MENU

Where the world comes to study the Bible

2. Menunggu Di Pintu Gerbang (Esther 2:19-3:15)

Pendahuluan

Beberapa waktu lalu saya membeli mobil dari seorang Kanada muda yang datang ke Dallas mengunjungi teman wanitanya. Tidak terbiasa dengan panas, mobilnya mati. Setelah membangitkannya kembali, perlu didaftarkan ke Auditor Negara. Saya datang jauh-jauh dari kantor bea cukai dengan kertas rangkap 3 (atau lebih) dan melanjutkannya ke kantor pajak untuk dapat nomor Texas.

Saat berdiri diantrian yang cukup panjang, setiap orang pasti memperhatikan beberapa anak kecil berlari tanpa diawasi. Seorang wanita dewasa kelihatannya sangat peduli terhadap anak-anak mencoba memindahkan satu bangku gereja tua yang sudah rusak diujungnya. Keluar dari antrian, saya bertanya apakah bisa menolong. Dia dengan senang menerima tawaran saya, menjelaskan dia mau memindahkan bangku karena takut anak atau seseorang bisa terluka duduk disitu. Dia memindahkan bangku itu dan kembali kekantor karyawan.

Sesudah bangku diamankan, saya kembali keantrian. Saya biasa dengan kantor ini, saya tahu wanita itu dimeja informasi, yang sangat bersahabat dan menolong. Tapi saat dia melihat kertas saya, kerutan muncul diwajahnya. Setelah memeriksa kertas, dia mengatakan pada saya kalau saya tidak diberi “kertas yang benar” saat dikantor bea cukai. Melihat wajah kecewa saya, dia minta saya menunggu sebentar. Keluar dari mejanya, dia mendekati wanita yang saya tolong sebelumnya dan kembali dengan senyum diwajahnya. “Kertas anda tidak sepenuhnya benar,” katanya, “tapi saya mengecek ke pengawas, dan dia katakan itu tidak apa-apa.”

Suatu kejadian yang melegakan. Beberapa saat sebelumnya saya menolong wanita yang kesulitan tanpa mengenal siapa dia atau apa pekerjaannya. Tapi dalam situasi yang membutuhkan pertolongan, wanita ini membantu saya. Kadang kita melakukan hal tanpa motif apapun dan kemudian menemukan tindakan kita sangat mempengaruhi masa depan. Seperti kasus Mordekai. Dalam teks kita, Mordekai bertindak untuk menyelamatkan raja dari rencana pembunuhan. Dia tidak tahu tindakannya akan sangat mempengaruhi masa depan. Dan tindakannya bukanlah suatu perhatian dia terhadap raja. Tapi tunggu! Itu bisa jadi buruk. Jika tindakan Mordekai yang tidak sengaja mengubah sejarah, tindakan sengajanya tidak hanya meletakan dirinya tapi seluruh orang Yahudi dalam bahaya. Kita harus memperhatikan teks ini dalam mempelajari Kitab Ester.

Suatu Persekongkolan yang Gagal
(2:19-23)

19 Selama anak-anak dara dikumpulkan untuk kedua kalinya, Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja. 20 Adapun Ester tidak memberitahukan asal usul dan kebangsaannya seperti diperintahkan kepadanya oleh Mordekhai, sebab Ester tetap berbuat menurut perkataan Mordekhai seperti pada waktu ia masih dalam asuhannya. 21 Pada waktu itu, ketika Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja, sakit hatilah Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, lalu berikhtiarlah mereka untuk membunuh raja Ahasyweros. 22 Tetapi perkara itu dapat diketahui oleh Mordekhai, lalu diberitahukannyala kepada Ester, sang ratu, dan Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. 23 Perkara itu diperiksa dan ternyata benar, maka kedua orang itu disulakan pada tiang. Dan peristiwa itu dituliskan di dalam kitab sejarah, di hadapan raja.

Ayat penutup pasal 2 bukan kebetulan dari cerita Ester. Ayat 19 memberitahukan situasi nasib bangsa Yahudi, yang kelihatannya akan mengalami ancaman. Walau Ahasuerus mencintai Esther dan dia dipilih menjadi ratu menggantikan Vasti, suatu kelompok perawan mengambil tempat. Ini bisa saja kelompok pertama perawan yang diberi kesempatan kedua atau kelompok yang baru selesai masa persiapan (lihat 2:12). Siapa mereka sebenarnya tidak penting. Apa yang penting adalah raja kelihatannya disibukan dengan mereka dan bukan dengan Ester (lihat 4:11). Jika Ester ingin menemui raja, ini bukan saat yang tepat.

Masalah kedua adalah Ester belum menyatakan identitasnya pada raja, walau bertahun-tahun telah lewat sejak dia menjadi ratu.20 Mengetahui Ester seorang Yahudi bisa mengeluarkan dia dari peserta kontes. Tapi jika raja tahu identitasnya dan menerimannya, dia jelas tidak mematikan semua orang Yahudi. Kenapa Ester tetap melakukan perintah Mordekai masih membingungkan, karena sekarang dia seorang istri Raja Ahasuerus dan Ratu (lihat ayat 20). Kelihatannya dia masih seperti anak kecil yang tumbuh dirumah Mordekai.

