yang diluar, yang perubahannya dari tampak luar.”3

Secara biologis, perubahan ulat menjadi kupu-kupu disebut “metamorfosis.” Ulat yang jelek, diubah dalam kubur yang digulung sendiri. Sementara kepompong kelihatannya mati dan tanpa bentuk yang kuat. Tapi setelah matahari musim semi menyinari kepompong itu, keluarlah kupu-kupu yang indah. Walau kupu-kupu berbeda penampilan dari ulat, kita mengenali serangga bersayap indah ini dulu adalah ulat. Kebangkitan tubuh mirip dengan itu. Sekarang kita memiliki tubuh yang hina. Yakobus berkata bahwa itu “tubuh yang hina” “sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.” (James 1:10). Tubuh Adam, dalam keadaan aslinya, dipenuhi kemuliaan, tapi saat dosa masuk kemuliaan diganti dengan kehinaan. Dalam tubuh hina sekarang kita tidak layak masuk kedalam kemuliaan Tuhan, tapi kita berharap saat Tuhan kembali, Dia akan mengubah tubuh hina menjadi seperti tubuh kemuliaanNya. Itu merupakan tubuh yang biasa kita kenali, tapi akan diubah menjadi mulia.

Menjawab yang Skeptis

Sebagian orang yang skeptis mengatakan bahwa tidak mungkin tubuh yang sama yang sudah lebih dari ratusan tahun, menjadi debu akan dibangkitkan lagi. Mereka menambahkan bahwa elemen yang membentuk tubuh mungkin sudah menjadi bagian dari tubuh lain, Sebagai contoh, tubuh yang mati akan hancur. Diatas kuburan tubuh itu, sebuah pohon mungkin tumbuh. Jika buah pohon itu dimakan manusia lain, elemen yang sudah terurai dalam kubur akan menjadi bagian dari tubuh manusia lain. Mereka menyimpulkan bahwa tidak mungkin membangkitkan tubuh yang sama.

Tuhan menjawab hal ini. Kita membaca: “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” (1 Corinthians 15:35) Untuk menjawab hal ini Paulus menggunakan gambaran seorang petani menabur benih. Saat petani menjatuhkan benih ketanah, dia tahu bahwa saat benih mati, itu bukan akhir dari usahanya. Dia tahu bahwa dari satu benih akan muncul kehidupan yang lebih besar, menghasilkan lebih banyak dari yang dia tabur. Benih yang sebenarnya tertanam dia tidak melihatnya. Tapi ada identitas jelas. Ini sama dengan kebangkitan tubuh. “Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri.” (1 Corinthians 15:36-38).

Tuhan tidak harus menggunakan setiap bagian tubuh saat membangkitkannya dari kubur. Pemikiran seperti itu tidak diajarkan Alkitab. Sebenarnya, memang benar bahwa bagian tubuh kita menjalani perubahan secara periodic. Kita menerima tubuh baru setiap 7 tahun. Kita mungkin tidak sadar akan perubahan itu. Tubuh kita tidak sama dengan tubuh kita 7 tahun lalu. Tetap ada identitas yang dipertahankan, tapi tidak ada satu selpun yang sama dengan 7 tahun lalu. Dalam kebangkitan tubuh orang percaya akan membawa identitas mereka sendiri. Dr. Wilbur M. Smith pernah berkata: “Kenyataan bahwa setelah kematian tubuh kita tersebar, tidak menyulitkan Tuhan, dalam membuat tubuh itu kembali diubah dalam kemuliaan.” Melalui kelahiran baru kita dilahirkan kembali kedalam Kerajaan Allah, suatu Kerajaan yang tidak bisa hancur. Karena dosa tidak bisa masuk, tidak ada bahaya kehancuran. Kebangkitan menjadi peristiwa dimana tubuh kita menjadi tidak bisa hancur dan mewarisi Kerajaan Allah.4

Dari Bisa Bisa Rusak Menjadi Tidak Bisa Rusak --
Dari Kefanaan Menjadi Abadi

Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan (1 Corinthians 15:42).

Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa (1 Corinthians 15:53).

Kematian nyata dihadapan semua yang hidup. Saat kita memulai hidup kita memulai kematian. Laporan kelahiran bayi menjamin ada satu lagi kubur yang akan digali. Pengkhotbah yang berhikmat menulis: “pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur. . . karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan. . . dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” (Ecclesiastes 12:3, 5, 7). Ini gambaran tubuh yang bisa rusak. Tujuannya adalah kematian, hancur. Tapi jika kita memiliki tubuh dalam Surga, kita harus memiliki tubuh yang tidak bisa rusak. Inilah jenis tubuh yang Kristus akan berikan pada kita saat Dia datang. Itu akan dikubur dalam kehancuran tapi dibangkitkan dalam keabadian. Kita memiliki gambaran tubuh ini saat peristiwa perubahan bentuk digunung. Musa dan Elijah muncul bersama Kristus. Musa telah mati 1500 tahun lalu. Tapi disana dia dikenali dalam tubuh kemuliaannya. Elijah diangkat kesurga tanpa mengalami kematian sekitar 900 tahun lalu, dan dia juga disana dengan tubuh kemuliaan. Kebangkitan kita akan memberikan kita tubuh yang tidak bisa hancur dimana penyakit dan kesakitan tidak bisa masuk. Tidak ada rasa sakit, kelemahan, atau demam yang bisa menjamah tubuh kebangkitan kita. “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Revelation 21:4).

Dari Hina Menjadi Mulia

Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan (1 Corinthians 15:43).

Tubuh yang dikubur didapat dari kehinaan. Rata-rata orang Kristen mengabaikan tubuh, gagal menyadari bahwa itu adalah tempat Roh Kudus berdiam. Menjaganya dengan baik. Tubuh beberapa orang Kristen telah hancur dan terpengaruh dosa sebelum dia mengenal kebenaran. Meminum minuman yang meracuni, menghisap rokok, dan hal lain yang tidak menghargai tubuh. Sebagian tidak cukup istirahat, sementara yang lain malas. Sebagian orang merawatnya secara berlebihan dan sebagian lain tidak sama sekali. Bagi penulis sebagian besar orang tidak merawat tubuh dengan baik. Tapi tubuh kebangkitan kita merupakan tubuh kemuliaan. Kita akan seperti Yesus, dalam kemuliaanNya. Harapan yang indah!

Dari Lemah Menjadi Kuat

Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan (1 Corinthians 15:43).

Kita percaya bahwa Paulus mengalami sakit dalam tubuhnya, tersiksa akan “duri dalam daging” Tubuh yang lemah membatasi, dan banyak dari kita bersaksi bahwa pekerjaan Tuhan sering terhalang karena keterbatasan tubuh. Tugas yang ingin kita lakukan menjadi melelahkan karena kelemahan tubuh. Tapi disurga kita tidak mengenal kelemahan fisik. Kelemahan dunia tidak dikenal disorga. Betapa suatu perubahan mulia! Dibangkitkan dalam kuasa! Dibumi kita merasa roh kuat tapi daging lemah. Sebagian umat pilihan Allah tidak bisa kegereja karena tubuhnya sakit, tapi disorga semua akan memiliki tubuh yang kuat. Tubuh yang baru dari Tuhan tidak bisa rusak dan kuat.

Dari Alami Menjadi Rohani

Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah (1 Corinthians 15:44).

Harus jelas bahwa istilah “tubuh rohani” tidak menunjukan bahwa tubuh kebangkitan merupakan tubuh tanpa zat. Kata “alami” Yunaninya digunakan saat mereka bicara tentang jiwa manusia. Kita sudah menyatakan bahwa manusia terdiri dari 3 bagian: tubuh, jiwa, dan roh. Secara fisik kita memiliki 5 indra. Dengan jiwa, ada emosi, kesadaran diri, mengerti kepribadian. Melalui roh, dia dimampukan mengetahui Tuhan dan memuji serta melayani Dia setelah roh manusia dibangunkan Roh Kudus. Tubuh kita dibumi merupakan tubuh alami yang kita gunakan untuk melakukan aktivitas dibumi. Secara alami mudah menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan bermain. Kehidupan rohani tidak lepas dari manusia, tapi mendapat tempat kecil dari waktu dan tenaganya dibanding kehidupan jiwa.

Saat tubuh kebangkitan disebut “tubuh rohani” itu tidak berarti itu terdiri dari zat yang tidak bisa diraba. Robert S. Candlish berkata: “kata alami dan rohani, yang diberikan pada tubuh, tidak menunjuk banyak kepada substansi pembentuk tubuh, tapi pada penggunaan dan tujuannya.” Dibumi kita disibukan melalui tubuh alami, sementara disorga dalam tubuh kebangkitan kerja kita berkenaan dengan Tuhan dan kekudusannya. Kehidupan rohani akan terus dipakai.

Bisa kita katakan bahwa tubuh memiliki 2 tuan, alami dan rohani. Paulus berkata: “jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku” (Romans 7:21). Paulus benar-benar merupakan anak Tuhan melalui kuasa transformasi Roh Kudus, tapi manusia alami masih ada dan bermusuhan dengan rohani. Dan setiap kita mengetahui halangan manusia alami. Kita dihalangi oleh prilaku alami. Tapi disorga kita dalam tubuh kebangkitan, kehidupan rohani yang mengontrol.

Disorga semuanya tidak bisa hancur, abadi, mulia, berkuasa, dan rohani. Dihadapan tahta Tuhan kita akan melayaniNya selamanya dalam baitNya. Harapan yang mulia! O hari kebangkitan


1 T. L. Cuyler

2 The use of this illustration was suggested by Dr. H.A. Ironside in “Death and Afterwards.”

3 Philippians in the Greek New Testament.

4 R. C. H. Lenski

Related Topics: Eschatology (Things to Come)

6. Pengadilan yang Akan Datang Bagi Orang Percaya

Kedatangan Kristus akan menjadi sorak kegirangan untuk semua orang kudus. Saat kubur terbuka dan yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan pertama dan orang kudus akan diangkat bersama bertemu dengan Tuhan diudara, itu merupakan saat pengantin perempuan bertemu dengan pengantin laki-laki.

Orang percaya tidak pernah takut akan kutuk dosa. Karena bagi setiap orang Kristen pengadilan ini sudah berlalu. Saat Yesus datang kembali Dia akan membawa tanda penyaliban ditubuhNya, dan ini membuktikan bahwa hukuman dosa sudah dibayar lunas. Tuhan kita meyakinkan kita dengan berkata: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (John 5:24). Tentang hal ini Paulus menambahkan: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Romans 8:1). Jiwa kita tenang mendengar perkataan Tuhan kita.

Semua Manusia dan Malaikat yang Jatuh Akan Diadili

Tapi Alkitab jelas mengajarkan bahwa setiap manusia, baik hidup maupun mati, yang selamat maupun tidak, harus memberi pertanggungan jawab pada Kristus. Petrus dalam kothbahnya dirumah Kornelius berkata “bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati” (Acts 10:42). Kemudian, dalam surat pertamanya, Petrus menulis pada orang kudus bahwa “ mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati” (1 Peter 4:5). Mereka yang mati, yang mati nanti atau sudah mati, dan yang hidup harus memberi pertanggung jawaban pada Kristus yang siap mengadili semua manusia.

Lima Pengadilan yang Akan Datang

Semua orang akan diadili menurut waktu dan tempatnya masing-masing. Ada lima pengadilan dimasa depan.

1. Tahta Pengadilan Kristus. Pengadilan ini untuk mengadili pekerjaan orang percaya, disebut “The Judgment Seat of Christ.” Pengadilan inilah yang akan dibahas dalam bab ini. Tapi kita harus memberikan garis besar keempat pengadilan yang lain yang mengikuti pengadilan pekerjaan orang percaya.

2. Pengadilan Israel yang Dikumpulkan Kembali. Dalam Daniel 12:1 pengadilan ini disebut “Masa Kesesakan Yakub.” Pengadilan ini akan mengadili orang Yahudi karena ketidaktaatan mereka pada Tuhan dan penolakan mereka pada Kristus. Selama Masa Pergolakan dan setelah akhir Masa Anugrah, Israel akan membayar dosa mereka, diberi kepedihan dan kesusahan.

3. Pengadilan Bangsa-bangsa. Diakhir Masa Pergolakan, setelah Israel sudah diadili, bangsa-bangsa didunia akan diadili oleh Kristus dan GerejaNya. Pengadilan ini tidak atas individu tapi atas bangsa-bangsa karena perlakukannya terhadap orang Yahudi. “Sebab sesungguhnya pada hari-hari itu dan pada waktu itu, apabila Aku memulihkan keadaan Yehuda dan Yerusalem, Aku akan mengumpulkan segala bangsa dan akan membawa mereka turun ke lembah Yosafat; Aku akan berperkara dengan mereka di sana mengenai umat-Ku dan milik-Ku sendiri, Israel, oleh karena mereka mencerai-beraikannya ke antara bangsa-bangsa dan membagi-bagi tanah-Ku” (Joel 3:1-2).

4. Pengadilan Para Malaikat yang Jatuh. Ini pengadilan terakhir atas setan dan para malaikat yang jatuh yang akan diadili bersama. Setelah Masa Kerajaan Seribu Tahun, setan dan pengikutnya akan diakhiri. “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar ” (Jude 6). Dimasa itu kita akan melihat pemenuhan terakhir dari nubuat dalam Genesis 3:15.

5. Pengadilan Orang Tidak Percaya. Pengadilan ini disebut Pengadilan Tahta Putih. Setelah membuang setan keneraka, orang mati tidak dalam Kristus akan dibangkitkan untuk menerima putusan akhir hukumannya (Revelation 20:12-15). Tidak ada orang percaya yang akan diadili disaat itu karena ini hanya diperuntukan bagi semua yang menolak Tuhan Yesus semasa didunia.

Tahta Pengadilan Kristus

Pengadilan pertama didapat dari 2 bagian Akitab dimana istilah “Tahta Pengadilan Kristus” muncul:

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. (Romans 14:10).

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus (2 Corinthians 5:10).

Pengadilan ini jangan dibingungkan dengan pengadilan lain karena Roh Kudus menggunakan kata Yunani untuk menggambarkan Tahta Pengadilan Kristus berbeda dari kata Yunani yang digunakan untuk pengadilan lainnya. Disini kata yang digunakan adalah bema. Ini muncul dalam Yunani Klasik untuk mengidentifikasi tahta hakim dalam arena Olimpiade. Kata bema adalah tahta dimana hakim duduk, bukan untuk menghukum peserta, tapi untuk memberikan hadiah bagi pemenang. Saat orang Kristen berdiri dihadapan bema Kristus, itu untuk memberikan hadiah sesuai pekerjaan mereka. Tidak untuk menghukum.

