MENU

Where the world comes to study the Bible

1.1. Kepastian Tentang Keselamatan

    Pendahuluan

Orang-orang Kristen yang baru percaya maupun yang telah lama percaya memerlukan kepastian mengenai hidup baru yang mereka telah terima di dalam Kristus. Akibat munculnya berbagai angin pengajaran, orang-orang Kristen sering dilanda keraguan dan kekuatiran mengenai keputusan yang mereka telah ambil untuk percaya kepada Kristus. Mereka sering mempertanyakan apa sebenarnya makna keputusan untuk percaya kepada Kristus di dalam kehidupan mereka. Apakah pengaruh dan akibat-akibatnya? Dapatkah keselamatan itu hilang atau menjadi batal? Apabila saya berbuat sesuatu dosa, apakah itu berarti bahwa saya belum selamat?

Tujuan pelajaran ini adalah:

    1. Untuk memberikan kepastian mengenai akibat dari mempercayai Yesus Kristus.

    2. Membahas janji-janji dalam Kitab Suci yang dapat memberikan kepastian mengenai apa yang orang percaya telah peroleh atau terima di dalam Kristus.

    3. Memampukan orang percaya dalam mengatasi kebimbangan yang terkadang muncul mengenai jalan kelepasan dan kemenangan yang Allah telah sediakan bagi setiap orang percaya.

    Aspek-Aspek Yang Membutuhkan Kepastian

Oleh karena kepastian terkait erat dengan kesadaran akan apa yang telah dimiliki orang percaya di dalam Kristus dan keberadaan mereka di dalam Kristus, maka bagian ini akan membahas mengenai aspek-aspek keselamatan yang telah Allah berikan kepada orang percaya. Untuk itu pelajaran-pelajaran ini akan menyoroti aspek-aspek berikut ini:

  • Kepastian mengenai Keselamatan
  • Kepastian mengenai Jaminan Kekal
  • Kepastian mengenai Pemeliharaan Allah Setiap Hari
  • Kepastian mengenai Jalan Kelepasan dari Dosa
  • Kepastian mengenai Pimpinan Allah
  • Kepastian mengenai Mahkota Kekal

    Kepastian Versus Jaminan

      Jaminan

Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, terlepas dari apakah kita memahaminya atau tidak, jaminan kekal bagi mereka yang berada di dalam Kristus sudah merupakan suatu realita rohani yang pasti. Kepercayaan seseorang terhadap jaminan di dalam Kristus ini tak akan dapat mengubah atau membatalkannya. Apabila kita telah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus dan telah mengakui serta menerima karyaNya untuk keselamatan kita, apapun dan bagaimanapun perasaan dan pikiran kita, jaminan itu sudah merupakan realita yang pasti.

      Kepastian

Kepastian adalah realisasi dari jaminan tersebut. Ini merupakan wujud dari apa yang kita telah terima dan miliki di dalam Kristus, seperti kehidupan kekal, pengampunan dosa, pemeliharaan Allah bagi kita sebagai anak-anakNya. Kepastian ini terkait erat dengan pemahaman kita terhadap fakta-fakta dan pemberian keselamatan yang diterima melalui iman kepada Kristus. Ini merupakan doktrin yang amat sangat penting karena apabila dipahami secara benar akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan orang percaya. Ini tidak hanya memberikan kepastian mengenai keselamatan melainkan juga memberikan kepastian mengenai pemeliharaan Allah bagi kehidupan orang percaya.

Roma 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Apabila seseorang belum memiliki kepastian keselamatan, itu berarti kita harus mulai dengan terlebih dahulu menyampaikan Injil untuk memastikan bahwa mereka telah benar-benar percaya kepada Kristus. Sesudah itu barulah kita beralih kepada aspek-aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan kepastian.

    Alasan Mengapa Orang Tidak Memiliki Kepastian

(1) Sering seseorang tidak memiliki kepastian karena ia tidak dapat mengingat atau menunjukkan kapan ia menerima Kristus. Akibatnya ia meragukan keselamatannya. Keselamatan memang memiliki waktu hal itu terjadi – saat peristiwa kelahiran baru terjadi. Untuk membantu orang yang dilanda keraguan ini, kita perlu menunjukkan kepadanya apakah ia sekarang benar-benar telah percaya kepada Kristus dan mengakui karyaNya yang telah dikerjakanNya baginya.