Perhatian yang kelihatannya kita kesampingkan adalah laporan yang diberikan dalam ayat 21-23. Mordecai secara rutin berada digerbang terdekat tempat tinggal Ester. Dia tetap dekat untuk mengetahui keberadaan Ester. Dan karena Ester tidak hanya merahasiakan keyahudiannya, tapi juga hubungannya dengan Mordekai, dia tidak memiliki akses langsung keratu, yang pasti ditempatkan tersendiri diistana.21 Dua pejabat istana, Bigthan and Teresh, yang kelihatannya punya tugas disana, menjadi pahit terhadap raja dan bersekongkol untuk membunuhnya. Dalam kedudukan mereka, mereka punya akses dan kesempatan melakukannya. Tidak tahu bagaimana, Mordekai tahu rencana ini dan melaporkannya ke Ester, yang memberitahu raja atas nama Mordekai. Jangan kira ancaman ini selesai, beberapa waktu kemudian raja dibunuh setelah bertahta beberapa tahun.22

Seorangpun tidak tahu motif Mordekai dalam melaporkan rencana ini ke Ester, tapi fakta dia melaporkannya ke Ester menunjukan Mordekai lebih memperhatikan Ester daripada raja. Jika Ester sedang bersama raja saat itu terjadi, dia akan dalam bahaya.23 Dan jika raja terbunuh, dia akan turun jadi ratu.24 Walau Ester memberi Mordekai nama karena memberitahukan rencana ini, dia tidak membuka hubungannya dengan Mordekai atau identitasnya sebagai orang Yahudi.

Kesombongan (Mordecai) dan Kecurigaan (Haman)
(3:1-15)

1 Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. 2 Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud. 3 Maka para pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berkata kepada Mordekhai: Mengapa engkau melanggar perintah raja? 4 Setelah mereka menegor dia berhari-hari dengan tidak didengarkannya juga, maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi. 5 Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, 6 tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros.

7 Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam tahun yang kedua belas zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur--yakni undi--di depan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar. 8 Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. 9 Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja. 10 Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, 11 kemudian titah raja kepada Haman: Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik. 12 Maka dalam bulan yang pertama pada hari yang ketiga belas dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja. 13 Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas--yakni bulan Adar--,dan supaya dirampas harta milik mereka. 14 Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari itu. 15 Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum, tetapi kota Susan menjadi gempar.

Keanehan lain terjadi dalam cerita Ester. Kita berharap “kesetiaan” Mordekai terhadap raja dihargai. Insiden ini dicatat dalam sejarah raja, tapi langsung dilupakan walau raja sangat menghargai kesetiaan.25 Daripada memberikan Mordekai promosi, seseorang bernama Haman tiba-tiba munculdan menjadi orang kedua paling berkuasa dikerajaan Persia. Kita tidak diberikan informasi bagaimana orang ini bisa muncul dalam kekuasaan. Perlu diketahui bahwa setelah Haman naik, kita tidak melihat lagi para penasihat disebutkan dimana sebelumnya Ahasuerus meminta nasihat. Orang ini kelihatannya memiliki telinga raja.

Satu-satunya hal tentang Haman adalah dia anak Hammedatha the Agagite (3:1). Mordecai seorang Benyamin, keturunan raja Saul. Saul seharusnya membunuh raja Agag, raja Amalek, tapi gagal melakukannya. Sebaliknya Samuel yang membantainya (lihat 1 Samuel 15). Dalam nubuat Balaam, Mesias yang dijanjikan dikatakan “lebih tinggi dari Agag” (Numbers 24:7). Melalui kejadian sebelumnya kedua orang ini menjadi musuh dan Haman tidak akan menang.26

Sebelumnya, konflik bukan antara Haman dan Mordekai tapi antara Mordekai dan pelayan raja dipintu gerbang raja. Mordekai menolak “tidak berlutut atau sujud” pada Haman (3:2). Pelayan raja hanya bisa menegur Mordekai karena menolak taat pada perintah raja. Ini tidak mengubah tindakan Mordekai; dia membela tindakannya dengan berkata dia adalah seorang Yahudi. Bagi dia, seorang Yahudi tidak bisa melakukan hal seperti itu. Ini membuat kesal pelayan raja dan memberitahu Haman. Sekarang mereka bisa melihat apakah alasan Mordekai bisa tahan terhadap pemeriksaan Haman sendiri (3:4).

Haman murka. Bagaimana orang ini bisa menentang dia dan raja! Haman menganggap serius perkataan Mordekai. Apakahan Mordekai menolak berlutut karena dia seorang Yahudi? Maka semua Yahudi bertindak sama. Jika ini benar, Haman tidak puas hanya berurusan dengan Mordekai; dia ingin berurusan dengan seluruh orang Yahudi. Dia menunggu waktu yang tepat. Bulan pertama dia dilihat orang Persia sebagai waktu yang tepat untuk melihat tindakan kedepan.27 Ini tidak diputuskan atas dasar posisi planet atau bintang tapi melalui pelemparan dadu.28 Undian jatuh pada akhir bulan, Adar. Khususnya, keputusan yang dilaksanakan, harinya ditentukan pada hari ke 13 bulan 12 (verse 13).29 Ini waktu bagi Haman menjalankan rencananya. Ini baik untuk ditunggu, karena keberuntungan bersama dia. Dalam pemeliharaan Allah, penundaan ini memberikan waktu yang cukup untuk membalikan keputusan raja dan orang Yahudi untuk membela diri menghadapi musuh mereka.30

Setelah menentukan waktu yang tepa memusnahkan orang Yahudi, Haman mendekati raja. Dia dengan cerdik menghindari penyebutan Yahudi dan mengamankan ijin raja menghancurkan mereka semua.31 Haman meletakan 2 dorongan dihadapan raja: (1) ini akan menyingkirkan semua pemberontak yang tidak tunduk pada otoritasnya dan yang bisa menjadi sumber pemberontakan dimasa depan, dan (2) melalui perampasan asset Yahudi, raja bisa makmur secara keuangan.