Hakim. Tuhan kita sendiri berkata: “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak” (John 5:22). Paulus berkata pada orang Atena “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” (Acts 17:31). Dalam hal ini setiap tahta pengadilan bisa dipikir sebagai tahta pengadilan Kristus, karena Anak Allah yang dibangkitkan, Dia telah ditunjuk oleh Bapa untuk mengadili semuanya. Tapi, hanya ada satu bema, satu tahta bagi Kristus untuk memberikan hadiah bagi orang kudus sebagai pemenang.

Karena Kristus adalah hakim, dan waktu serta tempat telah ditetapkan untuk mengadili orang percaya, kita diperingatkan untuk tidak saling menghakimi dalam hidup ini. “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah” (Romans 14:10). Kita bukan hakim. Maka dari itu kita tidak punya hak untuk menghakimi atau merendahkan saudara seiman kita. Tidak mungkin bagi kita untuk menghakimi dengan benar dan adil karena kita tidak tahu hati setiap kita. Yesus memperingatkan para murid: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matthew 7:1). Kita harus menjalankan hal ini disetiap hal, dimana sikap kita tidak mencari kesalahan. Kita diharapkan menggunakan seluruh akal sehat dan kemampuan membedakan, tapi jangan pernah membalas, mengutuk, atau menghakimi yang lain. Abraham Kuyper pernah berkata: “Semua pengadilan manusia tidak sempurna. Tidak bisa memuaskan rasa keadilan kita.” Pengadilan manusia tidak bisa membawa keadilan atas mereka yang sudah melakukan kejahatan tersembunyi. Sering yang bersalah dibebaskan dan yang tidak bersalah dihukum. “jangan pernah lupa para martirmu.” Karena keterbatasan kita, kita salah menyimpulkan. Maka dari itu kita harus menyerahkan semua pengadilan kepada Hakim yang Maha Tahu yang akan mengadili dengan adil, dan tidak bisa salah. Saat Yesus datang, setiap orang Kristen yang hidup dan yang mati, akan masuk kedalam suatu pengadilan besar dihadapan bema Kristus. Kita semua akan ada disana, tidak sebagai penonton atau saksi. Hakim Kudus tidak membutuhkan saksi apapun. Disaat itu FirmanNya tetap. “Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” (John 2:24-25).

Yang Dihakimi. Hanya orang percaya yang muncul dihadapan Tahta Pengadilan Kristus. Dikedua ayat dimana pengadilan ini disebutkan (Romans 14:10; 2 Corinthians 5:10), kata-katanya ditujukan untuk orang Kristen. Semua orang yang diluar Kristus akan diadili di Tahta Putih setelah seribu tahun pemerintahan Kristus didunia. Tapi hal yang ingin dikatakan Paulus adalah, “Kita akan muncul” secara khusus menunjuk pada orang kudus dimana Paulus memasukan dirinya. Seseorang mungkin mempertanyakan kemungkinan dimana jumlah begitu besar orang kudus berdiri disuatu ruang, atau masalah waktu seperti “begitu banyak keputusan yang harus dibuat.” Alkitab tidak mengatakan apa-apa tentang detil lokasi pengadilan. Apakah disorga atau diudara kita tidak bisa katakan. Bagaimanapun, satu hal sudah pasti, seperti yang pernah Henry W. Frost katakan: “Pengadilan Ilahi tidak akan lama.” Sangat konyol mempermasalahkan ruang saat kita berpikir tentang surga. “Mungkin saja pengadilan orang kudus ini akan terjadi pada satu saat, dan setiap orang Kristen akan diangkat keudara ketempatnya masing-masing yang sudah ditetapkan.” Jika masih ada masalah tentang lokasi pasti dan cara pengadilannya, tidak ada masalah dengan kepastiannya, “Karena kita harus muncul dihadapan tahta pengadilan Kristus.”

Pekerjaan Orang Kristen Akan Diuji

Mari kita berhenti sebentar untuk membaca dengan sungguh-sungguh pesan Roh Kudus mengenai pekerjaan orang Kristen dan hadiahnya:

Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. (1 Corinthians 3:9-15).

Paulus menunjuk dirinya dan teman pelayanannya sebagai “kawan sekerja Allah.” Ini kebenaran yang luar biasa bahwa Tuhan sebenarnya tidak memerlukan kita untuk melakukan pekerjaanNya. Dia tidak harus memanggil kita untuk menjalankan InjilNya, karena Dia bisa menjalankan seluruh rencan keselamatan tanpa kita. Dia bisa mengirim malaikat kudusNya untuk menyebarkan pesan keselamatan, atau Dia bisa memperlihatkan diri pada setiap orang, tapi Dia memilih orang percaya untuk menceritakan kisah anugrah keselamatanNya dan kasihNya.

Dasar pekerjaan ini sudah diletakan, “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (verse 11). Sekarang kita membangun atas dasar ini, dan setiap pekerjaan kita harus bertahan dalam ujian pengadilan tahta Kristus saat menerima hadiah. “Setiap pekerjaan manusia akan dinyatakan . . . dan api akan menguji, pekerjaan macam apa ini.” Banyak orang Kristen yang bekerja dengan rendah hati dan berdoa akan diberi penghargaan, tapi yang dilakukan dengan daging dan yang hanya disebut “pekerjaan Kristen” akan dihanguskan api. “Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian.” “Kita akan diadili” menurut motiv dan karakter pekerjaan kita. Jika anda tidak bisa melakukan semua yang ingin anda lakukan, yakinkan bahwa apa yang anda lakukan merupakan hal yang benar. Ini artinya jika pekerjaan kita benar, kita akan menerima hadiah. Sebaliknya jika tidak, “ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1 Corinthians 3:15).

Dalam perumpamaan menarik dalam Luke (Luke 18:11-27), kita memiliki gambaran masa kini dan tanggung jawab orang Kristen. “Seseorang pergi jauh untuk menerima kerajaan, dan akan kembali, Dan dia memanggil 10 pelayannya, dan memberikan mereka 10 pound, dan berkata, “usahakan sampai aku datang.” Sepuluh pound dibagi merata diantara 10 pelayan, menunjukan setiap pelayan memiliki kesempatan yang sama selama Tuhan tidak ada. Setiap kita diberi tanggung jawab menyaksikan Yesus Kristus. Kita berbagi kesempatan dan tanggung jawab untuk membuat Dia dikenal. Tidak satu orang Kristenpun bisa berkata kalau dia tidak bertanggung jawab menyebarkan kebenaran Injil. Selama Tuhan tidak ada, kita harus mengusahakannya sampai Dia kembali, karena saat Dia kembali, Dia akan membalas setiap orang sesuai perbuatannya.

“Saat dia kembali, menerima kerajaan, kemudian dia akan memerintahkan setiap pelayan menghadapnya, disana dia ingin tahu berapa banyak yang sudah diusahakan melalui uang yang telah diberikan.” Disini Tuhan menggambarkan apa yang akan terjadi saat Dia kembali. Setiap kita yang adalah milikNya akan dipanggil untuk memberi pertanggungan jawab bagaimana kita menjalankan tanggung jawab selama Dia tidak ada. Inilah Tahta Pengadilan Kristus, dan itu akan menentukan posisi kita dan pelayanan dalam kerajaan seribu tahun. Baru-baru ini di Philadelphia dua orang mengambil ujian dan yang tertinggi akan menjadi pejabat Kepala Pemadam Kebakaran. Melalui ujian yang sama terhadap kesetiaan orang percaya, bersama Kristus akan memerintah. Dalam perumpamaan, pelayan yang mendapat 10 poun disebut “setia” dan diberi kekuasaan atas 10 kota. Demikian juga yang mendapat 5 pound diberi 5 kota. Tapi pelayan yang menyimpan 1 poundnya dimarahi. Tuhan berkata: “Ambil uangnya, dan berikan pada orang yang memiliki 10 pound.”

Saat Yesus kembali setiap orang percaya akan menerima hadiah sesuai dengan ukuran dan motivasi pekerjaan kita. Tidak ada hadiah yang diberikan secara politis, tapi menurut usaha yang dilakukan. Perumpamaan lain yang harus dipelajari mengenai pelayanan Kristen adalah Tuan dan Hamba (Luke 17:7-10), Pekerja dikebun Anggur (Matthew 10:1-16), dan talenta (Matthew 25:14-30).

Orang Kudus akan Berbeda dalam Surga

Rasul Paulus berkata: “Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati” (1 Corinthians 15:41-42). Setiap orang Kristen akan diberikan tubuh kebangkitan, tapi tubuh ini berbeda disetiap orang. Paulus meminta kita melihat betapa bintang berbeda dalam kemuliaannya, sebagian bersinar lebih terang dari yang lain. Kemudian dia menyimpulkan: “Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati.” Setiap orang percaya akan memiliki tubuh kemuliaan, tapi kemuliaannya berbeda-beda menurut ukuran kesetiaan kita pada Kristus dan karyaNya. Saya sekarang memegang 3 koin ditangan, satu emas, satu perak, dan satu tembaga. Ketiganya berisi tanda Negara Amerika. Bagaimanapun, kemuliaan emas yang tertinggi, kemuliaan perak dan perunggu berbeda dan lebih rendah. Demikian juga dengan kebangkitan orang mati. Setiap tubuh akan diberi kemuliaan dan perbedaan surgawi, tapi kemuliaan yang satu berbeda dengan yang lain. Kemampuan melayani kita akan dibawa kesurga saat Yesus datang.

Mahkota Penghargaan

Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu (Revelation 3:11).

Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya (Revelation 22:12).

Tahta Pengadilan Kristus merupakan hari pemberian mahkota bagi orang Kristen yang menerima hadiah atas kerja mereka. PB mengajarkan bahwa ini disebut “mahkota” Ada 5 macam mahkota.

1. Mahkota yang Abadi. “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi” (1 Corinthians 9:25). Disini Paulu sedang berpikir tentang atlit diRoma. Sebelum pertandingan setiap peserta berdisiplin, mencukupi segala sesuatu. Jelas ada banyak hal menyenangkan yang ingin dilakukan atlit tapi mereka menolak semuanya untuk menjadi yang terbaik. Mahkota menunggu pemenang. Mahkota abadi bagi kemenangan orang Kristen bagi yang tunduk. Ada beberapa kesenangan, cara berpakaian, dan kosmetik yang bisa mengganggu perkembangan seseorang dalam menyebarkan Injil dan memenangkan yang terhilang bagi Krisus. Jika saya hidup berkemenangan atas segala hal, “mengindahkan pemenuhan nafsu,” saya akan mendapat hadiah kehidupan yaitu Mahkota Abadi. Jika seorang atlit harus tunduk berbulan-bulan dalam disiplin dan Latihan untuk mendapat mahkota fana, betapa lebih lagi kita harus hidup untuk mendapat mahkota abadi!

2. Mahkota Sukacita. “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami” (1 Thessalonians 2:19, 20). Ini mahkota untuk yang memenangkan jiwa. Hal pertama yang harus didoakan orang Kristen adalah keinginan, kemampuan dan hikmat untuk memenangkan jiwa yang hilang kepada Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa saat dia berdiri dihadapan Tahta Pengadilan Kristus, jemaat Tesalonika akan menjami suatu mahkota semua yang berbagi dengan mereka dalam membawa mereka kepada Kristus. Setiap seseorang bertobat, ada sukacita disorga; tapi saat pemberian hadiah mahkota bagi yang memenangkan jiwa akan ada sukacita besar saat mereka yang dibawa kehadapan Tuhan bersama yang membawa mereka kepada Kristus. Apa harapan hadiah kita sebagai saksi Kristus? Jawabannya ada dalam mereka yang disorga karena doa, pemberitaan, dan pelayanan pribadimu.

3. Mahkota Kebenaran. “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Timothy 4:8). Disini karakter hadiah selaras dengan karakter Pemberi. Keduanya adalah benar. Pengajaran tentang kedatangan Tuhan sangat dihargai Tuhan. Selain fakta bahwa Yesus akan datang kembali diejek banyak orang. Kebenaran ini membawa penderitaan dan kesulitan, dan tidak jarang kematian, bagi mereka yang berkeras memberitakan dan mengajar mereka. Tapi betapa indah mengetahui bahwa Tuhan telah menyiapkan hadiah khusus bagi semua yang berharap, yang menanti AnakNya dari sorga.

4. Mahkota Kehidupan. “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (James 1:12). “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Revelation 2:10).

Mahkota Kehidupan diperuntukan bagi mereka yang memberikan hidupnya untuk Injil. Tidak semua saksi Tuhan dipanggil menjadi martir. Tidak semua mau membayar dengan nyawa mereka untuk pesan keselamatan bagi yang terhilang. Betapa adil Bapa kita disorga karena Dia telah menyiapkan mahkota bagi martir karena menderita untuk Kristus! Walau sebagian dari kita tidak akan menerima Mahkota Kehidupan, kita akan bersukacita bersama mereka yang mau mati demi pengabaran Injil Kristus.

5. Mahkota Kemuliaan. “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (1 Peter 5:2-5). Ada banyak yang dipanggil dan diurapi Tuhan untuk mengabarkan dan mengajarkan FirmanNya. Mereka yang peduli pada kawanan domba Tuhan selama Gembala Agung tidak ada. Saudara sepelayanan, mari kita memberikan diri kita tanpa pura-pura untuk menjaga dombaNya dipadangNya, karena mahkota kemuliaan kekal menanti ktia saat Gembala Agung muncul.

