MENU

Where the world comes to study the Bible

7. Berjalan di Jalur yang Sudah Ditempa

Apakah anda pernah merangkak melalui pagar tanaman yang tebal? Tidak enak bukan? Saya pernah melakukan penyusupan bersama teman saya yang nakal saat masih kecil, dan tergores pagar tanaman sehingga sakitnya terasa berhari-hari. Seseorang telah menanam pagar hidup itu untuk menghalangi saya, tapi saya tidak mengindahkannya.

Anak-anak seperti itu. Mereka mungkin sadar akan aturan, tapi itu tidak berarti mereka akan mentaatinya. Mereka harus dididik untuk hidup dalam batasan. Sebagai seorang remaja saya bekerja sebagai pembantu staff di konferensi Alkitab musim panas. Staff pria dan wanita bergantian berpasangan selama musim panas. Aturan sederhana yang menjauhkan kita dari masalah: “tetap pada jalur yang sudah ditentukan.” Itulah yang kita ingin bagi anak kita –perjalanan yang disiplin diantara batasan jalur yang sudah Tuhan berikan pada mereka.

Disiplin diri sangat penting bagi stabilitas emosi dan kebahagiaan pribadi anak kita saat mereka keluar untuk hidup sendiri, bagi pribadi yang tidak disiplin itu menjadi budak nafsunya sendiri dan korban situasi. Seorang pribadi dikatakan bebas saat dia didisiplin, seperti kereta dikatakan bebas saat dia ada dijalurnya. Tapi disiplin diri tidak datang secara alami. Itu harus dipelajari. Itu tergantung pada orangtua yang tidak hanya menetapkan batasan tapi juga mendidik mereka untuk berjalan dijalur itu. Dan kita punya keyakinan dari Tuhan bahwa jika kita melakukan tanggung jawab kita dengan tepat, anak kita akan terus berjalan dijalur itu saat mereka sudah besar (Prov. 22:6). Itu tidak berarti mereka selalu setuju dengan kita. Tapi itu menunjukan bahwa hidup mereka akan menghormati Tuhan dan membawa sukacita dihati kita.

Tapi bagaimana saya bisa menolong anak saya berjalan dijalur lurus dan sempit? Itu suatu pertanyaan penting yang harus ditanyakan setiap orangtua yang percaya. Jawabannya seharusnya sudah sedikit terbayang. Kita melakukannya seperti cara Tuhan melakukannya. Dan dia melakukannya melalui menyediakan motivasi yang cukup. Tuhan merencanakan hal ini untuk dijalankan sesuai dengan prinsip yang sudah dinyatakannya, tapi akan menjadi tidak menyenangkan kalau kita melakukan itu dengan cara kita.

Dalam PL, ada berkat kalau taat dan kutuk untuk ketidaktaatan (cf. Deut. 28). Tapi bahkan dalam masa anugrah, dengan kebebasan kita dalam Roh dan kedudukan kita sebagai anak, ada motivasi yang sudah tetap. Salah satunya prinsip menabur dan menuai (Gal. 6:7). Tuhan mengijinkan kita mengalami akibat tindakan kita, baik atau tidak baik. Dan tidak perlu orang pintar untuk tahu prilaku mana yang membawa sukacita dan damai terbesar.

Sebagai tambahan bagi hukum menabur dan menuai, Tuhan menawarkan janji berkat kalau taat. “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” (James 1:25, NIV). Tuhan berjanji membuat kita bahagia jika kita taat pada FirmanNya.

Maka ada motivasi lebih jauh untuk hadiah saat penghakiman Tuhan untuk pekerjaan baik yang dilakukan melalui kuasa Roh dan untuk kemuliaan Tuhan (1 Cor. 3:12-15; 2 Cor. 5:10). Tuhan menginginkan hubungan yang dewasa dengan anaknya. Dia ingin kita taat karena kita mengasihinya, bukan karena ingin dapat hadiah. Tapi untuk menolong kita bertumbuh kearah hubungan kasih yang sempurna, dia mengetahui nilai dan pentingnya motivasi.