Ada sedikit perdebatan tentang menariknya tawaran keuangan ini.32 Walau raja menolak penawaran pembayaran dari Haman, banyak yang melihat hal ini sebagai cara timur menawar (lihat Genesis 23:1-16). Raja sangat diuntungkan dari pembayaran Haman dan dari bagian yang dirampas.

Hal pertama lebih menarik bagi kita. Banyak yang melihat pernyataan Haman sebagai kebohongan. Mereka melihat Mordekai benar untuk tidak tunduk pada Haman:

“Saat pelayan raja menanyai Mordekai: ‘Kenapa engkau melanggar perintah raja?’ dia mengatakan kalau dia Yahudi’ (iii. 4); jadi penolakannya jelas karena iman Yahudinya. Dia tidak tunduk pada manusia hanya pada Allah saja; bahkan sisa orang Yahudi pada masa pergolakan akhir tidak akan tunduk pada binatan atau menerima tanda atas mereka.”33

“Raja sudah memerintahkan agar setiap lutut menyembahnya. Tapi walau yang lain menyembah ada satu yang menolak, ‘Mordecai orang Yahudi.’ Tidak seperti Persia, yang menurut Plutarch, menganggap raja mereka seperti Allah, Mordekai tidak mau tunduk pada manusia manapun hanya pada Allah yang dia percaya, seperti Daniel dalam menghormati raja Darius. Kemurkaan Haman menghasilkan keputusan membantai semua Yahudi dalam kerajaan Persia, dihari ke 13 bulan 12.”34

“Jika penghormatan itu hanyalah rasa hormat sipil, Mordekai tidak akan menolaknya; tapi raja Persia menuntut pemujaan, yang bahkan Yunani melihat itu sebagai penurunan; dan saat Xerxes, memerintahkan penghormatan itu diberikan pada mentrinya seperti dirinya, ini dasar penolakan Mordekai.”35

“Haman . . . menemukan hal itu sangat inti dalam salah mengartikan Yahudi sebagai pemberontak dan berbahaya dalam kerajaan. Tuduhan serupa diberikan pada Kristus sendiri (cf. Luke 23:2) dan orang Kristen permulaan (Acts 16:20-21; 24:5). Dalam mengantisipasi bahaya ini Tuhan menuntun Yeremia untuk menasihati orang Yahudi dipembuangan: ‘Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu’ (Jer. 29:7). Benar bahwa orang Yahudi menolak memuja mahluk (cf. Dan. 3:12; 6:10), tapi mengatakan mereka tidak menaati ‘hukum raja’ merupakan pembalikan yang jahat dari fakta untuk keuntungan pribadi.”36

Ini pertanyaan yang paling penting: “Apakah penolakan Mordekai untuk berlutut pada Haman suatu pemberontakan, tindakan yang merupakan ciri Yahudi?” Mengaggetkan sekali banyak sarjana menemukan tuduhan Haman itu salah:

Haman menggunakan campuran kebenaran, kesalahan, dan membesar-besarkan untuk meyakinkan raja. C. Moore menggambarkan dengan jelas: “Tuduhan Haman terhadap Yahudi (v. 8) sangat pintar tapi jahat dalam konstruksinya, dimulai dari kebenaran (‘tersebar dan terberai’) kepada setengah benar (‘kebiasaan berbeda’) sampai kepada kebohongan nyata (‘tidak mentaati hukum raja’).” Mereka yang melawan pekerjaan Tuhan menggunakan argument yang kelihatannya logis untuk mempengaruhi pendapat pejabat (dan masyarakat). Metode yang mirip ditemukan dalam Matt. 4:1-11 (dan Luke 4:1-13).37

Saya berbeda. Saya tidak menyukai Haman atau mencoba membelanya. Dia bersalah, dalam pendapat saya, lebih kepada apa yang tidak dikatakan (menyebut Yahudi secara spesifik) dan dalam manipulasinya terhadap raja. Tapi tuduhannya pada Mordekai dan Yahudi itu benar. Untuk hal ini pertimbangkan hal berikut:

(1) Alkitab menunjukan orang Yahudi terus menerus memberontak terhadap Allah. Ini sangat baik disimpulkan oleh Stefanus dalam tuduhan yang membawa kematiannya:

51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. 52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. 53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” (Acts 7:50-53).

(2) PL menunjukan Haman benar berkata bahwa orang Yahudi dimasanya merupakan pembuat onar. Penawanan dan kehancuran Yerusalem merupakan hasil pemberontakan mereka. Untuk menghalangi pembangunan kembali bait, orang Samaria mengirim surat pada Ahasuerus dipermulaan pemerintahannya, menuduh orang Yahudi yang tinggal diYudea dan Yerusalem (Ezra 4:6).38 Kita tidak tahu nasib surat ini, tapi kita memiliki catatan Ezra tentang surat yang dikirim pada Artaxerxes, anak Ahasuerus. Dalam surat ini, orang Yahudi dituduh sebagai ras yang terus menerus memberontak dan pembuat masalah. Saat Artaxerxes menyelidiki dengan melihat catatan, dia menemukan tuduhan itu benar:

8 Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, telah menulis surat terhadap Yerusalem kepada raja Artahsasta, yang isinya sebagai berikut. 9 --Pada waktu itu ditulislah surat itu oleh Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, serta rekan-rekan mereka yang lain, para hakim dan punggawa dan pegawai-pegawai, orang Persia, orang-orang dari Erekh, dari Babel serta orang-orang dari Susan, yaitu orang-orang Elam, 10 dan bangsa-bangsa lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat. 11 Inilah salinan surat yang dikirim mereka kepadanya: Ke hadapan raja Artahsasta dari hamba-hamba tuanku, orang-orang di daerah sebelah barat sungai Efrat. Maka 12 kiranya raja maklum, bahwa orang-orang Yahudi, yang berangkat dari tuanku ke tempat kami, telah tiba di Yerusalem. Mereka sedang membangun kembali kota yang durhaka dan jahat itu; mereka menyelesaikan pembangunan tembok-tembok dan memperbaiki dasarnya. 13 Kiranya raja maklum, bahwa jikalau kota itu sudah dibangun dan tembok-temboknya sudah selesai, orang tidak lagi membayar pajak, upeti atau bea, sehingga kota itu akhirnya mendatangkan kerugian kepada raja-raja. 14 Sekarang, oleh karena kami mempunyai hubungan dengan raja dan tidak patut bagi kami melihat raja kena cela, maka oleh sebab itu kami menyuruh orang memberitahukan hal itu kepada raja, 15 supaya diadakan penyelidikan dalam kitab riwayat nenek moyang tuanku. Di dalam kitab riwayat itu tuanku akan mendapati dan mengetahui, bahwa kota itu kota durhaka, yang selalu mendatangkan kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah, dan bahwa orang selalu mengadakan pemberontakan di dalamnya sejak zaman dahulu. Itulah sebabnya maka kota itu dibinasakan. 16 Kami ini memberitahukan kepada raja, bahwa jikalau kota itu sudah dibangun kembali dan tembok-temboknya sudah selesai, maka bagi tuanku kelak tidak ada lagi milik di daerah sebelah barat sungai Efrat. 17 Maka raja mengirim surat jawaban ini: Kepada Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, serta rekan-rekan mereka yang lain, yang tinggal di Samaria dan di daerah yang lain seberang sungai Efrat. Salam! Maka sekarang, 18 surat yang kamu kirim kepada kami, telah dibacakan kepadaku dengan jelas. 19 Lalu atas perintahku telah diadakan penyelidikan, dan didapati, bahwa kota itu sejak zaman dahulu selalu bangkit melawan raja-raja dan bahwa penduduknya selalu mendurhaka dan memberontak. 20 Lagipula dahulu ada raja-raja yang berkuasa atas Yerusalem, yang memerintah seluruh daerah seberang sungai Efrat, dan kepada mereka dibayarlah pajak, upeti dan bea (Ezra 4:8-20, penekanan dari saya).

Inilah cara musuh Yahudi, orang Samaria menghentikan pembangunan bait. Mereka menuduh orang Yahudi keras kepala dan pemberontak. Mereka mendorong raja Persia untuk melihat catatan kerajaan. Dan dia menemukan mereka benar; orang Yahudi pembuat masalah. Kelihatan dari sejarah bahwa mengijinkan mereka membangun kembali Yerusalem dan Bait hanya akan memperlengkapi mereka untuk pemberontakan yang lain. Dalam hal ini, tindakan Mordekai sama dengan Yahudi sebagai bangsa.

(3) Dalam teks kita tidak ditemukan maksud berlutut pada Haman merupakan pujian atau pengakuan akan dewa. Dalam pasal 3 Kitab Daniel, sangat jelas berlutut didepan patung suatu yang salah. Tapi kasusnya lain disini. Dalam pasal 5 ayat 9, Haman kembali marah terhadap Mordekai, karena Mordekai tidak mau berdiri atau bergerak saat dia lewat. Ini bukan memuja; ini hanyalah menunjukan rasa hormat pada orang yang diposisi lebih tinggi.

(4) Apa yang tidak mau dilakukan Mordekai terhadap Haman, dilakukan oleh orang Yahudi yang saleh dalam menghargai atasan mereka (lihat 1 Samuel 24:8; 2 Samuel 1:2; 9:6, 8; 14:4, 22, 33; 18:28; 1 Kings 1:16, 23, 31, 53; 1 Chronicles 21:21). Itu dilakukan untuk menghormati pemerintah kafir:

14 Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun. (Genesis 41:14).

Seorang Yahudi memakai janggut saat orang Mesir tercukur bersih. Sangat mudah mengerti kenapa Yusuf, seorang tahanan, memiliki janggut, tapi juga merupakan bagian dari identitas Yahudinya. Bagaimanapun, Yusuf mencukur janggutnya sebelum menghadap Firaun. Dia tidak memuja Firaun; dia menunjukan hormat yang tepat. Tapi Mordekai kelihatannya menggunakan keyahudiannya sebagai tameng. Dia tidak menghormati Haman, walau raja memerintahkan hal itu.