Jika ini merupakan sukacita bagi mereka yang menerima mahkota, pasti akan ada kekecewaan dan kepedihan bagi mereka yang tidak menerima. Tuhan tahu dosa dan pekerjaan anakNya. CatatanNya termasuk motivasi dan tindakan, respon kita dan penolakan terhadap panggilan pelayanan Tuhan. Saat orang Kristen yang tidak setia mendengar dan melihat catatan ketidaksetiaannya; saat dia diingatkan bagian yang harus dilakukannya; saat dia melihat bagiamana Kristus menderita akibat kelalaiannya dikala orang Kristen bersalah pada saudaranya dan tidak pernah bertobat dari dosanya. Apakah tidak ada penyesalan, malu dan ketakutan? Dengan kembali pernyataan Tuhan yang tetap: “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”

Ada cerita kebakaran besar dalam kota diapartmen. Penghuninya sudah dibawa keluar dengan selamat kecuali satu keluarga dilantai atas. Ibu, hampir gila melihat bahaya api dan asap, melompat kejaring pengaman pemadam. Tapi diketahui bahwa, disaat itu, dia melupakan anaknya yang kemudian mati dalam api. Dia diselamatkan dari api, tapi menderita kerugian besar. Biarlah Tuhan mengijinkan agar kita berjuang dimana waktu masih siang dan saat kerja kita akan dinilai Yesus Kristus kita akan dihargai sesuai usaha kita.

Tahta Pengadilan Kristus sangat penting bagi penulis. Memikirkan tentang orang percaya, seluruh anggota tubuh Kristus, yang terbagi-bagi karena perbedaan. Dalam organisasi, gereja, dan dalam keluarga, saya tidak melihat orang Kristen berlaku sesuai. Orang yang dulu dekat sekarang terpisah dan ada kepahitan diantara mereka. Masing-masing menyalahkan orang lain, mencoba melayani Tuhan, tapi perbedaan mereka tidak bisa disesuaikan. Sekarang jika Tuhan kita kembali sebelum ada rekonsiliasi didunia, penting mereka kembali berbaikan karena mereka tidak bisa seterusnya bermusuhan. Sorga tidak mengenal hal seperti itu. Kebencian dan tidak mau memaafkan adalah dosa. Itulah pentingnya Tahta Pengadilan Kristus.

Tahta Pengadilan Kristus penting bukan karena orang percaya akan menerima hadiah atas pelayanannya dalam hidup. Sering kali, disaat penguburan, kita mendengar bahwa yang meninggal akan menerima hadiah kekal. Ini secara Alkitab tidak benar. Orang kudus yang pergi ada dengan Tuhan, tapi belum menerima hadiah. Tidak satupun dari para murid dan rasul menerima hadiahnya, tidak sampai Yesus datang kembali dan semua orang kudus berkumpul bersama. Yesus berkata pada orang farisi ditempat dia makan: “Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” (Luke 14:14).

Teman Kristen yang terkasih, “, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Corinthians 15:58). “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu” (Hebrews 6:10). “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Colossians 3:23, 24).

Kalimat terakhir! “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya” (1 John 2:28). Malu akan kedatanganNya! Suatu akhir hidup yang disayangkan bagi setiap orang percaya! Betapa malu kita jika kita terlibat dalam usaha yang tidak jujur, pembicaraan yang kotor, atau hidup yang tidak kudus. Marilah kita, dengan satu tujuan, menyerahkan diri kita pada kehendakNya yang sempurna bagi hidup kita agar kita bisa mendengar Dia berkata: “Well done.”

Related Topics: Rewards, Heaven

7. Hukuman Kekal Bagi yang Terhilang

Bab ini berusaha menulis suatu pernyataan pengajaran yang paling penting diseluruh Alkitab. Saat saya pertama mencoba berkotbah tentang hal ini beberapa tahun yang lalau, saya memohon pada Tuhan untuk ada kehalusan dalam menyatakan hal ini. Sekarang saya harus akui masih ada keengganan dipihak saya untuk mengatakan bahwa tidak ada harapan bagi orang yang sudah mati, tapi suatu penantian akan lautan api yang menakutkan. Keengganan untuk menyatakan tentang neraka bukanlah hasil dari keraguan akan kesengsaraan akhir dari orang yang tidak percaya. Sebaliknya, karena semakin yakinnya akan hal ini menimbulkan kegentaran memikirkan jiwa yang terbuang dalam laut api selamanya.

Neraka—Hal yang Tidak Populer

Saya sadar hal ini tidak disukai. Sejak momentum dimana Jonathan Edwards berkotbah tentang “Orang Berdosa ditangan Allah yang Murka,” pengajaran tentang hukuman orang yang terhilang sekarang mulai tidak jelas. Surat kabar harian mencetak pada May 29, 1944. “Seorang Pendeta Angkata Laut mengatakan hari ini beberapa pejabat angkatan laut melarang pendeta mengatakan tentang bahaya neraka. Pendeta itu, Frederick Volbeda, dari Washington, seorang veteran Pearl Harbor, berkata bahwa atasannya mendengar dia berkotbah tentang pertobatan dan hukuman yang didapat menyuruhnya bersumpah agar tidak berkotbah api neraka lagi diatas kapalnya” Pendeta Volbeda melaporkan hal ini saat ulang tahun ke 84 General Assembly of the Southern Presbyterian Church.

Saat Irvin S. Cobb, seorang pelawak dan penulis terkenal dunia, mati March 1944, dia berpendapat bahwa surga merupakan “suatu tempat yang sangat bodoh, yang diisi oleh orang sombong, individu yang agrasif,” dan kemudian dia menambahkan “neraka mungkin memiliki iklim yang buruk tapi bersemangat.” Tentu Cobb tidak percaya adanya neraka, karena dia menyuruh orang yang nanti mengatur penguburannya “menghindari pembacaan atau upacara Kristen, yang menurutnya salah satu kepercayaan yang paling kejam yang diwarisi oleh leluhur. Sebaliknya biarlah Mazmur 23 dibacakan. Didalamnya tidak ada lautan api kekal.”

Irvin Cobb jelas merupakan pelawat yang sukses, tapi tidak ada humor tentang neraka yang bisa membebaskan dia dari sakit dan penderitaan jiwanya sekarang. Hal yang terbaik yang bisa dikatakan orang ini tentang Tuhan Yesus Kristus adalah Dia merupakan “orang terbaik yang pernah hidup.” Untuk semua pujian dan humanisme Tuhan kita hanya menjawab “anda harus dilahirkan kembali.” Mengenai hal penting dan kekal ini Cobb menyatakan dirinya. Jika dia mati dengan menolak setiap pengajaran iman Kristen, betapa seriusnya akibat perkataannya. Tuhan menegaskan semua yang menolak dan mengejek FirmanNya sebagai “Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri, . . . baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya” (Jude 13). Suatu saat keadaan akan berbeda, dan “Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka” (Psalm 2:4).

Hati kita bersimpati dan bersedih untuk Cobb dan jutaan orang yang seperti dia yang mati dalam ketidakpercayaan dan masuk kedalam kekekalan lautan api yang dulu mereka tidak percaya.

Mr. Cobb meminta agar Mazmur 23 dibacakan karena tidak ada “ancaman lautan api kekal”. Kita tidak ingin berdebat akan isi teologis dari Mazmur Daud ini, tapi kita bisa katakan tanpa takut kontradiksi bahwa pengetahuan Cobb akan Alkitab adalah hasil penyelidikan atas dasar prasangka. Penulis Mazmur ini juga Pencipta semua yang dunia tahu tentang masa depan, dan Eskatologi Alkitab tidak diam tentang hukuman kekal bagi yang tidak percaya dalam suatu tempat siksaan.

Teori yang Salah

Banyak teori berlawanan telah terbentuk mengenai hal ini. Tentu saja, semua yang disebutkan dibawah ini merupakan teori manusia yang tidak didukung oleh Firman Tuhan. Disini kita hanya menyatakan dengan singkat dari sisi manusia. Teorinya adalah Keabadian Bersyarat, Universalism dan Teori Restorasi.

1. Keabadian Bersyarat. Teori ini berkata bahwa semua orang yang tidak menerima hidup kekal akan mati seperti binatan dan akan hilang tak ada existensinya lagi. Ini menyatakan bahwa keabadian merupakan kondisi atas diterimanya hidup kekal. Jika seseorang mati tanpa menerima hidup kekal dia tidak akan dihukum. Dia akan dihilangkan.

2. Universalism. Teori ini memegang pendapat adanya penebusan universal. Sebagai contoh, sebagian Alkitab digunakan untuk membuktikan bahwa Kristus mati seperti umumnya manusia. Maka dari tiu semua manusia akan diselamatkan pada akhirnya. Universalism menggunakan teks Paulus seperti: “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus” (Colossians 1:28). Jelas Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa setiap orang yang datang kedunia akan disempurnakan dalam Kristus. Kata “setiap orang” hanya bisa menunjuk pada mereka yang merupakan tujuan dari surat; yaitu, “kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus” (1:2). Teori ini tidak menyangkal bahwa semua manusia sudah jatuh dalam dosa, tapi berpendapat bahwa semua manusia akhirnya akan diselamatkan dan masuk kedalam hidup kekal. Universalism gagal karena mereka mengabaikan fakta Alkitab bahwa keselamatan dan hidup kekal merupakan bagian dari pemberian ilahi kepada “siapapun yang dikehendakiNya.”

3. Teori Restorasi. Pandangan ini, sering disebut Restitutionism, setuju dengan universalist dalam hal tidak menolak bahwa manusia sudah jatuh, tapi suatu waktu, disuatu tempat, semua ciptaan (termasuk setan dan malaikat yang jatuh) akan dipulihkan dan didamaikan dengan Tuhan. Berlawanan dengan akal sehat, sebagian besar orang menilai pandangan ini mustahil. Tapi mari kita lihat teks yang biasa mereka gunakan dalam membentuk dasar pandangan Restitutionism. Mereka mengutip perkataan Tuhan: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (John 12:32). Kita harus hati-hati bahwa perkataan Kristus ini tidak membawa kita percaya pada pengajaran sesat Restitutionism. Juruselamat kita tidak pernah memaksudkan bahwa semua orang pada akhirnya akan diselamatkan melalui penyalibanNya. Dr. A. C. Gaebelein dalam tafsirannya “The Gospel of John” berkata: “analogi teks lainnya menunjukan dengan jelas bahwa satu-satunya alasan yang masuk akal adalah, penyaliban Kristus memiliki pengaruh “menarik” bagi semua manusia dan bangsa, baik Yahudi maupun non-Yahudi.” Tapi ayat ini juga bisa memiliki aplikasi masa depan. Dalam ayat sebelumnya (31) dihubungkan dengan ayat 32, Yesus bicara tentang masa depan saat “penguasa dunia ini akan dilemparkan keluar.” Dari situ, dihari itu “semua orang” akan dibawa kepadaNya.

Salah satu teks favorit Restitutionists adalah salah satu pernyataan Petrus dalam kotbah keduannya setelah Pentakosta. Petrus berkata:

Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. (Acts 3:19-21).

Sekali lagi pengajar ajaran ini mengambil kalimat dan mengeluarkannya dari konteks dan menyesuaikannya dengan pemikiran mereka. Perkataan “pemulihan segala sesuatu” tidak bisa ditafsirkan dengan benar tanpa dikaitkan hanya kepada Israel. Ingat, kepada Israellah Petrus menujukan surat ini. Pernyataan pembukaannya adalah “Hai orang Israel” (ayat 12). Itu pemulihan segala sesuatu untuk Israel saat Kristus datang untuk memulihkan bangsa. Lebih jauh, itu akan menjadi “pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.” Kita harus membatasi definisi pernyataan Petrus, karena kita harus membatasinya hanya pada pemulihan yang diperantarai nabi-nabiNya. Para nabi sering bicara tentang pemulihan Israel ketanah Palestina, tapi tak satupun dalam tulisan nabi muncul kesimpulan bahwa orang mati diluar Kristus akan diselamatkan.

Restitutionism sangat bergantung pada pernyataan Paulus dalam Philippians 2:10, 11, “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!.” Bagian ini berarti baha semua ciptaan, baik yang hidup maupun mati, surga, bumi, atau dibawah bumi, akan mengaku dan menyatakan bahwa Allah Bapa telah memberikan AnakNya. Tidak ada satupun indikasi bahwa semua orang yang mengenal otoritas Kristus harus diselamatkan ataupun akan diselamatkan. Saat Tuhan ada didunia iblis sering mengakui otoritasNya (lihat Mark 1:24, 34; 3:11, 12), dan kita tahu bahwa api kekal disiapkan untuk setan dan malaikat pengikutnya (Matthew 25:41).

Arguing Against Hell from the Love of God

Kita sering mendengar bahwa Tuhan terlalu baik, dan pemaaf untuk bisa mengijinkan manusia menderita dalam neraka. Meminta kasih dan belas kasih Tuhan, manusia berkeras bahwa Dia tidak akan mengijinkan ciptaanNya binasa. Ada banyak pernyataan indah dan sentimental tentang kasih Tuhan yang dikutip untuk mendukung pandangan bahwa Dia tidak mengijinkan satu jiwapun untuk menderita dalam kekekalan. Tapi kita tidak berani kehilangan fakta bahwa seseorang lolos dari neraka bukan tergantung pada kasih Tuhan tapi tergantung pada pertobatan dan iman setiap individu. Tuhan itu kasih, pasti, tapi manusia juga memiliki kehendak bebas. Manusia bukan dikutuk keneraka oleh Tuhan, tapi mereka ada disana karena menolak satu-satunya cara menghindari hukuman dosa, iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan adalah kasih dalam PL, tapi orang Israel dihukum karena dosa mereka. Tuhan adalah kasih sekarang, tapi Dia tidak membuka pintu hukuman untuk meloloskan mereka seharusnya dihukum karena dosanya. Ini adalah perlakuan adil bagi masyarakat untuk melindungi diri dari perbuatan criminal, dan jelas surga jadi tidak aman atau menyenangkan jika tidak ada proteksi atas dosa dan kejahatan. Bagi penulis kelihatannya harus memisahkan orang percaya dan yang jahat. Itu akan menghina keadilan dan kehormatan Tuhan kalau Dia mengijinkan yang tidak kudus dan penolak Kristus ada didalam “semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Corinthians 2:9).

Akibat dosa adalah hukuman. Hukuman yang tepat pada seorang anak tidak merusak kasih orangtua. Dosa dihukum sepasti api membakar, dan Tuhan menjalankan hukum kekal bahwa “apapun yang ditabur, itulah yang dituainya” (Galatians 6:8).