(2) Sering seseorang tidak memiliki kepastian karena meragukan prosedur yang ia jalani ketika menerima Kristus. Bila ia telah menerima Kristus secara pribadi, ia ingin tahu apakah prosedurnya telah benar yakni dengan mengadakan pengakuan atau kesaksian di hadapan orang lain tentang imannya atau dengan mengucapkan sesuatu doa.

(3) Sering seseorang tak memiliki kepastian karena ia masih diperhadapkan dengan dosa-dosa tertentu yang terus menghantui kehidupannya. Ia ingin tahu apakah seorang yang telah benar-benar percaya masih harus menghadapi permasalahan ini. Problema sebenarnya yang dihadapinya adalah kurangnya pemahaman tentang sifat dosa, peperangan rohani, jalan kelepasan yang telah disediakan Allah, dan pentingnya bertumbuh menjadi dewasa di dalam Kristus.

(4) Alasan utama dibalik ketidakpastian ini adalah kekeliruan pengertian doktrin dan ketidakpercayaan terhadap karya Kristus bagi kita. Hal ini juga terkait dengan kekurangpahamannya akan Firman dan ajaran Kitab Suci tentang manusia, dosa, ketidakmampuan manusia untuk memperoleh dan memelihara keselamatan, kekudusan Allah yang sempurna, dan kecukupan karya Kristus yang telah selesai dikerjakanNya di atas salib.

(5) Seseorang sering tak memiliki kepastian karena ia telah menerima pengajaran yang keliru bahwa seseorang melihat dan menyelidiki dirinya sendiri dan perbuatan-perbuatannya sebagai bukti utama mengenai keselamatan. Inilah permasalahan yang hangat dibicarakan pada masa kini. Robert Lightner menulis:

Mereka yang berpendapat bahwa seorang berdosa harus menjadikan Kristus sebagai Tuhan atas kehidupannya, atau paling tidak, berjanji mau melakukan hal ini untuk dapat diselamatkan, menjadikan kepastian keselamatan itu bergantung kepada penyerahan hidup. MacArthur menyatakan hal ini sebagai satu-satunya jalan bagi seorang percaya untuk mendapatkan kepastian keselamatan. ‘Kepastian yang sejati dengan sendirinya muncul dengan melihat kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan seseorang, bukannya karena mendasarkannya kepada sesuatu pengalaman khusus.’1

    Dasar-Dasar Kepastian

      Firman Allah

Firman Allah adalah kesaksian Allah kepada orang percaya (1 Yohanes 5:11-13). Dalam teks Yunani menambahkan article di depan kata “kehidupan.” Ini menunjukkan bahwa keselamatan dalam Kristus bukan sekedar pemberian kehidupan belaka melainkan merupakan “kehidupan” itu sendiri yang dikaruniakan kepada seseorang yang beriman kepada Kristus. Pernyataan yang jelas dalam Kitab Suci adalah bahwa seseorang yang percaya kepada Kristus dan mengakui karyaNya di salib sebagai jalan kelepasan dosa menerima :

(1) Kehidupan kekal.

Yohanes 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.

1 Yohanes 5:11-13 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

(2) Pengampunan dosa.

Kisah 10:43 Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.

Kolose 2:13 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.

(3) Kelepasan dari hukuman.

Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Roma 8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

(4) Pembenaran Allah.

Roma 5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya.

Roma 4:25 Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.

(5) Keselamatan.

Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

(6) Kedudukan sebagai Anak Allah melalui Iman.

Yohanes 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.

Roma 8:14-17 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa! Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

John Calvin memperingatkan akan bahayanya memandang kepada diri kita sendiri, yaitu kepada perbuatan-perbuatan kita bahkan kepada buah Roh untuk mendapatkan kepastian keselamatan kita. Memandang kepada diri sendiri hanya akan membawa keraguan dan akan mengalihkan fokus perhatian kita dari karya penyelamatan yang telah dikerjakan Kristus bagi kita. Karena itu Calvin tak setuju dengan ajakan untuk menyelidiki diri sendiri dan menganggapnya sebagai dogma yang berbahaya.2

Berbeda dengan kutipan komentar MacArthur di atas, kepastian keselamatan ini tidak diperoleh dengan berpegang kepada sesuatu pengalaman tertentu, melainkan dengan mendasarkannya kepada kesaksian Firman Allah itu sendiri. Earl Radmacher menulis:

Banyak pendeta sering mengemukakan bahwa dasar untuk mengetahui bahwa saya adalah seorang Kristen bukanlah pada apa yang saya kerjakan atau perbuat melainkan pada apa yang dikatakan oleh Firman Allah mengenai apa yang Kristus telah kerjakan dan terus kerjakan bagi orang percaya (Yohanes 1:12; 1 Yohanes 5:13). Saya tahu pasti bahwa saya telah menjadi milik Kristus karena saya telah percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat pribadi saya dan Penebus saya dari kebinasaan kekal. Bukanlah bukti-bukti dalam kehidupan saya yang menjadi dasar saya mengetahui hal ini, melainkan Firman Allah. Allah telah mengatakannya dan itu cukup bagi saya. Saya sungguh kuatir terhadap banyak orang masa kini, yang karena melihat minimnya pertumbuhan dan ketiadaan sifat-sifat Kristen dalam kehidupan sehingga berusaha mengubah Injil dengan menambahkan sesuatu kepada Injil itu.3

      Karya Kristus

Memahami karya Kristus secara benar (kematianNya yang menggantikan kita dan menanggung dosa-dosa kita di salib) sangatlah penting dalam memperoleh kepastian. Tentu saja hal ini harus didasarkan pada pernyataan atau kesaksian Kitab Suci, namun tekanan harus diberikan kepada pemahaman tentang kecukupan karya Kristus yang telah selesai dan apa yang dicapai melalui kematian Kristus itu. Ada dua aspek penting yang terlihat jelas di sini:

Keselamatan itu diperoleh bukan melalui hasil pekerjaan atau usaha kita (bandingkan. Rom. 4:1-7 di atas).

Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Titus 3:5-7 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

Keselamatan adalah pemberian Allah yang diperoleh hanya melalui pribadi dan karya Kristus.

1 Yohanes 5:5-12 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.

Kisah 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Filipi 3:8-9 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

      Kesaksian Roh Kudus

(1) Roh Kudus disebut Roh Kebenaran.

Yohanes 14:17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

Yohanes 15:26 Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Yohanes 16:8-13 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.

1 Yohanes 4:6 Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.

(2) Roh Kudus disebut urapan.

    Ini menggambarkan pelayanan Roh Kudus dalam mengajar Firman Allah kepada orang-orang percaya.

1 Yohanes 2:20, 27 Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.… Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.

(3) Roh Kudus menerangkan Firman ke dalam hati kita.

Kisah 16:14 Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.

(4) Roh Kudus memberikan pengertian tentang hal-hal rohani dari Kristus.

1 Korintus 2:12-16 Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia? Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.

Efesus 3:15-19 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

(5) Roh Kudus bersaksi dalam hati kita melalui Firman bahwa kita adalah anak-anak Allah.

    Kesaksian mengenai kehidupan dalam Anak Allah yang diterima melalui percaya kepada Anak Allah itu sebagaimana dijanjikan dalam 1 Yohanes 5:11 merupakan berita yang disaksikan oleh Roh Kudus dalam Fiman.

Roma 8:15-16 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa! Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

1 Yohanes 5:7-11 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

    Prinsip-prinsip Untuk Beroleh Kepastian

Prinsip 1: Kita harus mendasarkan kepastian kita kepada fakta-fakta yang dinyatakan dalam Kitab Suci, bukan kepada perasaan-perasaan kita. Iman kita dan kepastian kita harus diletakkan di atas janji-janji yang pasti dalam Alkitab, bukan pada perasaan-perasaan kita. Urutan yang diajarkan dalam Alkitab adalah: FAKTA-FAKTA ——>IMAN ——>PERASAAN. Perasaan adalah penanggap jiwa atau hati. Perasaan ini merupakan akibat dari pemahaman kita terhadap Kitab Suci, namun tak dapat dijadikan patokan kepercayaan kita maupun status keselamatan kita. Ini mengantar kita kepada point berikutnya.