Mentaati raja Persia bukan hanya suatu keharusan—lakukan atau mati. Itu perintah dari Tuhan. Saat nabi palsu mendorong umat Tuhan untuk tidak melayani raja yang menawan mereka, Tuhan yang memerintahkan orang Yahudi untuk melayaniNya:

6 Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya. 7 Segala bangsa akan takluk kepadanya dan kepada anaknya dan kepada cucunya, sampai saatnya juga tiba bagi negerinya sendiri, maka banyak bangsa dan raja-raja yang besar akan menaklukkannya. 8 Tetapi bangsa dan kerajaan yang tidak mau takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel, dan yang tidak mau menyerahkan tengkuknya ke bawah kuk raja Babel, maka bangsa itu akan Kuhukum dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, demikianlah firman TUHAN, sampai mereka Kuserahkan ke dalam tangannya. 9 Mengenai kamu, janganlah kamu mendengarkan nabi-nabimu, juru-juru tenungmu, juru-juru mimpimu, tukang-tukang ramalmu dan tukang-tukang sihirmu yang berkata kepadamu: Janganlah kamu mau takluk kepada raja Babel! 10 Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu dengan maksud menjauhkan kamu dari atas tanahmu, sehingga kamu Kuceraiberaikan dan menjadi binasa. 11 Tetapi bangsa yang mau menaruh tengkuknya ke bawah kuk raja Babel dan yang takluk kepadanya, maka mereka akan Kubiarkan di atas tanahnya, demikianlah firman TUHAN, dan mereka akan mengolahnya dan diam di sana. 12 Kepada Zedekia, raja Yehuda, aku telah berbicara dengan cara yang sama, kataku: Taruhlah tengkukmu ke bawah kuk raja negeri Babel, takluklah kepadanya dan kepada rakyatnya, maka kamu akan hidup.13 Mengapa engkau beserta rakyatmu harus mati oleh pedang, kelaparan dan penyakit sampar seperti yang difirmankan TUHAN tentang bangsa yang tidak mau takluk kepada raja Babel itu? 14 Janganlah dengarkan perkataan nabi-nabi yang berkata kepadamu: Janganlah kamu mau takluk kepada raja Babel! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu. 15 Sebab Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN, tetapi mereka bernubuat palsu demi nama-Ku, sehingga kamu Kuceraiberaikan dan menjadi binasa bersama-sama dengan nabi-nabi yang bernubuat kepadamu itu.” (Jeremiah 27:6-15).

Apakah orang Yahudi memuja raja? Jelas tidak. Tapi mereka tidak diminta untuk memujanya; mereka hanya diperintahkan untuk menunjukan rasa hormat pada pejabat yang ditunjuk. Dan Mordekai tidak melakukannya. Haman benar; Mordekai seorang pemberontak, dan dalam hal ini dia tidak berbeda dari saudara Yahudi yang lain.

(5) Tambahan terakhir dari teks kita mengkhianati fakta bahwa Mordekai keras kepala dan pemberontak. Yahudi Alexandrian, tidak nyaman dengan sikap dan tindakan Mordekai seperti yang dinyatakan dalam teks Ibrani, mencoba memperbaiki imagenya dengan tambahan:

“Sekitar 100 B.C., Alexandrian Yahudi, mencoba membuktikan kerohanian Mordekai . . . menyatakan doa ini: ‘Engkau tahu semua hal; engkau tahu, Tuhan, bahwa bukan karena kurang ajar atau kesombongan atau keangkuhan saya melakukan ini, bahwa saya tidak menunduk dihadapan Haman yang sombong; karena saya bisa mencium kakinya untuk keselamatan Israel. Tapi saya melakukannya untuk menempatkan kemuliaan Tuhan diatas manusia.’“39

Jika tidak sangat jelas Mordekai seorang yang sombong, keras kepala, orang Yahudi tidak akan berusaha mengubah teks asli.

(6) Penolakan Mordekai untuk menghargai dan menghormati Haman merupakan kemunafikan Mordekai hidup dalam standar ganda. Jika tunduk pada raja (atau salah satu pejabat) merupakan pemujaan yang salah, tapi dia mendorong Ester untuk menjadi pemuja berhala dengan menutupi keyahudiannya. Mordekai setidaknya bisa menggunakan keyahudiannya untuk tidak taat pada raja. Tapi Ester tidak bisa, karena dia menyembunyikan identitas itu. Maka itu, Ester pasti menyembah raja dan pejabat lain. Jika melakukan hal ini salah, kenapa Mordekai mengijinkan—Ester melakukan itu?

Hal ini jadi lebih buruk. Mordekai menerima apa yang tidak ingin dia berikan. Mordekai tidak mau menghormati orang yang diperintahkan raja agar dihormati. Tapi dalam pasal 6, saat raja memerintahkan Haman untuk memuliakan Mordekai, Haman (dengan segan) taat, dan Mordekai dengan senang menerima penghormatan ini:

10 Maka titah raja kepada Haman: Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukanlah demikian kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana. Sepatah katapun janganlah kaulalaikan dari pada segala yang kaukatakan itu. 11 Lalu Haman mengambil pakaian dan kuda itu, dan dikenakannya pakaian itu kepada Mordekhai, kemudian diaraknya Mordekhai melalui lapangan kota itu, sedang ia menyerukan di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya” (Esther 6:10-11).

Jika salah manusia dihormati seperti Tuhan, sebagaimana banyak sarjana membela pemberontakan Mordekai, kenapa tiba-tiba manusia dibenarkan melakukan hal itu terhadap Mordekai dan dia menerima hal itu? Kemudian, Mordekai diberikan posisi dan kekuasaan Haman. Saya tidak ragu kalau Mordekai mengharapkan dan menerima penghormatan dimana dia seorang Yahudi, tidak mau berikan pada manusia diposisi yang sama. Mordekai seorang munafik!