Neraka—Suatu Tempat Penghukuman yang Akan Datang

Sebagian orang melibatkan diri dalam pemikiran tentan neraka. Dikatakan bahwa api neraka berarti siksaan kesadaran. Orang lain berkata bahwa neraka hanyalah kubur. Kita tidak meragukan kalau siksaan kesadaran merupakan bagian dari hukuman kekal, tapi neraka bukan hanya siksaan kesadaran saja. Tapi kita tidak setuju dengan mereka yang mengajar bahwa neraka hanyalah kubur. Mereka pasti penipu atau buta huruf dengan mengatakan neraka hanya kubur. Saat orang kaya yang tidak selamat mati dia pergi keneraka, dan berteriak: “aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” (Luke 16:24). Jelas dia tidak hanya dikubur. Dia memiliki 5 saudara yang ingin diselamatkan, agar tidak ketempat dimana dia berada sekarang. Jika kelima saudaranya bertobat dan selamat, itu tidak akan menghindarkan mereka dari kubur, karena “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja” (Hebrews 9:27). Pertobatan tidak akan membuat orang keneraka tapi tidak meloloskannya kekubur. Tubuh setiap manusia, kecuali mereka yang hidup saat Kristus datang, akan kembali kedebu. Neraka bukan kubur. Tubuh orang kaya sudah mati, tapi orang itu tahu bahwa jiwanya ada disuatu tempat yang tidak hanya dalam keadaan roh.

Perhatikan penggunaan kata “api,” yang menunjukan bahwa api neraka merupakan tempat itu sendiri. Berulang kali Tuhan dan para rasul bicara tentang api neraka.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala (Matthew 5:22).

Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api (Matthew 7:19).

Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi (Matthew 13:41, 42).

Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua (Matthew 18:8, 9).

Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (Matthew 25:41).

Di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam (Mark 9:44).

Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini (Luke 16:24).

dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita (2 Thessalonians 1:8).

Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang (Jude 6, 7).

maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba (Revelation 14:10).

Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api, karena Tuhan Allah, yang menghakimi dia, adalah kuat. (Revelation 18:8).

Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang (Revelation 19:20).

dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Revelation 20:10).

dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu (Revelation 20:14, 15).

Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua (Revelation 21:8).

Anda bisa mempelajari pernyataan diatas dan mempercayainya, atau mengabaikannya. Anda mungkin percaya Alkitab sekarang, atau menertawakannya. Tapi disaat anda berhadapan dengan Firman Tuhan, ketidakpercayaan anda tidak bisa membuktikan hal itu. Saat tubuh kebangkitan orang tidak selamat menghadap Tahta Putih, mereka akan pergi kelautan api.

Dan tubuh serta jiwa bersama-sama akan menderita. Yesus berkata: “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (John 5:28, 29). Bisakah kita bertanya bagian mana dari manusia yang ada dikubur? Kita setuju itu adalah tubuh. Maka dari itu kita bisa percaya pada perkataan Kristus bahwa bagian manusia yang dikubur itu akan dibangkitkan pada kekekalan.

Apakah Penghukuman yang Akan Datang itu Tidak Ada Akhir?

Saat kematian kekal keadaan setiap orang tetap. Kata “kekal” “selamanya” dan selama-lamanya” menyatakan suatu jangka waktu yang tiada akhir. PL menggunakan pernyataan ini untuk menandakan kekekalan.5 Tidak masuk akal berpikir bahwa ada sorga kekal tapi tidak ada neraka kekal. Hukuman kekal sama dengan perkataan Tuhan akan penghargaan kekal bagi yang benar. Yesus berkata: “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal” (Matthew 25:46). Hidup orang benar akan selamanya, demikian juga dengan hukuman orang jahat akan selamanya. Alkitab berkata bahwa keselamatan adalah kekal (Hebrews 5:9), hidup kekal (John 6:54), penebusan kekal (Hebrews 9:12), dan mendapat bagian yang kekal (Hebrews 9:15). Tapi juga dikatakan bahwa api neraka adalah kekal dan selamanya (Matthew 18:8; Jude 7); belenggu neraka adalah selamanya (Jude 6); hitamnya kegelapan adalah selamanya (Jude 13), dan disiksa untuk selamanya (Revelation 20:10). Hukuman untuk yang jahat dan hidup untuk yang benar sama panjang, “untuk selama-lamanya.”

Dimana Neraka?

Disini kita tidak bisa dogmatic. Pertanyaan ini tidak bisa dijawab sepenuhnya. Secara geografis neraka tidak bisa ditentukan. Teori lama yang dipegang banyak orang adalah neraka ada diinti bumi. Sebuah artikel singkat muncul dalam “Moody Monthly” (July 1940) didalamnya penulis mencoba menentukan lokasi neraka. Berikut ini ringkasan artikel itu.

Jelas bahwa neraka bukan dibumi. Petrus berkata tentang hari dimana bumi akan hilang oleh api:

bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian.... Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran (2 Peter 3:10-13).

Kita tidak berkeras dipendapat ini tentang lokasi neraka, karena Alkitab tidak memberikan kita pernyataan jelas tentang hal ini. Dimana kegelapan, api, dan neraka itu sendiri tidak kita ketahui, juga kita tidak harus tahu. Cukup dengan mengatakan bahwa neraka merupakan tempat yang dipersiapkan, untuk menjadi akhir setiap orang yang tidak selamat.

Come sinners, seek His grace
Whose wrath ye cannot bear;
Flee to the shelter of His cross,
And find salvation there.


5 See an excellent book on the subject, entitled “The Bible: Its Hell and Its Ages,” by T. J. McCrossan, Seattle, Washington.

Related Topics: Hell

8. Kesadaran Jiwa Setelah Mati

Apakah jiwa sadar setelah mati? Ini bukan pertanyaan barui. Selama berabad-abad beberapa orang beragama berpendapat bahwa jiwa tetap ada setelah mati tapi tidak sadar. Setelah menyelidiki, sebagian dari anda mungkin terkejut mengetahui begitu banyak yang percaya akan tertidurnya jiwa. Karena ketertarikan dunia akan kematian, sekte sesat memangsa masyarakat, mengklaim memiliki pengetahuan penuh akan hal ini, Kelompok seperti itu adalah Saksi Yehova, spirtualis dan yang menyebarkan kesimpulan canggih bahwa kematian membuat tubuh kembali kedebu dan jiwa jadi tidak sadar.

Pernyataan seperti itu menyimpang dari Alkitab tentang jiwa setelah kematian. “Saat kematian, bukan tubuh tapi jiwa yang mati.” “Sementara dari kematian sampai jiwa dibangkitkan dari ketidaksadarannya.” “Bahkan rasul tidak sadar selama berabad-abad.” Pernyataan seperti diatas dibuat oleh pengajar seperti Russell dan Rutherford, tapi ini pendapat manusia, menipu Alkitab. Pemikiran ini dibaca dari Alkitab, tapi tidak pernah ada dalam inspirasi penulis.

Manusia Diciptakan Untuk Ada Selamanya

Setiap manusia masuk kedunia dengan keberadaan yang tiada akhir. Benar bahwa saat mati jiwa terpisah dari tubuh. Ini tidak konsisten dengan pengajaran Alkitab yang mengatakan bahwa saat mati jiwa jatuh kedalam ketidaksadaran atau ketidur yang dalam. Jika melihat sekilas, kelihatannya Alkitab mengajarkan hal ini, maka kita baik meneliti bagian dimana kematian disebut sebagai tertidur. Beberapa teks telah dibohongi oleh para sarjana yang mengambilnya keluar dari konteks untuk membuktikan bahwa kematian fisik merupakan peristirahatan semua kesadaran dan agar bisa dijelaskan dengan bagian lain tentang subjek ini.

Dalam Pengkhotbah kita membaca “orang yang mati tak tahu apa-apa” (Ecclesiastes 9:5). Kita semua setuju kalau orang mati dan tubuh yang hancur sama sekali tidak punya kesadaran masa lalu, sekarang, atau masa depan. Tapi apakah pengajar “jiwa tertidur” dibenarkan menggunakan ayat diatas sebagai bukti keadaan jiwa yang taksadar setelah kematian? Kami percaya bahwa metode menggunakan suatu teks untuk mendukung teori yang salah ditolak dalam Alkitab, membuktikan bahwa mereka yang melakukan itu tidak jujur. Mereka yang mengajar “jiwa tertidur” sulit untuk menyatukan pandangan mereka dengan pernyataan yang dibuat penulis yang sama dalam Pengkhotbah:

dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya (Ecclesiastes 12:7).

Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu (Ecclesiastes 3:20).

Now we know that this verse is speaking of the body, for in the next verse we read:

Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi ? (Ecclesiastes 3:21).

Hanya Tubuh Manusia yang Mati (atau tertidur)

Dalam Alkitab kita membaca bahwa manusia tertidur, tapi tidur selalu diidentikan dengan tubuh. Tidak satu kalipun Alkitab mengatakan jiwa tertidur. Inilah bahayanya mengidentifikasi manusia hanya dengan tubuhnya dan mengabaikan kenyataan bagian lain. Manusia terdiri dari 3 bagian; tubuh, jiwa dan roh. Jadi tubuh sendiri bukan keseluruhan manusia. Maka dari itu tidak bisa disimpulkan bahwa kematian tubuh adalah kematian keseluruhan manusia.

Salah satu ayat yang disalah mengerti ada dalam kitab Daniel:

Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal (Daniel 12:2).

Sebagian sarjana mempertanyakan apakah ayat ini berkaitan dengan kebangkitan fisik. Dr. A. C. Gaebelein dalam tafsiran Daniel berkata bahwa jika kebangkitan fisik diajarkan dalam ayat ini, bagian ini akan berbenturan dengan pernyataan kebangkitan dalam PB, karena tidak ada kebangkitan umum bagi yang benar dan salah secara bersamaan. “Kami mengulangi bahwa bagian ini tidak ada hubungannya dengan kebangkitan fisik. Kebangkitan fisik digunakan sebagai figure kebangkitan bangsa Israel saat itu. Mereka tertidur secara nasional dalam debu dunia, dikubur diantara non-Yahudi. Tapi disaat yang sama terjadi pemulihan nasional, menyatukan kembali Yudah dan Israel.

Itu figure yang sama yang digunakan dalam penglihatan tulang kering dalam Ezekiel 37. Penglihatan ini dibuat oleh dua orang yang mengembangkan teori kesempatan kedua dan harapan yang lebih besar bagi orang mati dalam ketidakpercayaan untuk mendukung pengajaran jahat mereka; tapi setiap orang bisa melihat kalau bukan kebangkitan tubuh, tapi kebangkitan bangsa dan pemulihan bangsa. Kuburan nasional mereka, bukan secara literal, akan terbuka dan Tuhan akan mengembalikan mereka dari seluruh bangsa dimana mereka tersebar. Perbedaan yang sama juga terdapat dalam hal yang sudah kita bahas. Orang Yahudi yang banyak, yang membuang kepercayaan dalam Tuhan dan FirmanNya, yang menerima dosa manusia dan mengakui raja yang jahat, akan menghadapi kehinaan kekal, tapi yang sisanya akan memiliki semua yang dijanjikan kepada mereka dan menjadi pewaris Kerajaan itu, yang sudah disiapkan dari dunia diciptakan. Dan selain berkat nasional yang mereka terima, mereka akan menerima kehidupan kekal, karena mereka dilahirkan kembali.” Kita sudah mengutip sangat panjang agar pembaca tidak terlibat dengan pandangan ini.

Bagaimanapun, jika tafsiran kedua ayat diatas tidak benar, tapi kebangkitan tubuh yang dimaksud, jelas Daniel tidak menunjuk apapun selain kebangkitan tubuh..

Perjanjian Baru Mengajarkan
Keberadaan Kesadaran Manusia Selamanya

Kutipan beberapa ayat PB bisa menjelaskan bahwa kesadaran manusia itu tidak ada akhir.

dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.(Matthew 27:52).

Please notice how the Holy Spirit says that the “bodies” slept. Jesus said:

Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya . . . Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: Lazarus sudah mati” (John 11:11, 14).

Kematian bagi Tuhan kita tidak lebih dari tidur. Ini merupakan istilah dalam Alkitab, karena tidak ada penghentian kesadaran. Tubuh lazarus yang mati. Tentang tubuhnya sehingga Marta berkata “sudah berbau busuk: karena dia sudah mati 4 hari.” Saat Yesus menjelaskan bahwa Lazarus sudah mati, Dia maksudkan adalah tubuhnya karena Dia menambahkan: “ Aku akan membangunkannya dari tidur,” Dia melakukannya dengan membangkitkan tubuh Lazarus dari kematian. Kita membaca dalam ayat 44: “datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh.” Bagian Lazarus yang mati adalah bagian yang dibungkus yaitu “tangan dan kaki, serta wajahnya.”

Karena jiwa manusia tidak mati, dan jiwa merupakan bagian manusia seperti tubuh, maka kita bisa katakan bahwa yang mati itu hidup. Penulis menjadi yakin bahwa tidak ada penghentian kesadaran manusia saat berpikir tentang kematian manusia. Pikirkan tentang perkataan terakhir Tuhan saat Dia dikayu salib. Dia berkata: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luke 23:46). Hanya beberapa abad lalu, Kristus datang dari Bapa, RohNya berdiam dalam tubuh yang sudah disiapkan Tuhan dalam kandungan perawan. Dia datang untuk memberi hidup dan keabadian melalui InjilNya. Dia datang, bukan untuk membawa keabadian, tapi menyatakannya dan memperlihatkan pada manusia bahwa dia bisa mendapat hidup kekal.

Melalui pemenuhan tugasNya, Dia memenuhi setiap tuntutan hukum Tuhan yang adil. Dia menawarkan hidupNya sebagai ganti dosa, dan pergi dari hidup ini. Yesus tahu bahwa BapaNya melihat, mendengar dengan sungguh-sungguh; jadi dengan yakin Dia bicara kepada Bapa bahwa tugasNya sudah selesai. Disini Kristus mengajarkan keselamatan bagian roh manusia setelah tubuhnya mati. Kematian bagi Yesus hanya merupakan jalan masuk kehadirat Tuhan, bukan kondisi yang tidak sadar. Dia tahu semua tentang hidup dan mati, dan Dia meninggalkan kita dengan kepastian Ilahi bahwa hanya tubuh yang mati. Roh terus ada dalam keadaan sadar.