Prinsip 2: Kita harus mendasarkan kepastian kita kepada fakta-fakta yang dinyatakan dalam Kitab Suci, bukan kepada usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan kita. Perbuatan-perbuatan atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita karena kasih karunia Allah ini dapat mengkonfirmasikan tentang realita kehidupan kita dengan Allah. Namun kita harus berhati-hati agar tindak menjadikan landasan subjektif sebagai dasar kepastian, karena bila persekutuan orang percaya dengan Tuhan menjadi terganggu akibat sesuatu dosa yang diperbuatnya, ia bisa saja kelihatan atau bertingkah seperti orang yang tidak percaya, terlebih bila keadaan ini berlangsung agak lama.

1 Korintus 3:1-4 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: Aku dari golongan Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan Apolos, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Apabila kita menjadikan perbuatan atau ketaatan sebagai bukti atau dasar keselamatan maka kita akan diperhadapkan pada dilemma ini: Apabila kita hidup dalam ketaatan sekarang (andaikata ini menjadi bukti atau dasar keselamatan), bisa saja keadaan ini berubah. Karena andaikata kita kemudian hidup dalam ketidaktaatan, maka ini akan membuktikan (berdasarkan dasar pemikiran tadi) bahwa kita sekarang tidak lagi sebagai orang Kristen yang sejati meskipun bisa saja kita akan kembali hidup dalam ketaatan. Ketaatan sekarang ini tak dapat dijadikan sebagai bukti kesejatian iman Kekristenan kita, karena bila itu yang dijadikan pegangan atau landasan maka kita tidak akan pernah memiliki kepastian mengenai keselamatan kita.

Perbuatan seseorang pasca-keselamatan tak bisa dijadikani dasar untuk kepastian keselamatan. Kitab Suci memperingatkan kita tentang bahayanya mendasarkan kepastian atau hubungan seseorang dengan Allah kepada perbuatan orang itu. Sebagai contoh, perhatikan Matius 7:13-23. Nabi-nabi palsu biasanya datang dengan berbulu domba. Pasti mereka akan kelihatan orang baik, bukan? Mereka akan tampak sebagai ‘orang-orang Kristen yang patut diteladani’ atau tiang-tiang jemaat. Buah di sini menunjukkan perilaku mereka bukan ajaran mereka —lihat Mat. 12:31-37.) Namun Kitab Suci menegaskan bahwa mereka tidak pernah percaya kepada Kristus; mereka tidak memiliki hubungan yang sejati dengan Dia (ay. 23). Sebaliknya ternyata mereka hanya mempercayai diri mereka sendiri (ay. 22). Perbuatan mereka tampak baik. Bahkan mereka pun menganggap diri mereka memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Namun mereka pun telah tertipu. Mereka tidak memahami bahwa kepastian keselamatan itu tak dapat didasarkan kepada perbuatan.4

Perilaku Kristen tak boleh dijadikan dasar bagi kepastian keselamatan, melainkan kepastian keselamatan itu harus didasarkan kepada karya dan kecukupan Kristus Sang Juruselamat dan kehidupan baru yang telah diperolehnya di dalam Kristus itu harus menjadi dasar dari perilaku kehidupan Kristen sehari-hari.

Kolose 3:1-4 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Sebagaimana ditunjukkan Yohanes dalam 1 Yohanes 1:6-7, perilaku dan kehidupan seperti Kristus merupakan bukti persekutuan sejati dan juga membuktikan bahwa orang itu benar-benar berjalan dengan Tuhan dalam terang.

1 Yohanes 1:6-7 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

Namun perilaku kehidupan Kristen tak membuktikan adanya hubungan yang sejati dengan Tuhan karena ketika seorang percaya hidup dalam dosa untuk suatu jangka waktu tertentu, akan tampak perbuatan-perbuatan daging, sehingga orang percaya itu akan kelihatan seperti orang yang tidak percaya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Rasul Paulus membicarakan tentang keadaan ini ketika ia menyebut orang-orang Kristen karnal (dikuasai sifat kedagingan) sebagai “manusia duniawi” dalam 1 Korintus 3:3-4.

Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: Aku dari golongan Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan Apolos, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Berjalan atau hidup seperti manusia duniawi sama dengan berjalan atau hidup seperti orang yang tidak mengenal Kristus. Rasul Paulus tidak mempersoalkan atau meragukan keselamatan mereka. Ia mengakui akan keselamatan mereka namun mereka ternyata hidup menurut daging dan bukan menurut Roh. Keadaan ini membuat mereka terlihat seperti orang-orang duniawi, yang belum mengalami kuasa penyelamatan Kristus meskipun seebnarnya mereka telah berada di dalam Kristus dan Roh Allah telah berdiam di dalam mereka.