Saya tidak sendiri dalam hal ini. Whitcomb juga sangat dekat mengatakan Mordekai seorang yang keras kepala, pemberontak, yang menolak menghormati Haman dan melihatnya sebagai dosa:

Walau penulis kemudian menyatakan bahwa ‘raja Persia mendapat kehormatan dewa . . . tidak ada klaim seperti itu terhadap raja dalam monument Persia.’ (Paton, p. 196) Daniel tidak masalah berkata pada Darius the Mede: ‘Ya raja, kekallah hidupmu!’ (Dan. 6:21; cf. Neh. 2:3 penghormatan Nehemian kepada Artaxerxes). Lebih tepat menyimpulkan bahwa tindakan Mordekai dilihat sebagai ‘ekspresi bangsa Yahudi dan kesombongannya daripada mendukung Exod. 20:5.’40

Saya percaya inilah maksud dari penulis. Tidak ada yang saleh dalam sikap dan tindakan Mordekai. Dia dan Ester bukan teladan kesalehan. Mereka seperti seperti Yunus daripada Daniel. Tuhan tidak membebaskan umatNya karena iman atau kesetiaan Mordekai atau Ester. Dia melakukannya walau ada dosa. Mencoba menguduskan atau membenarkan tindakan Mordekai dan Ester, kita harus membelokan teks ini seperti yang dilakukan orang Yahudi diabad pertama dengan menambahkan ayat yang mengaburkan dosa kedua orang ini, yang tidak mau kembali ketanah perjanjian tapi tetap dalam pembuangan.

Haman pulled it off. Sangat sulit menjelaskan apa yang terjadi dengan penasihat raja yang baik sekali menyarankan tentang Vasti. Sangat sulit menangkap kenapa raja memberikan ijin untuk membinasakan suatu bangsa yang tidak diketahuinya dengan jelas. Tapi itu terjadi. Raja memberikan Haman persetujuan atas rencananya dan membiarkan dia mengurus selanjutnya. Dia memberikan Haman cincin agar bisa mencap atura tanpa raja membacanya. Haman tahu apa yang harus dilakukan, dan dia melakukannya. Hukum telah ditulis, diterjemahkan dalam berbagai bahasa dalam kerajaan, dan diedarkan oleh kurir keseluruh provinsi.

Pada hari ke13 bulan 12 semua warga kerajaan diberi ijin membunuh seluruh ras Yahudi, pria, wanita, dan anak, dan mengambil harta sebagai rampasan (3:12). Hukum itu dinyatakan seluruh provinsi agar semua melihat dan mentaatinya.

Implikasi dari hukum ini luar biasa. Tidak hanya Mordekai, Ester dan penghuni Susa dihukum mati, tapi semua Yahudi diseluruh kerajaan Persia. Ini termasuk Yahudi yang kembali ketanah perjanjian! Bisakah anda bayangkan sorak kegirangan orang samaria saat membaca Yahudi tidak hanya boleh dimatikan, tapi harta mereka juga bisa diambil? Ini mimpi yang jadi kenyataan bagi musuh Israel.

Kesimpulan

Musim panas ini serentetan kebakaran hutan terjadi diutara. Tragisnya, salah satu kebakaran terbesar terjadi di Colorado, lebih dari puluhan pemadam kebakaran mati saat terperangkap dalam api, bergerak oleh angina dan didorong oleh hutan yang kering. Baru-baru ini, hasil penyelidikan dari kematian ini dinyatakan dengan kesimpulan yang menyedihkan. Pejabat memutuskan insiden ini hasil dari kesalahan manusia. Jika aturan dan prosedur diikuti, tidak ada kematian dalam kebakaran ini.

Bagian kita berakhir dengan malapetaka. Walau raja dan teman mabuknya, Haman, duduk dibalkon istana menghisap minum mereka, seluruh kota bergolak. Bagaimana ini bisa terjadi? Jawabannya, ada dalam kesalahan manusia. Teks kita merupakan ilustrasi kebenaran Romans 3:10, menggemakan kembali Psalm 14:1-3 dan 51:1-4: “Tidak ada yang benar, tidak seorangpun.”

Seharusnya tidak heran hal buruk akan menimpa orang Yahudi yang menolak kembali keYerusalem dan Yudea. Bagaimanapun, Tuhan telah sejak dulu memperingatkan bahwa mereka yang memberontak terhadap hukumNya akan terus hidup dalam bahaya:

62 Dari pada kamu hanya sedikit orang yang tertinggal, padahal kamu dahulu seperti bintang-bintang di langit banyaknya--karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu. 63 Seperti TUHAN bergirang karena kamu untuk berbuat baik kepadamu dan membuat kamu banyak, demikianlah TUHAN akan bergirang karena kamu untuk membinasakan dan memunahkan kamu, dan kamu akan dicabut dari tanah, ke mana engkau pergi untuk mendudukinya. 64 TUHAN akan menyerakkan engkau ke antara segala bangsa dari ujung bumi ke ujung bumi; di sanalah engkau akan beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, yakni kepada kayu dan batu. 65 Engkau tidak akan mendapat ketenteraman di antara bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat berjejak bagi telapak kakimu; TUHAN akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah, mata yang penuh rindu dan jiwa yang merana. 66 Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan malam engkau akan terkejut dan kuatir akan hidupmu. 67 Pada waktu pagi engkau akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan berkata: Ah, kalau pagi sekarang! karena kejut memenuhi hatimu, dan karena apa yang dilihat matamu. 68 TUHAN akan membawa engkau kembali ke Mesir dengan kapal, melalui jalan yang telah Kukatakan kepadamu: Engkau tidak akan melihatnya lagi, dan di sana kamu akan menawarkan diri kepada musuhmu sebagai budak lelaki dan budak perempuan, tetapi tidak ada pembeli.” (Deuteronomy 28:62-68).