Satu lagi perkataan Tuhan diatas salib membuktikan bahwa kematian hanya menyentuh bagian fisik manusia. Mari kita pertimbangkan penjahat yang ada disisi Tuhan. Orang ini tidak bergabung mengejek, tapi dia mengakui Kristus dihadapan musuh Roma. Dengan jiwa yang penuh penyesalan dan iman yang sederhana dia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luke 23:42). Dunia tidak pernah lupa perkataan Yesus bagi penjahat yang sekarat itu. Dengan jiwa penjahat mendekati batasan neraka, Juruselamat yang sedang sekarat berkata kepada pendosa ini: “Pada hari ini juga engkau bersamaKu diFirdaus.” Mereka membunuh tubuhnya, tapi Yesus berjanji padanya bahwa tidak ada waktu menunngu atau ketidaksadaran jiwa. Yesus meyakinkan dia sebelum hari H nya tiba, dia tetap hidup dengan Kristus diFirdaus. Perkataan Kristus diatas salib menunjukan bahwa Dia ada dalam kehidupan yang indah setelah yang percaya pergi dari dunia ini. Jika kita menyebut sekarang, maka “sekarang”- bukan periode yang lama - tapi langsung, disaat dia naik kehadapanNya. Kematian tubuh merupakan pintu masuk kepada hidup yang lebih besar dimana jiwa melewatinya.

Tidak ada kelambanan atau ketidaksadaran setelah kematian. Dr. Rimmer menulis: “fenomena tidur hanya untuk daging semata. Jiwa, roh, dan mental tidak pernah tidur, dan itulah kenapa kita bermimpi. Dalam penyelidikan mimpi, ditemukan bahwa seluruh mimpi merupakan hasil pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu bisa mental atau fisik, tapi semua mimpi membenarkan kejadian lalu. Saat tubuh masuk kedalam keadaan tidur, roh atau jiwa, dimana kesadaran diri ada masuk kedalam pengembaraan yang disebut manusia dengan tidur.” Ada kekuatan hebat dari pikiran saat tubuh tertidur.

Stefanus martir memiliki pendapat kuat akan adanya kesadaran bagian roh manusia. Saat mereka melempari Stefanus dengan batu sampai mati, kita membaca bahwa “dia tertidur.” Ini tidak bisa menunjuk pada jiwa, karena tubuhnya yang dilempari batu. Saat tubuh Stefanus mati, bumi mundur tapi pintu surga mendekat. Dia tahu bahwa dia masuk kedalam lingkungan kehidupan. Dia berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” (Acts 7:59). Murid Kristus tidak menunda kematian dan melawannya. Pembunuhnya tidak takut. Dia ingat perkataan Yesus: “janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi” (Luke 12:4). Kepastian keabadian dan hidup kekal yang memampukan pelayan Kristus untuk menanggung penderitaan, menghadapi semua lawan, dan mati jika mereka dipanggil untuk itu. Hinaan dan ejekan musuh Kristus tidak bisa menipu kita keluar dari hadapan Tuhan dan tempat yang sudah disiapkanNya bagi kita.

Rasul Paulus memberikan gambaran singkat dalam pengalaman diri yang hanya muncul sekali dalam tulisannya.

Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya-- ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia (2 Corinthians 12:1-4).

Dalam satu pengalaman Paulus yang kaya ini terdapat materi berharga untuk pembahasan kita. Pengalaman Paulus begitu pribadi untuk dikatakan. Tidak ada keraguan bahwa Paulus menunjuk itu pada dirinya, walau dia mengatakannya dalam orang ketiga. Empat belas tahun sebelum menulis surat ini, Paulus berkata dia diangkat “kesurga tingkat tiga,” yang juga disebut “Firdaus” Alkitab bicara tentang 3 surga. Ada lingkungan surga dimana burung terbang, surga dimana bintang bersinar, dan surga ketiga disebut Firdaus, dimana Tuhan dan kemuliaannya ada. Kedalam surga tingkat ketigalah kehadapan Tuhan, Paulus dibawa. Jika kita membaca urutan perjalanan Paulus dan pekerjaannya kita menemukan sebelum 14 tahun penulisan surat Korintus ida sedang melayani di Lystra (Acts 14:19). Disana Yahudi melemparinya dengan batu dan menyeretnya keluar kota dan mereka mengira dia sudah mati. Secara umum dipercaya bahwa pengalamanya disorga terjadi di Lystra saat dia terbaring tidak sadarkan diri. Dia mengatakan sangat dimuliakan melihat kemuliaan disorga sehingga dia tidak tahu apakah masih ditubuhnya --“ entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya.” Jangan mengabaikan pengajaran disini. Pengajaran ini begitu jelas dan mengalahkan teori “jiwa tertidur.”

Ada 3 peristiwa Tuhan membangkitkan yang mati. Setiap kali dia mendekati yang mati dan berbicara seakan dia hidup. Kepada anak janda Nain Dia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah” (Luke 7:14). Saat Kristus datang keanak perempuan Yairus, kita diceritakan: “Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: Hai anak bangunlah!” (Luke 8:54). Akhirnya, Dia berkata pada saudara laki-laki Maria dan Martha: “Lazarus, keluarlah” (John 11:43). Dalam setiap peristiwa Yesys bicara seolah mereka hidup. Kita hanya bisa menjawab bahwa setiap mereka masih hidup. Seperti kata G. Campbell Morgan: “Tubuhnya mati. Manusianya tidak. Tidak ada manusia yang mati saat tubuhnya terbaring mati!” Jiwa manusia tidak akan masuk kedalam keadaan tidak sadar.

Dalam cerita Kristus tentang orang kaya dan Lazarus yang sudah kita simpulkan dan tetapkan bahwa jiwa sadar setelah kematian. Manusia mati dan dikubur. Walau tubuh mereka dikubur, tapi mereka masih hidup dan sadar. Orang kaya di Neraka bisa melihat, mendengar, bicara, dan merasakan (Luke 16:19-31).

Biarlah yang belum selamat mendengar peringatan Tuhan. Ada kehidupan setelah kematian. Orang yang selamat dan tidak dipisahkan. Orang yang terhilang jelas membawa kenangan yang lalu, dan hukuman karena menolak Kristus akan kekal.

Tapi biarlah setiap orang percaya berani dan dihibur. Saat kita keluar dari bait, manusia sebenarnya akan meninggalkan tubuh dan masuk kedalam hadirat Tuhan.

Related Topics: Man (Anthropology), Eschatology (Things to Come)

10. Apakah Kita Akan Saling Mengenal Disorga?

Mendasarnya pembahasan ini menuntut rasa hormat dan kerendahan hati. Kita mendekatinya dengan semangat dan doa agar Tuhan mengiluminasi hati dan pikiran kita, yang kemudian mengamankan kita dari tebakan popular dan pernyataan gegabah yang tidak berdasar. Kita seperti Robert G. Lee, seorang pendeta besar dari selatan, berkata: “saya percaya adanya surga seperti saya percaya ada Tuhan. Jika kesadaran, karakter, kasih, ingatan, persekutuan ada dalam kehidupan itu, kenapa mempertanyakannya? Biarlah Tuhan menolong saya untuk kepentingan anda menganggap pengajaran tentang surga keluar dari spekulasi menjadi kepastian.”

Manusia merupakan puncak ciptaan Tuhan, mahkota dari semua yang diciptakan Tuhan. Kemajuan yang luar biasa manusia dalam penyelidikan ilmiah, perkembangan industri, dalam pengembangan pertanian, dan dalam peradaban serta penginjilan merupakan indikasi kehebatan yang Tuhan berikan untuk digunakan manusia. Masuk akalkah untuk percaya “bahwa Dia bisa membimbing kesatu tempat –suatu lubang hitam dimana disitu bisa terkubur kepintaran dan ingatan, imajinasi dan doa didalamnya bersama dengan daun dan ulat?” Jawabannya “tidak” Jika kematian artinya melupakan karunia pemberian Tuhan serta teman dan orang yang kita kasihi dalam Tuhan, maka kekosongan dalam diri kita tidak akan terpuaskan, dan ingatan akan orang yang kita kasihi tidak lebih dari harapan yang terkubur.

Keinginan Seluruh Bangsa

Dari sejak dahulu kala manusia sudah memegang pengajaran tentang hidup sesudah kematian. Seperti tidak terputus dalam ingatan sejarah manusia, ada keyakinan kuat dalam roh manusia bahwa tujuan penciptaan tidak bisa dipenuhi dalam hidup yang singkat ini.

Filsuf masa lalu Sokrates bisa berkata bahwa “kematian membawa kita kewilayah yang dihuni oleh roh manusia yang sudah mati, apakah tidak bahagia bisa lolos dari hakim yang biasa? Apakah mungkin anda melihat ini sebagai perjalanan yang tidak penting? Apakah tidak bisa bicara dengan Orpheus, dan Homer, dan Hesiod? Percayalah, saya dengan gembira mau menderita banyak kematian kalau menyadari keistimewaan seperti itu. Betapa senangnya meninggalkan dunia ini untuk berkomunikasi dengan Palamedes, Ajax, dan yang lainnya!”

Cicero menulis: “Bagi saya, saya merasa tidak sabar untuk bergabung dengan kedua teman saya. O, suatu hari yang indah! Saat saya pensiun dari pemandangan yang lamban dan menjijikan ini, untuk bergabung dengan jemaat ilahi dari roh yang sudah pergi; dan tidak hanya dengan mereka yang baru saya sebut, tapi dengan sayangku Cato, anak terbaik dan manusia paling bernilai! . . . Jika saya menanggung kematian dengan ketabahan, bukan berarti saya tidak merasakan kehilangan: Itu bisa karena didukung oleh harapan bahwa kita tidak akan lama berpisah.”

Seorang raja liar dari bagian dunia lain juga percaya bahwa mereka bisa mengirim pesan pada temannya yang sudah mati melalui membisikan pesan ditelinga pengikutnya dan memotong kepalanya. Dilaporkan bahwa beberapa suku liar, saat seorang raja mati, ratusan pengikutnya mau mati agar raja mereka bisa dilayani dengan baik didunia roh. Bahkan Indian, dibeberapa tempat, percaya bahwa saat pemimpin suku mati, istrinya dan kerabat dekatnya juga dibunuh agar dia bisa mendapat kehormatan dan dibantu oleh orang yang sama dalam kehidupan yang akan datang.

Kepercayaan dalam pengenalan dan reuni setelah mati merupakan hal yang universal. Itu sudah tersebar luas diantara budaya filsuf dan penulis puisi, diantara, orang liar, dan digemakan melalui orang-orang dimasa kita. Kepercayaan yang umum bahwa kita akan saling mengenal dikehidupan setelah kematian. Seseorang menyatakan hatinya dalam kata-kata dibawah ini:

When the holy angels meet us
As we join their happy band,
We shall know the friends that greet us
In that glorious spirit-land.
We shall see the same eyes shining
On us as in days of yore.
We shall feel the dear arms twining
Fondly, round us as before.
Author unknown.

Hymne Gereja

Selama ini Gereja telah menyanyikan hymne yang menyatakan kepercayaan tentang hal ini.

Oh, how sweet it will be in that beautiful land,
So free from all sorrow and pain,
With songs on our lips and with harps in our hands,
To meet one another again,
To meet one another again,
With songs on our lips and with harps in our hands,
To meet one another again.

I’ll soon be at home over there,
For the end of my journey I see;
Many dear to my heart, over there,
Are watching and waiting for me.
Over there, over there,
I’ll soon be at home over there,
Over there, over there, over there,
I’ll soon be at home over there.

There’s a land that is fairer than day,
And by faith we can see it afar;
For the Father waits over the way,
To prepare us a dwelling-place there.
In the sweet by and by,
We shall meet on that beautiful shore;
In the sweet by and by,
We shall meet on that beautiful shore.

Oh, the dear ones in glory, how they beckon me to come,
And our parting at the river I recall;
To the sweet vales of Eden they will sing my welcome home,
But I long to meet my Saviour first of all.

Friends will be there I have loved long ago;
Joy like a river around me will flow;
Yet, just a smile from my Saviour, I know,
Will thro’ the ages be glory for me.

My loved ones in the Homeland
Are waiting me to come
Where neither death nor sorrow
Invades their holy home.

Saling Kenal Disorga
dalam Perjanjian Lama

Hal yang sering diulang dalam PL secara substantive mengajarkan hal ini:

lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. (Genesis 25:8).

Umur Ismael ialah seratus tiga puluh tujuh tahun. Sesudah itu ia meninggal. Ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya (Genesis 25:17).

Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia. (Genesis 35:29).

Setelah Yakub selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat berbaring dan meninggallah ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya (Genesis 49:33).

Harun akan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya, sebab ia tidak akan masuk ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel, karena kamu berdua telah mendurhaka kepada titah-Ku dekat mata air Meriba (Numbers 20:24).

TUHAN berfirman kepada Musa: Naiklah ke gunung Abarim ini, dan pandanglah negeri yang Kuberikan kepada orang Israel. Sesudah engkau memandangnya, maka engkaupun juga akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, abangmu, dahulu. (Numbers 27:12, 13).

Saat Abraham meninggal, dia dikubur digua Machpelah ditanah pengembaraannya. Dia membeli tanah itu untuk dirinya bagi tempat penguburan, tapi itu bukan makam leluhurnya. Maka dari itu, bahasa Alkitab tidak berarti tubuhnya dikumpulkan bersama leluhurnya, karena beberapa dari mereka mati dan dikembalikan ke Ur Kasdim. Perhatikan juga bahwa Abraham dikumpulkan bersama bangsanya sebelum tubuhnya dikubur, sebelum dia dikumpulkan bersama mereka (verse 8) dan anaknya Isaac dan Ishmael menguburkannya dalam gua di Machpelah (verse 29). Hal yang sama juga terjadi pada Musa yang dikumpulkan bersama dengan leluhurnya tapi tubuhnya dikubur dibukit di Moab, dan “tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini” (Deuteronomy34:6). Saat kita mempelajari kehidupan karakter lainnya dalam PL yang dikatakan bahwa mereka dikumpulkan bersama dengan leluhurnya, kita menemukan bahwa itu lebih dari sekedar dikubur bersama leluhur. Mereka berkumpul bersama yang mereka kasihi dalam kumpulan roh orang yang sudah mati dengan ingatan yang penuh disorga. Suatu perkumpulan yang indah!