1 Korintus 1:2-9, kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. 1 Korintus 3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.

1 Korintus 6:19-20 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Terkadang ayat seperti 2 Korintus 13:5 digunakan untuk mendukung perlunya menyelidiki perbuatan-perbuatan kita untuk membuktikan keselamatan kita. Hal ini sungguh disesalkan karena cara seperti ini hanya menjadikan ayat ini sekedar ayat pembukti tanpa memperhatikan konteks, arti sebenarnya dan tujuan penulisan ayat ini sebagaimana dikemukakan Paulus dalam 2 Korintus.

    2 Korintus 13:5 Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.

MacArthur menjadi contoh tentang kasus ini. Ia menulis: “Keraguan terhadap keselamatan seseorang tidaklah salah sepanjang keraguan itu tidak dibiarkan terus menerus bercokol. Kitab Suci mengajak untuk menyelidiki diri kita. Keraguan harus dihadapi dan diselesaikan secara jujur dan secara alkitabiah.” Kemudian, setelah mengutip 2 Korintus 13:5, ia mengakhirinya dengan perkataan ini, “Nasihat ini banyak kali diabaikan —bahkan tak pernah digubris—dalam gereja masa kini.”5

Namun pertanyaannya adalah apakah hal ini merupakan penafsiran yang tepat dari ayat ini? Apakah Paulus menyuruh orang-orang percaya menyelidiki diri mereka untuk mendapatkan kepastian keselamatan? Konteksnya tidak demikian! Coba simak alasannya berikut ini:

(1) Sekali lagi, seperti halnya dalam 1 Korintus, Paulus tidak meragukan keselamatan mereka. Ia sama sekali yakin bahwa mereka telah diselamatkan dan hal ini nyata dalam ayat-ayat yang telah disebutkan di atas tadi.

(2) Kalaupun Paulus menyuruh mereka menyelidiki diri untuk mendapatkan kepastian, ia tidak menyuruh mereka agar menyelidiki perbuatan-perbuatan untuk mendapatkan kepastian keselamatan. Menurut Kitab Suci, apabila ada sesuatu yang perlu diselidiki, maka hal itu adalah mengenai objek dari iman mereka. Apakah mereka telah benar-benar percaya kepada Kristus dan bukan kepada sesuatu sistim perbuatan?

(3) Ia tidak menyuruh mereka menyelidiki diri mereka sendiri melainkan menurut konteksnya dalam ayat 3-7, Paulus mempunyai tujuan lain. Tampaknya sebagian orang mempermasalahkan keabsahan pelayanan Paulus akibat pengaruh guru-guru palsu. Bandingkan dengan 2 Korintus 11:1-12:21 yang berisi pembelaan Paulus terhadap berbagai tuduhan tak berdasar tentang pelayanannya. Dalam ayat 3, mereka menuntut bukti bahwa Kristus berbicara melalui Paulus. Dalam ayat 5 Paulus menunjukkan bahwa bukti yang mereka cari itu ada di dalam diri mereka sendiri karena ia telah menjadi bapa iman mereka.

1 Korintus 4:15 Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.

Cara terbaik untuk membuktikan pelayanan Paulus ialah dengan menyelidiki iman mereka sendiri karena kesejatian iman mereka juga membuktikan kesejatian pelayanan Paulus sebagai jurubicara Kristus. Apakah mereka mengenal Sang Juruselamat? Ya. Bagaimana cara mereka mengenal Juruselamat itu? Melalui pelayanan Paulus. Ia tidak menganggap iman mereka palsu. Karena itu, kesejatian iman mereka membuktikan bahwa Paulus dan pelayanannya juga lulus dari ujian ini. Inilah maksud dari perkataannya dalam 2 Korintus 13:6 yang mengatakan, “Tetapi aku harap, bahwa kamu tahu, bahwa bukan kami yang tidak tahan uji.”