Serentetan kegagalan terjadi sampai pasal 3. Pertama, raja gagal menunjukan hikmat dan kearifan seperti yang ditemukan dalam pasal 1. Dalam pasal 1, raja mendengarkan nasihat orang bijaknya. Dalam pasal 2, dia bertindak atas saran kacungnya. Sekaran pasal 3, dia bertindak hanya atas saran Haman. Dia memberikan orang ini otoritas penuh sehingga dia bisa meluluskan hukum tanpa raja membacanya(dia memiliki cincin raja). Raja kemudian akan terkejut dengan hukum yang dilakukan Haman, dengan ijinnya. Dampaknya, raja mengumumkan kematian seluruh ras, ras yang samara. Raja gagal menghargai orang yang menyelamatkan nyawa dan kerajaannya, dan dia menyerahkan kerajaan pada Haman, yang bermaksud membunuh Mordekai dan seluruh rasnya. Seseorang melihat kebodohan raja hasil dari gangguan dengan wanita (2:19) dan anggur (3:15). Hanya dari pandangan manusia saja, raja membuat kesalahan yang sangat bodoh dalam teks ini.

Ketaatan Ester pada ayah angkatnya, diatas suami dan rajanya, juga sangat menjelekan dia. Dia menjadi ratu Persia karena kebohongan. Saya tidak berpikir dia berbohong; dia kelihatannya mengambil posisi, “tidak bertanya, saya tidak katakan kebohongan apapun.” Raja tidak bertanya, seperti yang seharusnya (setiap suami harus mengenal siapa saudara istri), dan Ester tidak mengatakannya. Jika raja mengetahui dia Yahudi, dan tindakan Haman melawan semua Yahudi pasti dia akan melakukan hal sebaliknya.

Jelas, Haman seorang yang licik. Tidak sulit melihat kesombongan dan keangkuhannya dan kebenciannya kepada Mordekai dan seluruh orang Yahudi. Dia menipu rajanya dan memanipulasinya, menyalahgunakan kuasanya. Dia berusaha menghancurkan seluruh ras. Siapa yang bisa mengatakan hal yang baik tentang orang ini? Dia jelas berkontribusi terhadap kekacauan ini.

Tapi focus saya ada pada Mordekai. Saya tertarik padanya karena dia figure central dari seluruh kitab Ester. Kitab ini bisa disebut Kitab Mordekai: dia yang menyuruh Ester masuk kekontes ratu; dia memerintahkannya untuk menyembunyikan identitasnya; dia tetap berotoritas atasnya daripada suaminya, raja. Tapi lebih dari itu, Mordekai membawa seluruh bangsa Yahudi dalam bahaya karena kesombongan dan pemberontakannya—bukan karena kebenarannya. Haman bahkan tidak mengenal Mordekai sampai pelayan raja membuat dia memperhatikanhal ini. Bahkan saat ditegur, Mordekai tidak mau tunduk atau menunjukan rasa hormat. Bahkan satu hal baik yang dilakukannya (memberitahu raja akan rencana pembunuhan) merupakan tindakan mementingkan diri sendiri; dia melindungi Ester dan kemauannya dengan menyelamatkan jiwa raja.

Belum cukup Mordekai licik dan membahayakan seluruh bangsanya. Tapi kemunafikannya lebih buruk lagi. Ditengah keberdosaannya, dia menyucikan seperti tidak bersalah. Dan itu berhasil! Tetap berhasil sampai saat ini, karena orang Kristen tetap membelanya, menjadikan dia sebagai teladan yang harus diikuti seperti yang kita lihat dalam komentar ini:

“Dalam karakter Ester dan Mordekai kita menemukan contoh bagaimana hidup taat. Seperti Yusuf dan Daniel ditempat asing, demikian juga Ester dan Mordekai taat pada arahan dan rencana Tuhan. Esther merupakan model dari murid Tuhan yang harus ditiru. Dia terus melakukan hal yang benar, membuat keputusan yang benar, dan berkata benar. Ester mencerminkan kebenaran.”41

Ini merupakan peringatan bagi kita. Mari kita waspada agar tidak seperti Mordekai, melakukan dosa atas nama Kekristenan. Banyak dari kita atas nama Kristus membuat orang lain marah karena kita tidak berlaku seperti orang Kristen. Tapi saat kita membela tindakan kita, dunia melihat kemunafikan kita dan menyimpulkan semua orang Kristen seperti kita. Kita tidak hanya membawa penyesalan bagi diri sendiri, tapi bagi nama Kristus.

Inilah maksud Petrus berabad-abad lalu:

11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. 12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. 15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. 17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! (1 Peter 2:11-17).

Inilah yang tidak ingin dilakukan Mordekai. Dia hidup di Persia, tapi tindakannya tidak baik diantara mereka, tidak seperti Yusuf dan Daniel serta orang lain. Prilakunya tidak menunjukan rasa hormat pada yang berkuasa. Dia menggunakan keyahudiannya sebagai “selubung bagi kejahatan.” Saat kita menderita karena dosa dan kebodohan, kita mencoba menghibur diri dengan mengatakan bahwa kita menderita untuk kebenaran. Petrus punya perkataan tentang hal ini:

18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. 19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.(1 Peter 2:18-20).