Sikap Daud saat kematian anaknya menunjukan bahwa raja Israel ini percaya adanya saling mengenal disorga. Dia berpuasa dan menangin agar Tuhan mengijinkan anaknya hidup. Tapi saat dia mengetahui anaknya sudah mati, Daud makan, menghapus tangisnya, dan terhibur dengan harapan yang dinyatakan dalam perkataan: “Aku yang akan pergi kepadanya” (2 Samuel 12:23). Apakh ada penghiburan bagi Daud jika dia nanti disana tidak akan mengenali anaknya? Bagaimana yang buta bisa melihat terbenamnya matahari? Bagaimana yang tuli bisa mendengar musik?

Biarlah kita disini tidak mempercayai ada bayi disorga seperti itu. Tidak ada cacat, kekurangan, atau kelainan tubuh dalam sorga. Tidak ada umur tua atau bayi dalam sorga. Kita sudah nyatakan dalam bab sebelumnya bahwa tidak ada bayi yang mati yang tidak selamat dan keneraka. Tapi mereka tidak akan muncul sebagai bayi saat dibangkitkan, seperti kata Dr. West: “Masa bayi merupakan tahap belum dewasa dan tahap keberadaan yang belum sempurna. Adam dan Hawa tidak diciptakan dari bayi, tapi orang dewasa.” Betapa suatu tragedy bagi bayi yang lemah dan tidak berdaya terus seperti itu dalam kekekalan dan kekurangan! Kita tidak mempermasalahkan bahwa orangtua akan mengenali anaknya disorga nanti. Saat kita berpikir tentang ibu Kristen yang mati saat melahirkan, dan anaknya dewasa menjadi seorang Kristen, kita tetap percaya kalau ibunya akan mengenali anaknya walau terakhir kali dia melihatnya saat bayi.

Saling Mengenal di Sorga
dalam Perjanjian Baru

Peristiwa perubahan digunung secara umum diterima sebagai bukti kuat saling kenalnya orang dalam surga. Setelah mati tubuh roh dikenali. Kenyataan ini dibuktikan saat Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes keatas gunung suci. Saat surga menampakan kemuliaannya, bersama dengan Kristus muncul Musa dan Elijah didepan para murid. Kedua nabi PL tidak muncul sebagai malaikat atau hantu, tapi seperti kata Lukas: “Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia” (Luke 9:30). Tidak hanya Musa dan Elijah dikenali oleh Tuhan, tapi mereka dikenali oleh para murid. Petrus jelas mengenal mereka, karena dia berkata: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (verse 33). Saat kita mengingat bagaimana para murid dengan keterbatasan pandangan bisa mengenali 2 orang kudus dari sorga, jelas saat kita datang disana dengan tubuh kemuliaan dan pandangan sorgawi, kita mampu mengenali mereka yang kita kenal dibumi.

Saat orang kaya mati dan pergi keneraka, “dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.” (Luke 16:23). Ini kasus yang membuktikan baik pengenalan dan ingatan ada dikehidupan setelah kematian. Jika orang yang terhilang bisa mengenali, terlebih lagi pengenalan kita akan orang yang kita kasihi dalam rumah Kekal!

Sorga dinyatakan sebagai tempat social, dimana sukacita dan persekutuan digambarkan dengan suatu pesta. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga” (Matthew 8:11). Jelas, nabi dan leluhur saling mengenal dalam pesta surgawi, dan demikian juga orang yang diselamatkan diseluruh dunia.

Rasul Paulus percaya dan mengajarkan bahwa surga adalah tempat saling mengenal bagi anak Tuhan. Dalam surat pertama ke Tesalonika, Paulus menulis: “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami” (1 Thessalonians 2:19, 20). Tidak salah lagi apa yang dipikir Paulus. Dia berharap bertemu dengan orang percaya Tesalonika disorga, dan lebih jauh dia menantikan bisa membedakan mereka dari yang lainnya selama pelayanannya. Melalu Roh Kudus, Paulus juga mengajarkan bahwa mereka yang diselamatkan atas pelayanannya akan mengenal dia. Dia berkata, “seperti yang telah kamu pahamkan sebagiannya dari kami, yaitu bahwa pada hari Tuhan Yesus” (2 Corinthians 1:14). Dibagian lain Paulus berkata “semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya” (Ephesians 3:15). Sorga adalah rumah kita, dan semua yang kesana adalah satu keluarga dengan Tuhan sebagai Bapa. Betap sedihnya jika kita hidup dalam kekekalan sebagai orang asing! Itu tidak akan jadi rumah.

Tapi kuatkan dirimu dan berharaplah, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Corinthians 13:12). Sekarang pengetahuan kita dibatasi oleh apa yang sudah Tuhan nyatakan bagi kita, dan kita sangat memuji Dia untuk itu! Tapi dihari itu --“muka dengan muka!” harapan yang indah! Berhadapan muka dengan keluarga dan teman yang kita cintai dan sudah lama hilang. Tapi yang terindah adalah kita akan melihat Dia, “muka dengan muka.”

Face to face! O blissful moment!
Face to face--to see and know;
Face to face with my Redeemer
Jesus Christ Who loves me so.

Related Topics: Man (Anthropology), Heaven

Sebelum anda membaca...

Anda harus tahu bahwa saya sebenarnya ingin menunggu sampai semua anak kami bertumbuh sebelum saya menulis buku ini. Mungkin saat itu (jika mereka tumbuh dengan baik) anda bisa melihat saya sebagai seorang ahli dalam hal pengasuhan anak. Tapi saya putuskan saya tidak bisa menunggu selama itu. Saya butuh buku ini sekarang. Anda bisa lihat, ini merupakan penyelidikan dan penjelasan buku lainnya, buku terbaik yang pernah ditulis tentang hal membesarkan anak, adalah Buku Petunjuk Tuhan untuk Memelihata Anak, Alkitab.

Saat saya memulai penyelidikan ini anak-anak saya ada dalam tingkatan pendidikan yang berbeda-beda –satu di college, satu di sekolah menengah, satu diSMP, dan satu lagi di sekolah dasar. Istri saya dan saya mulai menyadari betapa cepat waktu berlalu dan betapa sedikit hal yang sudah kita tinggalkan yang kemudian akan mempengaruhi hidup mereka. Kami memutuskan kalau kita membutuhkan pengertian aplikasi aturan Tuhan yang lebih dalam dan lebih konsisten untuk mendidik anak dengan berhasil sehingga anak kita bisa menjadi anak yang baik. Itulah buku ini! Penyelidikan ini membuat perbedaan besar dalam rumah kami. Doa kami agar itu bisa sedikit menolong anda..

Tapi saya harus menambahkan, kita jauh dari sempurna. Dan dengan membaca buku ini tidak mentransformasi anda menjadi orangtua yang sempurna dalam semalam. Prinsip Tuhan harus dipraktekan. Saat kita mengerti FirmanNya kita harus mentaatinya, dan itu membutuhkan beberapa perubahan cara berpikir dan cara hidup kita. Saat Tuhan menunjukan hal yang perlu diubah, ubahlah. Minta padanya untuk memberikan anda komitmen dan keberanian untuk melakukan itu. Anda akan cenderung terus melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Itu cara termudah. Itu membutuhkan keinginan yang dalam dan determinasi untuk berubah. Tapi Tuhan sedang bekerja untuk membangun motivasi itu kedalam hidup mereka yang menginginkan dan mencarinya. “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Phil. 2:13, TLB).

Itu mengandung arti bahwa Roh Kristus yang hidup berdiam dalam hidup anda. Alkitab berkata dia hidup dalam kehidupan setiap orang Kristen sejati. “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu” (Rom. 8:9b, TLB). Buku ini untuk orang tua Kristen yang ingin membangun rumah Kristen yang benar.

Mungkin kata “rumah Kristen” menuntut penjelasan. Itu tidak langsung berarti suatu rumah dimana gambar Yesus tergantung didinding dan sebuah Alkitab keluarga terletak dimeja. Itu juga bukan suatu rumah dimana kasih karunia selalu dikatakan sebelum makan dan anggota keluarga pergi kegereja secara rutin, walau itu sangat baik. Itu suatu rumah dimana orang-orangnya mengakui dosa mereka dan memiliki kepercayaan pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka kesalahan dan hukuman dosa. Atau seperti kata Yesus, mereka sudah dilahirkan kembali (John 3:3, 7). Mereka telah menerima karunia hidup kekal melalui iman dalam Dia (John 3:16), dan kasih Tuhan sekarang memenuhi dan membentuk hidup mereka (Rom. 5:5).

Bagi orang tua Kristen yang mencoba untuk membangun suatu keluarga Kristen, bimbingan ilahi dan pertolongan supernatural tersedia. Alkitab menyediakan bimbingan dan Roh Kudus menyediakan kekuatan. Jika pikiran kita terbuka terhadap Firmannya dan kehendak kita diserahkan untuk diatur olehNya, akan ada hari-hari sukacita didepan bagi keluarga kita. Jadi jika masalah itu selesai, kita siap memulai penyelidikan kita.

Related Topics: Christian Home

1. Berkat atau Gangguan

Bagaimana saya bisa melupakan kelahiran anak pertama kami? Itu terjadi dipagi hari dan saya sedikit grogi, tapi walau hal itu sudah lama berlalu saya masih bisa mengingat kejadian itu sejelas dulu. Saya masih ingat menyuruh Mary untuk tidur. Bayinya masih belum lahir. Dia tidak mau bekerja sama! Saya masih bisa melihat dokter berjalan kearah saya dilorong rumah sakit, seperti kacang polong besar dengan alat operasinya, mengumumkan suatu kegembiraan, “anaknya laki-laki!” Dia tahu apa yang saya harapkan.

Saat itu saya sedikit menyadarinya, tapi saya akan mendengar pengumuman seperti itu 3 kali lagi, masing-masing dengan sedikit kurang gembira. Lagi pula, variasi merupakan bumbu kehidupan, dan siapa yang tidak ingin seorang gadis kecil melingkarkan tangannya dileher kita dan berkata, “saya sayang papa.” Saya belajar, bahwa Tuhan lebih mengenal kebutuhan saya daripada saya sendiri. Sejak dia memberikan saya anak-anak itu, dan sejak itu sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan berkat rohani saya, tidak ada manusia yang bisa membuat saya memberikan kehendak saya. Selain istri yang luarbiasa yang Tuhan berikan pada saya, mereka merupakan hal paling berharga dalam dunia ini bagi saya. Perkataan puisi indah dari Israel membawa makna baru:

Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu.(Psalm 127:3-5a, KJV).

Sangat jelas puisi itu ditulis seseorang diwaktu lalu. Tidak banyak orang diabad 20 ini memiliki cara pandang yang sama dengan pemazmur. Versi modernnya mungkin berbunyi seperti ini:

Sesungguhnya anak-anak adalah suatu beban dari Tuhan; dan buah kandungan merupakan cara dia menguji kita. Sebagai sumber kerja yang tidak habis-habis dan kejengkelan terus menerus, demikianlah anak-anak pada masa muda. Suramlah manusia yang mendengar tetangganya berkata, “Apakah itu anak-anak mu?”

Kita bisa mengerti kenapa pasangan merasa seperti itu. Sebagian anak pemberontak, tidak taat, tidak hormat, dan tidak punya prilaku yang baik –tidak enak dibawa pergi. Tidak heran beberapa orang memutuskan tidak mau memiliki satupun. Apa yang salah? Apakah kita sudah kehilangan cara pandang Tuhan? Ayat pertama dari Mazmur 127 mungkin bisa menyediakan petunjuk bagi kita. “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.” Keluarga yang berhasil dibangun oleh Tuhan. Dia arsitek dan kontraktor umumnya. Dia yang mengambar denahnya, dan dia ingin menyediakan arahan dan memberikan perintah. Dia hanya membutuhkan pekerja—suami, istri dan anak –yang akan mempelajari denah yang disediakan dalam Firmannya, kemudian mengikuti arahannya. Semua prosedur yang lain dari itu akan menghasilkan frustrasi dan kegagalan.

Masalah dasar dalam sebagaian besar rumah adalah kita telah menjauh dari rancangan Tuhan dan telah menggantikannya dengan rancangan manusia. Tuhan tidak lagi menjadi arsitek dan pembangun. Kita mengikuti rancangan yang dibangun oleh psikiatris, psikolog, dan pendidik modern, dokter, dan bahkan penulis kolom. Banyak nasihat dari orang-orang ini baik. Tapi jika sebagian rancangan baik dan yang lain buruk, hasilnya adalah bangunan yang lemah. Alkitab tetap merupakan teksbook yang terbaik yang pernah ditulis mengenai mendidik anak. Kita perlu menemukan apa yang dikatakannya dan mentaati itu. “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”

Sangat menyenangkan untuk memperhatikan peringatan yang bertambah mengenai situasi tersebut. Surat kabar dan artikel majalah, bersama dengan buku yang makin banyak membahas tentang hal ini, memperingatkan orang-orang bahaya dari rumah yang tidak bahagia dan mencoba untuk menolong mereka memperbaiki kerusakan. Informasinya mungkin menolong, tapi selain orang-orang mau membalikan hatinya dan keluarganya kepada Tuhan, itu mungkin sudah sedikit terlambat. Dengarkan kata pemazmur lagi. “jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Tidak ada kota masa lalu yang aman dari serangan walau setebal apapun temboknya atau penjaganya tanpa Tuhan yang menjaganya. Demikian juga, tidak ada keluarga yang aman dari serangan setan selain mereka secara sadar berkomitmen pada Tuhan, selain dia yang menjaganya. Keluarga dimana Yesus Kristus yang memerintah sebagai Tuhan dalam hidup setiap anggotanya adalah keluarga yang berdiri dalam kasih, ketenangan, kebahagiaan, saling memperhatikan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang diluar.

Sebagian orang berpikir ada jalan lain untuk menghasilkan keluarga yang bahagia. Sebagai contoh, “bekerja, bekerja, bekerja sekeras mungki. Sediakan semua hal didunia ini untuk anak anda. Mungkin itu akan membuat mereka jadi bahagia.” Jika ayah tidak menghasilkan uang yang cukup, ibu akan bekerja juga. Baca hal itu dalam Mazmur 127. “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Roti dukacita merupakan roti yang diperoleh melalui susah payah dan masalah. Makan itu penting, tapi Tuhan bisa menyediakannya tanpa membuat ayah dan ibu jauh dari anak mereka siang dan malam mengejar uang. Tuhan tidak ada waktu untuk kemalasan. Dia memberkati kerja yang jujur, tapi dia bisa menyediakan hal-hal yang kita butuhkan tanpa kekhawatiran dan kerja yang tanpa henti. Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan menyediakan kebutuhan orang yang dikasihinya, secara literal, “dalam tidur” berarti tenang, keyakinan penuh dalam dia.