Mari kita mengaplikasikan hal ini kedalam peran kita sebagai orangtua. Anak kita sudah sejak dini belajar kalau beberapa hal membawa kebahagiaan dan hal lain menghasilkan kesakitan. Tuhan membuat mereka dengan kecenderungan untuk terus melakukan hal yang menyenangkan dan melepas hal yang tidak menyenangkan. Prinsip dasar ini bisa menyediakan formula ajaib yang kita perlukan untuk mengembangkan pola prilaku yang kita percaya Tuhan ingin mereka pelajari. Sebagai contoh, sejak awal anak-anak perlu dipuji dan dihargai. Mereka membutuhkan itu dengan teratur. Jika mereka menemukan tindakan itu menghasilkan pujian mereka cenderung melakukannya lagi. Saat Johnny mendapat perhatian keluarganya karena tempat tidurnya rapi, merapikan mainannya, membersihkan gigi tanpa disuruhm atau apapun yang kita percaya dia harus melakukannya, dia mungkin akan melakukan itu terus menerus. Dan kita akan terus memberikan dia pujian sampai itu menjadi pola prilaku yang menjadi bagian hidupnya.

Sama halnya dengan, jika Johnny mendapat pujian karena memamerkan diri dihadapan teman anda, anda bisa mengharapkan hal itu terjadi lagi. Dia melakukannya untuk memuaskan kebutuhannya akan penerimaan dan perhatian. Maka dari itu anda memotivasi prilakunya yang salah. Tapi jika, sebaliknya, dia menemukan kelakuannya yang salah membawa rasa sakit, atau dia tidak mendapat yang diinginkan, dia cenderung tidak melakukannya lagi.

Ada beberapa cara untuk mengaplikasikan prinsip Alkitab ini. Sebagai contoh, uang merupakan motivator yang baik untuk mengajar anak tetap dijalur yang benar. Saya tidak menemukan hal yang salah dalam Alkitab tentang menetapkan hadiah uang karena melakukan tanggung jawab tertentu. Sebagian orangtua membuat daftar kegiatan yang diinginkan dengan 7 kotak kosong disampingnya, setiap hari dalam seminggu. Setiap aktifitas yang berhasil dilaksanakan ditandai, dan hadiah uang diberikan diakhir minggu untuk setiap tanda. Satu tanda satu penny untuk anak kecil sudah cukup, dan itu tidak hanya mengembangkan prilaku yang tepat, tapi menyediakan landasan pengajaran tanggung jawab menggunakan uang. Hadiahnya tidak harus uang. Hanya memberi bintang didaftar sudah cukup bagi anak kecil. Atau anda mengijinkan anak yang lebih tua mendapat barang yang mereka mau, seperti tas baru atau sarung baseball.

Sebagian orangtua menghukum anak mereka karena prilaku yang tidak diterima. Istri saya dan saya memberikan anak kami pinjamna dan mereka membayarnya dengan bekerja. Uang mereka penting dan mereka biasanya membelanjakan dengan bijak. Kami memutuskan menggunakannya untuk menolong mereka belajar sesuatu yang kami pikir berguna. Saat kami mulai menemukan milik mereka tersebar dirumah dan mendapatkan lampu kamar menyala tapi tidak digunakan, kami membuat suatu sistem –2 sen untuk setiap barang yang ditemukan tersebar dirumah, dan 2 sen untuk lampu yang menyala tapi tidak digunakan. Uang yang ditaruh dibank digunakan untuk hal yang berharga. Itu menjadi permainan saat ayah mendapat hukuman pertama karena lampunya menyala tapi tidak digunakan ditempat belajar. Tapi sangat mengejutkan melihat betapa cepat masalah diselesaikan saat mengetahui uang mereka dipertaruhkan disini.

Orangtua yang gagal mengerti prinsip dasar ini sulit mengatasi mereka. Dengan kata lain, anak bisa menggunakan itu untuk mendidik orangtua mereka, dan mereka sering memulainya sejak dikandungan. Bayi dengan cepat belajar kalau menangis membawa hasil yang menyenangkan. Dia langsung digendong, disayang, diganti pakaiannya dan diberi makan. Walau tangisan bayi merupakan satu-satunya cara mengkomunikasikan kebutuhannya kepada kita, kita bisa menjaga agar dia tidak terlalu merengek dengan tidak selalu menyediakan suatu hal setiap kali dia menangis, dan dengan memberikan kasih yang besar saat dia tidak menangis.