Ingatlah bahwa dasar untuk mendapatkan kepastian keselamatan adalah kesaksian FirmanNya sebagaimana dinyatakan dalam 1 Yohanes 5:11-13:

Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

    The Bema
    (Takhta Pengadilan Kristus)

Apakah kepastian keselamatan yang kita peroleh berdasarkan karya Kristus yang telah selesai Ia kerjakan untuk kita berarti kita bisa berbuat apa saja dan tidak perlu risau dengan perbuatan-perbuatan kita? Apakah kepastian keselamatan itu membolehkan kita berbuat apa saja yang kita inginkan dalam kehidupan kita? Tidak, sama sekali tidak, apabila kita memahami Firman Allah secara menyeluruh.

Setiap orang percaya atau setiap anak Allah adalah abdi (pelayan) yang baik terhadap waktu, talenta (termasuk karunia rohani), kebenaran Allah, dan harta yang telah Allah percayakan kepada kita. Seorang abdi atau pelayan adalah seorang yang dipercayakan untuk mengelola milik atau kepunyaan orang lain. Apakah artinya? Rasul Paulus mengajarkan bahwa “yang dituntut dari setiap pelayan adalah agar didapati setia.” Allah akan menuntut pertanggungjawaban kita terhadap apa yang Ia telah percayakan kepada kita. Saatnya akan datang di mana kita akan mempertanggungjawabkan kehidupan yang Ia telah karuniakan kepada kita. Inilah maksud atau arti firman dalam 1 Korintus 3:12-15:

Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Perhatikan perbedaan di sini. Orang percaya berada di sorga berdasarkan apa yang telah dikerjakan oleh Kristus, namun untuk setiap pekerjaan yang kita lakukan dan kesetiaan kita dalam mengelola karunia-karuniaNya kepada kita, Ia akan membalasnya dengan pemberian pahala. Sekali lagi, coba simak dengan baik komentar Radmacher tentang ini:

Ketika saya menulis perkataan-perkataan ini, saya ada di hadapan Allah dalam keadaan tanpa cacat-cela dan sempurna karena Allah melihat saya melalui Yesus Kristus. Fakta ini tak dapat diganggu gugat. Tak seorangpun yang telah mengenal Yesus Kristus akan menghadap pengadilan Takhta Putih dalam Wahyu 20. Namun setiap orang percaya akan menghadap Takhta Pengadilan Kristus (Bema) dan seluruh pekerjaan (perbuatan) kita akan diadili (2 Kor. 5:10). Penting diperhatikan bahwa baik orang yang tidak bertobat maupun yang sudah bertobat akan diadili menurut pekerjaan-pekerjaan mereka. Orang yang tidak bertobat akan dihukum menurut perbuatan mereka pada Pengadilan Takhta Putih dan dalam pengadilan itu akan ditentukan tingkat hukuman kekal yang menimpanya di neraka. Demikian pula Orang yang bertobat akan dihakimi menurut pekerjaannya (perbuatannya) pada pengadilan Bema dan hasil dari pengadilan itu akan menentukan pahala yang akan diberikan kepadanya.6

Dalam Pelajaran 7 nanti, kita akan membicarakan Takhta Pengadilan Kristus lebih mendetail, namun untuk saat ini cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa meskipun kita terjamin aman di dalam Kristus Juruselamat kita dan sorga telah menjadi bagian kita yang pasti, kita masih diberikan kesempatan untuk mengabdi dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang dituntut dari kita sekarang adalah sikap kedisiplinan berdasarkan kasih karunia Allah dalam mengejar kesalehan yang mengandung janji bagi kehidupan sekarang maupun hidup yang akan datang.

1 Timotius 4:7-8 Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.


1 Robert Lightner, Sin, The Savior, and Salvation, Thomas Nelson, Nashville, 1991, hal. 246 mengutip John MacArthur, The Gospel According to Jesus, hal. 23.

2 Charles Bell, Calvin and Scottish Theology: The Doctrine of Assurance, Handsel, Edinburg, 1985, hal. 28.

3 Earl Radmacher, The Grace Evangelical Society News, Vol. 10, No. 3, May-June 1995, hal. 1.

4 Rich Christianson, The Grace Evangelical Society News, Vol. 9, No. 1, January-February 1994, hal. 4.

5 John F. MacArthur, Jr., The Gospel According to Jesus, Zondervan, Grand Rapids, 1988, hal. 190.

6 Radmacher, Vol. 10, No. 3, hal. 1, 4.

Related Topics: Basics for Christians, Assurance

Report Inappropriate Ad