Lingkungan dimana kita hidup sudah membelokan cara pandang kita. Kita telah menjual barang, teori sesat yang mengatakan bahwa kita berhutang kepada anak kita semua hal yang mereka inginkan. Kita mendengar para orangtua berkata, “tapi kita ingin mereka mendapatkan semua hal yang kita tidak pernah dapatkan.” Jadi mereka mendapatkan barang, tapi mereka tidak tahu siapa mereka, atau kenapa mereka disini, atau apa yang harus mereka capai dalam hidup ini. Pemberontakan paling tidak bisa diperbaiki dalam lingkungan kita bukanlah kekurangan. Mereka anak-anak yang memiliki semua hal yang bisa dibeli dengan uang tapi tidak pernah dikasihi, dihargai, dan diterima. Mereka kosong dan sendiri didalam diri mereka karena tidak ada orang yang benar-benar perhatian pada mereka atau mencoba untuk mengerti mereka. Mereka tidak pernah mendapat hubungan yang hangat dan saling mengasihi dengan orangtua. Sebagian besar dari mereka tidak mengenal orangtua mereka, dan mereka juga tidak peduli. Orangtua mereka juga tidak mengenal mereka. Mereka terlalu sibuk mencari uang dan bersenang-senang dengan mendengar perkataan anak-anak mereka. Dan dengan demikian, generasi muda menghadapi krisis identitas. Mereka minta perhatian, mencari suatu bentuk hubungan yang berarti dengan seseorang yang peduli. Hal yang paling menyedihkan adalah ini terjadi dalam keluarga Kristen dan juga yang bukan. Apa jawabanya?

Jawabannya dimulai dengan mempercayai bahwa apa yang Tuhan katakan dan lakukan dalam mazmur ini. “sesungguhnya anak-anak adalah milik pusaka dari Tuhan.” Kata milik pusaka menunjukan suatu penurunan pusaka, tidak menurut hak keturunan tapi menurut kehendak dan keinginan pemberi. Setiap anak yang baru lahir dalam keluarga Kristen merupakan karunia pemberian dari Tuhan, suatu pusaka yang dipercayakan pada kita untuk dikasihi, disayangi, dipenuhi kebutuhannya dan dibentuk dengan baik untuk kemuliaannya. “Buah dari kandungan adalah upah.” Sekali lagi, kata upah tidak berarti sesuatu yang didapat atau layak, tapi sesuatu yang diberikan cuma-cuma melalui keputusan kemurahan pemberi. Untuk itu ketidakmampuan mendapat anak bukanlah suatu stigma. Itu tidak berarti Tuhan marah terhadap kita atau tidak tersenyum pada kita. Itu hanya berarti bahwa dia tahu yang terbaik bagi kebutuhan kita. Dan dia juga tahu ada banyak anak kecil yang terlantar tidak dikasihi dimana orangtua yang tidak memiliki anak bisa mencurahkan hidup mereka untuk itu. Dia selalu memberi yang terbaik.

Tapi saat dia mengijinkan kita memiliki anak, mereka merupakan karunia pemberian dariNya. Tidak ada keraguan tentang itu saat kita berada disamping tempat tidur bayi dan melihat buntelan indah, yang dengan tenang sedang tidur. Kita mungkin mulai sedikit bertanya tentang itu selama menyuapi pertama kali jam 2.00 Dan keraguan mulai meningkat jika buntelan kecil yang indah itu menjadi tamu asing yang menakutkan yang mengacaukan jadwal kita, membatasi kebebasan kita untuk melakukan kesenangan kita, memonopolo waktu kita, atau kelihatannya menghilangkan rasa sayang pasangan kita. Saat itulah kita perlu datang pada Tuhan, dan kepada Firman Tuhan, untuk mendapatkan kekuatan dan cara pandang kita disesuaikan. Anak adalah milik pusakan Tuhan.

Mungkin anda sedang dalam perjalanan menjadi orangtua. Saat anda melihat anak anda, apa yang anda lihat? Mesin penghancur pikiran, atau pusaka dari Tuhan? Penghancur rumah, atau pusaka dari Tuhan? Sumber rasa malu dihadapan teman anda, atau pusaka dari Tuhan? Maukah anda meminta Tuhan menolong anda membetulkan cara pandang anda? “Tuhan, tolong saya agar bisa melihat anak saya sebagai karunia pemberianmu.” Anda mungkin perlu mendoakan itu berkali-kali dalam sehari, tapi itu bisa menjadi awal suatu perubahan yang menyenangkan dalam keluarga anda, gerbang masuk kepada sukacita hubungan anda dengan anak anda.

Anak-anak lebih peka akan prilaku kita terhadap mereka daripada yang kita bayangkan. Dan mereka sering berespon sama seperti prilaku yang mereka terima. Mereka bertindak seperti kita berlaku atas mereka, dan disitulah disiplin terutama dimulai. Oh, kita mengasihi mereka, tapi mereka punya banyak sekali tuntutan sehingga itu sangat mengganggu kita. Jadi kita memberontak dan kita membiarkan mereka mengetahui secara tidak langsung kalau mereka itu merupakan gangguan bagi kita. Maka mereka akan lebih menjadi suatu gangguan. Mereka tidak mendapatkan kasih dan rasa sayang dengan cara itu, tapi setidaknya mereka mendapat perhatian, dan itu lebih baik dari tidak sama sekali. Tapi mereka akan bertumbuh dalam permusuan, kompleks dan dendam..

Dengan cepat suatu hari kita menyadari mereka sudah tidak ada, dan kita tidak mengingat sepatu kotor, ruang yang berantakan, kejadian memalukan yang mereka sebabkan atau kekacauan yang mereka buat. Kita hanya ingat waktu bahagia bersama mereka. Dan kita berharap hal itu ada lagi. Itu bisa terjadi jika kita melihat mereka sebagai berkat dari Tuhan daripada suatu beban atau gangguan.

Anak bukan hanya pusaka berharga. Mereka juga seperti panah. Ada perbedaan pendapat tentang metafora Alkitab ini. Panah merupakan sumber perlindungan, dan mungkin pemazmur menunjuk pada pemeliharaan dan perlindungan yang bisa diberikan orangtua kepada anaknya. Tapi panah, tidak seperti pedang, bisa pergi ketempat dimana pejuang itu sendiri tidak bisa jangkau. Begitu juga dengan anak kita. Dari sebagian besar panah keluarga dalam Tuhan telah mencapai ujung bumi, membawa berita injil kepada hati yang gelap berdosa.

Saat saya melayani di Fort Worth, Texas, merupakan suatu keistimewaan bisa mengenal seorang pejuang tua untuk injil bernama W. E. Hawkins. Dia yang membangun gereja yang sekarang saya layani, dan saat itu sedang terlibat dalam pelayanan radio di Dallas. Banyak jiwa dibawa kepada Kristus melalui pelayanannya, tapi dia hanya terbatas di Southwest United States. W. E. Hawkins dan istrinya memiliki 3 anak, semua pergi keladang misi. Melalui pelayanan anak-anak mereka, Indian Amerika Selatan yang tidak pernah terjangkau oleh ayah mereka bisa mengenal Yesus Kristus. Mereka seperti panah ditangan ayah mereka.

Tapi panah harus dibuat. Mereka tidak jadi begitu saja. Tuhan memberikan kita seorang anak seperti sepotong kayu, dan meminta kita untuk membentuknya. Jadi kita merautnya, membersihkannya, membentuk kayu itu menjadi panah, lurus dan kuat. Anak bukan hanya suatu milik pusaka; mereka pemberian yang kudus. Tuhan meminjamkan mereka pada kita untuk sementara untuk mempersiapkan mereka agar bisa digunakanNya. Mereka berasal dari dia, dan saat kita mengetahuinya, kita lebih bersemangat terlibat dalam proses pembentukannya. Salah satu cara dramatis untuk mengetahui hal itu adalah mendedikasikannya untuk Tuhan. Jika mereka memang dari Tuhan, marilah kita mengakui itu dengan menguduskan mereka agar dikuduskan untuk dipakai bagi kemuliaanNya seperti Hannah dan Elkanah lakukan pada anak mereka, Samuel (1 Sam. 1:9-28). Marilah kita berjanji pada Tuhan bahwa dengan pertolongannya kita akan membentuk hidup masa muda mereka menjadi seperti manusia yang diinginkanNya.

Seorang suami dan istri harus memberikan anaknya pada Tuhan sebelum dilahirkan. Dan mereka harus berdoa bersama setelah kelahiran anak itu, mendedikasikan diri mereka untuk melatih dia sesuai arahan Tuhan. Sebagian gereja melakukan pelayanan dedikasi anak. Digereja lain, pastor ikut mendedikasikan diri. Hal yang penting adalah orangtua itu sendiri berjanji dihadapan Tuhan untuk memperlakukan anak mereka sebagai milik pusaka, panah yang harus dibentuk bagi kemuliaan Tuhan.

Membesarkan anak jelas merupakan tanggung jawab yang serius. Dan itu tidak aneh—karena hampir semua pekerjaan membutuhkan pelatihan tertentu. Tapi bagi usaha paling penting dalam hidup, membentuk anak bagi kemuliaan Tuhan, kita bisa berhenti kapanpun jika kita mau. Untuk alasan itulah sebagian orang sampai pada kesimpulan yang sesat bahwa menjadi orangtua yang baik itu bisa secara alami. Sebaliknya, itu membutuhkan penyelidikan dan perhatian terus menerus. Tapi buku panduan Tuhan tersedia, dan kita akan menyelidikinya untuk mendapat pertolongan yang kita perlukan. Karena kita tidak bisa berhenti dari pekerjaan ini, kita bersama-sama harus terus belajar apa yang Tuhan katakan tentang menjadi orangtua yang baik.

Sebelum kita melakukannya, maukah anda memperhatiakan ayat terakhir dari mazmur ini? “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” Berapa banyak anak dalam satu tabung penuh? Itu mungkin berbeda di setiap pasangan tergantung berapa banyak anak yang Tuhan berikan. Tabung penuh saya berjumlah 4, tapi punyamu tergantung antara anda dan Tuhan. Apakah sudah jelas dalam ayat siapa yang tidak mendapat malu, orangtua atau anak. Tapi dalam keluarga yang diatur oleh Tuhan dimana Tuhan sebagai pembangun dan orangtua bekerja untuk dia, baik orangtua maupun anak tidak akan mendapat malu. Tapi setan musuh umat Tuhan, akan dikalahkan dan kehendak Tuhan dimuliakan. Bukankah itu yang anda inginkan buat keluarga anda? Dedikasikan diri anda dan anak anda pada Tuhan. Minta dia menolong anda melihat mereka sebagai milik pusaka yang berharga, panah yang harus diasah, hidup yang harus dibentuk. Minta dia untuk meletakan perhatian anda pada potensi daripada masalah dan memberikan anda hikmat yang anda perlukan bagi tugas besar didepan.

Related Topics: Christian Home

2. Model Orangtua

Kenapa Tuhan memberikan kepada anak orangtua? Dengan masalah keluarga yang meningkat, masalah disiplin meningkat, dan pertumbuhan orang yang secara psikologi cacat dilingkaran keluarga tradisional, kita bertanya kenapa Tuhan tidak memakai cara lain untuk membawa anak menjadi dewasa daripada menggunakan orangtua dalam lingkungan keluarga.

Dan dia membuat mereka disana sangat lama, kira-kira hampir 18 tahun. Sebagian besar burung dan binatang sudah melepaskan diri dalam seminggu atau sebulan. Tapi kegagalan perkawinan masa remaja secara dramatis menggambarkan kalau usia 15, 16 atau bahkan 17 tahun tidak cukup untuk mempersiapkan manusia membangun suatu keluarga sendiri yang berhasil. Kenapa?

Karena, kehidupan bagi seekor binatang hanya masalah insting yang dibawa dari lahir. Hidup bagi manusia lebih dari itu. Itu melibatkan intelektual dan karakter emosional, pilihan kehendak, nilai moral dan keindahan. Hal ini tidak didapat begitu saja; mereka dikembangkan, dan membutuhkan waktu. Tuhan memberikan orangtua bagi anak untuk membantu mereka membangun kualitas itu sehingga mempersiapkan mereka bagi kehidupan yang memuaskan dan berguna.

Organisasi dan agen juga berkontribusi dalam membentuk karakter dan kepribadian anak, tapi tidak ada yang memiliki pengaruh seperti orangtua mereka. Ini tidak hanya keunikan dan intensitas hubungan orangtua-anak, tapi juga jumlah waktu yang dihabiskan dirumah. Sebelum masuk sekolah, hampir seluruh waktu anak-anak dihabiskan dirumah. Bahkan selama masa sekolah mereka, sebanyak 60 jam ada disekitar rumah, jauh melebihi waktu yang dihabiskan ditempat lain. Apa yang dicerminkan selama waktu-waktu itu akan sangat menentukan jenis manusia dewasa apa anak kita nanti, dan dampak dari tahun-tahun itu akan tercetak dalam kepribadian mereka. Tuhan mengatakan bahwa hidup seorang nanti ditentukan oleh pengalaman dan pelatihan sebelumnya (Prov. 22:6). Psikolog modern, sosiolog, dan pendidik setuju. Anak kita terbentuk sebagaimana kita bentuk. Mereka hasil dari semua hal yang kita lakukan dalam hidup mereka. Pelatihan yang kita sediakan akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk bergaul dengan orang lain, ketulusan kesaksian dan pelayanan Kristen mereka, kualitas kerja mereka, kualitas keluarga yang mereka bentuk, dan hampir semua sis kehidupan mereka.

Itu suatu pemikiran yang mengejutkan. Berhasil membesarkan anak terdengar seperti tugas yang luar biasa. Memang seperti itu, membesarkan anak menuntut lebih dari kemampuan manusia. Itu membutuhkan hikmat dan kekuatan supernatural. “Tapi saya bukan Tuhan” anda mungkin berkata demikian. Benar! Anak anda mungkin sudah lebih dulu mengetahui hal itu. Tapi Tuhan berjanji menyediakan apa yang anda butuhkan (Phil. 4:19). Dan Dia tahu pasti apa yang anda butuhkan untuk menjadi orangtua yang baik, karena dia sendiri adalah Model Orangtua.