Istri saya dan saya menemukan kalau anak laki-laki kami cukup pintar. Mereka tahu betul bagaimana melatih kami. Mereka bisa menyiksa telinga kami sampai ketahap tidak tahan lagi. Mereka mendapatkan kami saat mereka ingin. Kami akhirnya belajar untuk membedakan kebutuhan yang penting dari rengekan manja, dan menolak memberikan sesuatu kalau itu terjadi. Ada saat dimana sulit membedakan apakah itu kebutuhan atau rengekan. Tapi kami menjadi yakin bahwa Tuhan ingin kita mencoba membedakan itu. Dia tidak memberikan semua permintaan kita, dan akan menjadi kesalahan kita kalau kita selalu menyediakan rengekan mereka.

Sayangnya bagi sebagian orangtua, “terlalu tua sehingga telat pintar” kata orang belanda di Pennsylvania. Anak mereka mulai memanipulasi mereka dan terus melakukannya selama masa kecil dan remaja. Saya tidak bisa menghitung para ibu yang saya tahu menolak memberikan anak mereka dirawat digereja karena anak mereka menangis saat lepas dari mereka. Jadi mereka menjadi korban program pelatihan anak mereka. Mereka membiarkan anak mereka membuat mereka tetap dirumah (kerusakan rohani mereka), atau mereka membawanya kekebaktian orang dewasa (kadang merusak kerohanian orang lain). Saat seorang anak menyadari kalau ibunya selalu datang kepadanya dan tangisan tidak mempercepat itu, dia akan mulai tenang dan menikmati dirinya. Itu mungkin membutuhkan pengalaman yang tidak menyenangkan agar bisa belajar, tapi hasilnya berharga.

Kemarahan merupakan cara klasik anak mengatur orangtuanya. Kemarahan dibuat anak untuk mendapat sesuatu yang dia pikir dia perlu. Itu mungkin dilakukan untuk mendapat perhatian kita. Itu mungkin untuk mendapat sesuatu yang kita lewatkan..

Itu mungkin dilakukan hanya untuk mendapat kepuasan memanipulasi dan mengontrol kita, karena kita mencoba mengontrol dia terlalu banyak. Dan kita juga harus mengakui itu –saat kita kehilangan kesabaran dan dengan marah mengancam dia, kita tidak mengatur dia; dia yang mengatur kita. Dia mungkin merasa ingin melakukan sesuatu yang sama agar impas. Menghancurkan syaraf kita dan mengganggu kita bagi dia merupakan pembalasan indah untuk egonya yang hancur. Tapi jika dia menyadari bahwa dia tidak mendapat tujuannya, dia akan menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya membenturkan kepala kedinding. Dan kemudian berjalan pergi dengan tenang. Pergilah keruangan lain dan tutup pintu kemudian baca buku. Tindakan itu akan berhenti saat respon tidak ada..

Anak-anak memiliki kemampuan membuat orangtuanya jadi bahaya. Mereka tahu sejauh mana mereka bisa pergi, dan menggunakan talenta itu dengan ahlinya untuk mendapat keinginan mereka. Seorang ibu membenarkan itu pada saya dimana disuatu hari saat dia sedang mengerjakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan, Jody dan Janie, 2 anaknya yang belum sekolah, memotong boneka kertas didekatnya. Janie, yang lebih muda, memotong karpet dengan gunting. “Janie, jangan lakukan itu,” perintah mamanya. Tapi Janie, jauh dari jangkauan tetap melakukannya. “Janie hentikan sekarang juga,” mamanya membentaknya. Dan Janie tetap tidak peduli. Akhirnya ibunya berteriak dengan marah, “jika tidak berhenti sekarang, mama akan kesana dan memukulmu.” Dengan saran bijak dari si tua Jody, yang lebih berpengalaman dari adiknya, berkata, “kamu sebaiknya jangan melakukan itu. Mama serius kali ini.”

Anda lihat, Jody kecil telah melatih ibunya dengan baik. Mereka tidak harus taat sampai ibunya marah. Itu memberikan mereka waktu anugrah untuk melakukan apa yang mereka inginkan tanpa akibat tidak menyenangkan. Tapi itu memberikan ibunya sakit kepala dan membuat perasaannya tidak enak saat suaminya pulang kerja. Sering kali kejadian seperti ini berakhir dengan ibunya menghentakan kaki dengan marah dan menarik barang itu, dengan kasar. Dan anak mulai kehilangan rasa hormat pada ibunya. Pertama, karena dia mampu memanipulasi dan mengontrol ibunya; kita tidak hormat pada orang yang bisa kita manipulasi. Kedua karena dia tidak pasti kapan ibunya sungguh-sungguh dengan kata-katanya dan kapan tidak; Perkataannya tidak benar-benar bisa dipercaya. Dan ketiga, karena ibunya berlaku tidak kasih.

Joe seorang remaja merupakan ahli dalam mendidik orangtuanya. Bahkan saat anda yakin anda memutuskan dengan benar, dia mempunyai cara melelahkan anda dengan “50 perkataan terkenal untuk mendapatkan apa yang anda ingin dari orangtua.” “Anda tidak pernah mengijinkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan.” “anda melakukan itu saat seusia saya.” “dan anda bilang anda mengasihi saya.”

Ini mungkin diikuti dengan bantingan pintu dan rengutan wajah. Atau dia menjadi sangat baik dan menjadi anak teladan. Dia tahu apa yang bisa melemahkan anda. Tapi setiap kali dia berhasil, dia kehilangan rasa hormat pada anda dan jurang pemisah antara anda menjadi lebih lebar. Kita sudah belajar kalau kita harus memiliki alasan yang sesuai Alkitab bagi standar kita dan kita harus menghindari berkata “tidak” sebanyak mungkin. Tapi saat kita tahu kita benar dihadapan Tuhan, kita perlu mendidik anak kita bukan mereka yang mendidik kita.

Saya curiga kalau banyak orangtua tidak mengharapkan anak mereka taat seawal mungkin. Mereka merengek, ngomel, dan menggoda untuk mendapatkan bisa melakukan apa yang harus mereka lakukan. Orangtua yang mengharapkan ketidaktaatan sering kecewa. Seorang ibu berkata pada tetangganya didepan Suzie, “saya tidak bisa membuat Suzie meminjamkan mainannya.” Apakah anda pikir Suzie akan meminjamkannya? Tidak dalam hidup anda. Suzie memiliki ibu yang bisa diaturnya, tidak mampu melakukan apapun terhadap keegoisannya.

“Saya tidak bisa membuatnya kegereja?” kata orangtua dengan menyedihkan. Kenapa tidak? Apakah standartnya benar? Jika benar, maka kita perlu mendesak kalau dia perlu memperhatikan itu, dan berlaku dengan tepat saat disana. Kita tidak perlu takut pada anak. Tuhan memberikan kita otoritas atas mereka dan dia mengharapkan kita menggunakannya, dengan kasih tapi tegas. Kita menjawab kalau kita menolak. Perintah ibu dan bapak harus dijalankan. Tuhan merencanakan seperti itu untuk mengajar anak tunduk pada otoritas.

Dan dia memberikan kita formula untuk memotivasi mereka. Sekali lagi –kita membuat ketaatan dinikmati dan ketidaktaatan tidak enak. Kita akan membahas akibat ketidaktaatan dalam bab berikut. Sekarang, mengertilah setengah dari formula ini dan pelajari dengan benar. Anak berespon baik kalau itu menguntungkan mereka. Mereka lebih ingin taat saat ketaatan suatu yang dinikmati. Jadi jadikan itu suatu kegembiraan! Panggil mereka saat tujuan anda memberikan mereka pelajaran. Kejutkan mereka dengan pemberian kecil karena prilaku mereka yang baik atau nilai sekolah yang baik..

Itu tidak berarti kita berhutang hadiah pada anak kita, tidak juga kita mencoba menyuap mereka. Karunia dan pemberian Tuhan pada kita berasal dari anugrahnya. Dia tidak berhutang apapun pada kita, dan dia pasti tidak menyuap kita agar taat. Tapi janjinya tetap dalam Firman –hidup tuntuk padanya dan menikmati kepenuhan berkatnya. Dan berkatnya dalam hidup kita saat kita berjalan dipusat kehendakNya. Marilah kita ikuti teladannya, dan membuat anak kita menikmati ketaatan mereka pada kita. Tidak ada batasan kreatifitas untuk menunjukan penghargaan karena mereka sudah bekerjasama.

Satu peringatan –jangan memberi hadiah untuk tindakan yang tidak

Related Topics: Christian Home

Report Inappropriate Ad