Suatu hal yang sangat menarik kalau saat Yesus berdoa dia menyebut Tuhan sebagai “Allah Bapa. Dan pemazmur menyatakan, “Adapun Allah, jalan-Nya sempurna” (Psa. 18:30, TLB). Jelas konklusinya bahwa Tuhan itu seorang bapak yang sempurna. Melalui penyelidikan FirmanNya dan belajar bagaimana dia berfungsi sebagai orangtua, kita bisa belajar menjadi orangtua seperti apa. Kemudian saat kita mengkomitmenkan diri kita sepenuhnya kepada dia dan membiarkan dia mengatur hidup kita, dia bebas menyatakan kuasa dan kekuatannya sebagai Model Orangtua melalui kita. Dia menyediakan teladan dan kekuatan, baik arahan dan dinamika bagi kita untuk menjadi orangtua yang berhasil.

Ada beberapa bagian Alkitab yang membandingkan Allah sebagai orangtua dan kita sebagai orangtua. Sebagai contoh, pemazmur menulis, “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Psa. 103:13, TLB). Salomo membuat penyelidikan ini yang kemudian dipinjam oleh penulis Ibrani: “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Prov. 3:12, NASB; cf. Hebrews 12:6). Yesus menambahkan hal ini: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Matt. 7:11, TLB).

Maksud hal ini sangat jelas terdapat diAlkitab. Tuhan sebagai orangtua dan kita sebagai orangtua sangat mirip—setidaknya memang begitu seharusnya. Tapi apakah anda memperhatikan bahwa didalam seluruh ayat ini arahnya adalah dari manusia kepada Allah. Setiap ayat menggunakan orangtua dan cara mereka memperlakukan anak mereka untuk mengajarkan siapa itu Allah. Konselor Kristen menemukan memang seperti itu. Pandangan seseorang tentang Allah sering merupakan gambaran orangtuanya sendiri, terutama bapaknya. Jika orangtuanya bahagia, mengasihi, menerima, dan mengampuni, dia lebih mudah mengalami hubungan yang positif dan memuaskan dengan Tuhan. Tapi jika orangtuanya dingin dan tidak peduli, dia mungkin merasa Tuhan terasa jauh dan tidak tertarik terhadapNya secara pribadi. Jika orangtuanya marah, kasar, dan menolak dia, dia sering merasa bahwa Tuhan tidak akan pernah menerima dia. Jika orangtuanya sulit dipuaskan, dia umumnya memiliki pengertian bahwa Tuhan tidak begitu senang dengannya.

Kita perlu merenungkan hal itu, sebagai orangtua Kristen. Konsep Tuhan seperti apa yang dibentuk anak kita melalui hubungannya dengan kita? Apakah dia belajar bahwa Tuhan itu pengasih, baik, sabar, dan pengampun ? atau kita tidak sengaja membangun pengertian Tuhan yang salah dalam hidupnya, menunjukan melalui tindakan kita bahwa Tuhan itu kasar, cepat marah, dan tidak puas, bahwa dia akan berteriak, memarahi atau menendang kita saat kita salah? Seluruh kehidupan kerohanian anak kita dipertaruhkan disini. Disini sangat penting bagi kita mempelajari orangtua seperti apa Tuhan itu, kemudian mengikuti teladannya agar anak kita bisa melihat pelajaran hidup tentang Tuhan yang kita miliki.

Setidaknya ada satu bagian dalam Alkitab, yang bergerak dari Tuhan kemanusia, menasihati kita untuk mengikuti teladan Tuhan dalam membesarkan anak kita. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Eph. 6:4, NASB). Ketiga kata kesimpulan dalam ayat ini selanjutnya akan menentukan arah buku ini. Pelatihan yang kita berikan pada anak kita haruslah pelatihan dari Tuhan. Tuhan harus menjadi prinsip pengarah dalam pelatihan itu. Itu milik dia dan harus diatur olehnya. Itu merupakan pelatihan yang sama dengan kita, dan kita akan memberikannya pada anak kita melalui arahan, kuasa dan dibawa otoritasNya serta bertanggung jawab pada dia. Tuhanlah inti semua hal ini. Saat kita masuk secara spesifik kedalam prinsip pelatihan anak, Alkitab tidak memiliki banyak hal yang dikatakan secara langsung. Tapi saat kita mengerti prinsip dasar yang dibangun dalam ayat ini, Alkitab menjadi suatu buku petunjuk yang tidak habis-habisnya dalam melatih anak dengan berhasil.

Hal itu berarti—kita memperlakukan anak kita seperti Tuhan memperlakukan kita. Dia model kita. Dan pengertian kita tentang bagaimana dia memperlakukan kita tidak semata datang dari orangtua kita, karena pengertian mereka bisa salah, seperti sudah kita lihat. Itu harus datang dari FirmanNya. Kita butuh menyelidiki Alkitab untuk menemukan bagaimana Tuhan memperlakukan anaknya, kemudian melakukan hal yang sama kepada anak kita.

Paulus menggunakan 2 kata dalam Efesus 6:4 untuk meringkas metode Tuhan dalam membesarkan anak--discipline dan perintah. Hal pertama merupakan kata umum bagi pelatihan anak. Itu meliputi penentuan tujuan bagi anak kita, mengajarkan mereka tujuan itu, kemudian dengan sabar tapi tekun membimbing mereka kearah tujuan itu. Walau kata aslinya tidak berarti koreksi, tapi dalam penggunaannya memasukan arti itu dan dalam Ibrani 12:5-7 (KJV) diterjemahkan “menghajar”. Tapi disiplin, berlawanan dengan pendapat umum, itu lebih dari sekedar koreksi. Itu berarti menentukan arah bagi anak kita, membimbing mereka disepanjang arah itu, dan dengan tegas namun penuh kasih mengembalikan mereka jalur itu saat mereka tersesat.

Pikirakan tentang menentukan arah. Apakah anda sudah pernah berdoa untuk menentukan tujuan bagi pelatihan anak kita ? Ini mungkin waktu yang tepat untuk itu. Kita tidak bisa mengharapkan anak kita menjadi baik jika kita tidak yakin “baik” itu apa. Seperti kata salah satu professor seminari saya, “Jika anda tidak menargetkan apa-apa, itulah target anda.” Karena kita belum memiliki target, mari buat sekarang. Target anda mungkin lebih luas dari saya, tapi ini setidaknya tempat yang baik untuk memulainya. Ini beberapa daftar dasar dari tujuan Alkitab yang ingin kita capai bersama anak kita.

1. Memimpin mereka untuk Mengetahui Keselamatan dalam Yesus Kristus. Hal ini terjadi diwaktu Tuhan, tapi kita tidak bisa benar-benar mengharapkan mereka menjadi seperti keinginan Tuhan sampai mereka memiliki nature baru yang diberikan dari atas.

2. Memimpin mereka kepada Komitmen Hidup secara Total untuk Kristus. Kita ingin agar mereka membuat keputusan yang sesuai dengan kehendaknya, berbagi setiap detil kehidupan dengan dia dalam doa, dan belajar untuk bersandar padanya dalam setiap pengalaman hidup yang mereka hadapi. Pertama, tanyakan pada Tuhan pola prilaku apa yang harus dibangun. Waktu untuk memulai adalah diawal kehidupan anak.

3. Memasukan Firman Tuhan dalam Hidup Mereka. Kita akan mengajarkan itu dengan setia, mengkaitannya dengan hidup, dan membuat suatu teladan untuk meneguhkannya.

4. Mengajarkan mereka Ketaatan, dan Menghormati Otoritas. Dengan mengembangkan kemauan mereka untuk tunduk pada otoritas kita, kita memasukan pelan-pelan rasa hormat pada peraturan, seperti sekolah minggu, pemerintah, dan yang terutama otoritas Tuhan sendiri. Tunduk pada otoritas merupakan dasar hidup bahagia dan damai dalam lingkungan kita.

5. Mengajarkan mereka Disiplin Diri. Hidup yang paling berbahagia adalah hidup yang terkontrol, khususnya dalam hal makan, tidur, seks, menjaga tubuh, penggunaan waktu dan uang, dan keinginan hal materi.

6. Mengajar mereka untuk Menerima Tanggung jawab—tanggung jawab untuk dijalankan dengan sukacita dan dengan efisien menyelesaikannya, tanggungjawab dalam menjaga milik mereka, dan tanggung jawab terhadap akibat tindakan mereka.

7. Mengajarkan mereka Prilaku dasar Karakter Kristen, seperti kejujuran, ketekunan, kebenaran, tidak egois, kebaikan, berbudi, pertimbangan, ramah, keadilan, murah hati, kesabaran, dan rasa terima kasih.

Sekarang kita tahu kemana tujuan kita. Tapi ingat, tujuan kita tidak hanya menekankan hal ini saat anak kita dibawa perawatan kita. Itu merupakan satu paket sehingga saat mereka tidak lagi bersama kita itu akan terus membimbing mereka. Itu seperti kata Salomo, “Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu. Jikalau engkau berjalan, engkau akan dipimpinnya, jikalau engkau berbaring, engkau akan dijaganya, jikalau engkau bangun, engkau akan disapanya. Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan” (Prov. 6:20-23, TLB).

Membuat hal ini mendarah daging, yaitu membuat hal ini menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka, seperti kata kedua yang digunakan Paulus dalam Ephesians 6:4 untuk menggambarkan pelatihan yang Tuhan berikan pada kita. Kata ini secara literal berarti, “meletakan dalam pikiran.” Penekanannya pada kata kerja pelatihan—memperingatkan, mengajar, menguatkan, memberi perintah, atau menegur. Tapi itu jauh dari ajaran orangtua. Itu menggambarkan orangtua yang setia dengan lembut menanamkan prinsip Firman Tuhan kedalam jiwa anak sehingga itu menjadi bagian penting dalam hidup mereka. Standar tidak hanya menjadi milik orangtua. Sekarang juga telah menjadi milik anak itu. Dia siap masuk dalam dunia, tidak tergantung pada orangtua, dengan prinsip Firman Tuhan dalam hidupnya sehingga dia menemukan kebahagiaan dan keberhasilan dalam melakukan kehendak Tuhan, bahkan saat tidak orang yang mengawasi mereka. Mungkin ini sebabnya sebagian orangtua berat melepas anaknya saat mereka harus dilepas. Jika orangtua mencurigai mereka belum berhasil memasukan cara hidup Tuhan dalam hidup anak mereka, mereka mungkin ragu-ragu melepaskan mereka, tapi mencoba mempengaruhi dan memanipulasi hal itu dengan berbagai cara lama setelah mereka sudah menika dan meninggalkan rumah. Tuhan ingin kita mulai membangun kemandirian itu sejak anak kita baru dilahirkan.

Aturan orantua, peraturan lainnya, dan batasan hanyalah sementara. Tujuannya adalah menyiapkan anak untuk kebebasan, jenis kebebasan yang bisa membawa dia kepada kepuasan sejati, kebebasan untuk hidup dalam keselarasan dan kebahagiaan dengan Penciptanya. Saat dia belajar dan dewasa, pembatasan dikurangi dan kemandirian ditingkatkan sampai dia meninggalkan kita untuk membangun keluarganya sendiri, disiplin diri, kedewasaan yang dikendalikan Roh, mampu melakukan tanggung jawab yang diberikan Tuhan dalam hidupnya.

Keseluruhan proses ini digambarkan dengan indah melalui cara Tuhan memperlakukan manusia diseluruh sejarah. Disaat kerohanian manusia masih anak-anak, Tuhan memberikan mereka Hukum -- 613 perintah, peraturan, dan penghukuman yang mengatur hampir setiap detil kehidupan. Itu bukan cara hidup yang umumnya dipilih manusia, tapi itu berhasil. Paulus berkata, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Gal. 3:24, 25, KJV, cf. Gal. 4:1-7). Dia kemudian mengambarkan kepenuhan iman, kebebasan hidup dalam Kristus, dan sukacita kedewasaan dalam Anak. Siapa yang memerlukan semua hukum diatas saat kita memiliki Roh Kudus didalam diri kita (Rom. 8:14)?

Itulah yang harus dilakukan orangtua. Selama masa kecil kita mengatur tindakan mereka dengan standar Alkitab. Saat anak mengembangkan disiplin dan control diri, pembatasan luar semakin dikurangi sampai dia mencapai kemandirian yang Tuhan inginkan disaat dia berkata, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Gen. 2:24, KJV).

Hanya ada sedikit bandingannya dalam dunia ini dengan sukacita yang kita rasakan saat melihat anak kita hidup dalam persekutuan bersama Tuhan atas keinginan mereka sendiri. Rasul Yohanes berkata, “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.” (3 John 1:4, KJV). Dia mungkin bicara tentang anak rohaninya, tapi maksudnya bisa diaplikasikan pada anak kita. Yakub juga merasakan sukacita itu saat dia mendengar cerita perseteruan anaknya dengan istri potifar. Dia menawarkan Yusuf tubuhnya dan sulit menolaknya. Ayahnya berada beberapa ratus mil dari dia dan saat itu tidak jelas apakah Yusuf masih bisa bertemu dengannya lagi. Tapi prinsip Tuhan sudah menjadi bagian dari jiwanya selama tahun-tahun masa kecilnya sehingga itu menjauhkannya dari berbuat dosa (Gen. 39:7-20).

Orangtua Daniel mengalami sukacita yang sama jika mereka mendengar anak mereka dengan setia berbakti pada Tuhannya di Babylon. Dia berada hampir 600 mil dari rumah. Dan semua anak-anak yang lain memakan makanan raja yang sudah dipersembahkan pada dewa. “Semua orang melakukannya” dan “tidak ada yang bisa tahu” sudah cukup alasan bagi banyak anak lain kedalam kegagalan rohani. Tapi “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja” (Dan. 1:8, TLB).

Bukankah akan menjadi hal yang indah mengetahui anak kita berjalan dengan Tuhan saat mereka jauh dari kita ? Dengan teladan Model Orangtua membimbing kita dan kuasa Roh yang ada dalam diri kita untuk menguatkan kita, kita bisa menolong anak kita melalui tahun-tahun pembentukan mereka dan membentuk mereka menjadi pria dan wanita Tuhan, diperlengkapi untuk melakukan kehendakNya.

Related Topics: Christian Home

Pages