Kita juga harus sadar bagaimana kita mirip dengan Mordekai menutupi dosa dengan label kebenaran. Kita terus hidup dengan karakter kedagingan yang sama seperti saat kita belum percaya, tapi mengubah label terhadap apa yang kita lakukan. Kita terus mementingkan diri, melabelkan itu sebagai “kegiatan untuk Tuhan.” Kita mengejar keegoisan, dan kegiatan, dan menamakan itu “menjalankan karunia rohani.” Kita memberi seseorang “sedikit pikiran kita” dan menyebutnya nasehat. Kita ingin membalas dengan meminta disiplin gereja. Kita menarik perhatian kepada diri kita dengan bertindak sepertinya kita pejuang salib, ingin mempertahankan kebenaran murni. Kita menyebut dominasi sebagai “kepemimpinan rohani,” dan kita menyebut kepasifan sebagai “kepatuhan” Untuk tidak kehilangan muka atau persahabatan, kita tidak menegur mereka yang berdosa tapi menyombongkan diri telah menunjukan “kasih tak bersyarat” Kita menutupi permusuhan kita dengan label “kemarahan kebenaran.”

Kita menasihati orang lain, bukan karena kita sangat memperhatikan mereka, tapi karena ingin memenuhi keingintahuan kita. Kita mengatakan orang lain apa yang harus dilakukan, bukan karena Tuhan telah memerintahkan itu dan kita menasihati agar mereka taat, tapi kita senang memberikan pendapat dan mengatur hidup orang lain.

Kita berkhotbah dengan cara mengkritik orang lain dan menentang kepemimpinan mereka serta kontribusi iman untuk menarik perhatian pada diri kita sendiri. Kita bicara tentang kepemimpinan, tapi kenyataannya, kita hanya membujuk orang untuk mengikuti kita dan bukan Tuhan. Kita bicara tentang permohonan doa, yang kadang menjadi label untuk gossip. Kita berkata akan menjaga kemurnian dengan dengan memisahkan orang, tapi sebenarnya kita membuat perpecahan, yang dicela dan dilarang Tuhan dan rasulNya.

Kristen harus berbeda dari orang yang tidak percaya. Kita harus saleh dan berbeda dari gaya hidup mereka yang diluar kita. Saat anda melihat buah Roh dan karunia Roh, anda akan menemukan kita berbeda tidak hanya dengan menyerang dunia tapi hidup dalam dunia dengan kasih karunia dan kebaikan serta kebenaran. Kita harus berbeda; tapi kita harus berbeda “seperti Tuhan” berbeda. Tuhan kita tunduk pada pemerintah, dan kita juga begitu. Tuhan kita murah hati dan belas kasih, maka kitapun harus demikian. Tuhan kita menegur dan Dia menyerang, tapi ini bukan aturan; ini pengecualian. Mari kita memikirkan dengan serius dosa-dosa yang kita benarkan dalam hidup kita, dan membuang mereka..

Sebelum menyelesaikan pelajaran ini, saya harus menekankan walau keadaan orang Yahudi merupakan hasil dosa manusia, itu juga hasil dari tangan pemeliharaan Allah, menyebabkan “semua hal bekerja bersama” tidak hanya untuk kemuliaanNya, tapi juga untuk kebaikan umatNya. Cerita ini belum selesai, kita akan melihat walau manusia bermaksud jahat, Tuhan bermaksud baik. Tapi sudah jelas, tidak ada pujian bagi manusia. Semua kemuliaan hanya kepada Tuhan, seperti sudah seharusnya.


20 Joyce Baldwin kelihatannya ingin membenarkan penipuan Ester saat dia menulis, “Jika raja diharuskan mengambil seorang istri dari 7 keluarga terhormat dari Persia, seperti pernyataan Herodotus (The Histories iii. 84), maka ada alasan baik untuk diam.” Joyce C. Baldwin, p. 71, fn. 1.

21 Beberapa berspekulasi bahwa Mordekai ditempatkan digerbang karena dia sekarang menjabat sebagai pejabat publik, ditunjuk oleh raja tapi melalui interfensi Ester. Inilah posisi yang dipegang oleh J. Sidlow Baxter:

“Mordekai sendiri jelas dipekerjakan dalam pelayanan istana raja, karena dalam pasal ii. 5, dimana dia pertama kali disebutkan, kita diberitahu bahwa dia bertempat di ‘Shushan the Palace’ (tidak hanya dikota, yang cukup terpisah dengan istana, seperti yang dengan jelas ditunjukan oleh arkeolog sekarang). Tidak ada yang diluar pelayan istana bisa bertempat didalam istana. Dalam pasal ii. 19, 21 kita melihat dia memenuhi tugas rutinnya di “pintu gerbang raja,’ dan dalam pasal iii. 2 kita melihat dia dihitung diantara ‘pelayan raja’ yang melayani digerbang. Dalam pasal vi. 10 kita melihat bahwa raja sendiri mengenalnya sebagai ‘mordekai orang Yahudi, yang duduk dipintu gerbang raja.’ Jika Mordekai bukan pelayan istana, prajurit istana akan menghabisinya karena menolak mentaati aturan mengenai Haman.” J. Sidlow Baxter, Explore the Book (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1960), Vol. 2, p. 270.

Walau ini mungkin, itu tidak seluruhnya penting untuk mengerti apa yang diungkapkan cerita.

22 “Xerxes terbunuh dalam suatu konspirasi ditahun 465 dan diteruskan oleh anaknya Artaxerxes I (465-424).: Mervin Breneman, “Ezra, Nehemiah, Esther,” The New American Commentary (Broadman & Holman Publishers, 1993), p. 279.

23 Breneman setuju dalam tulisannya,

“Sebagai seorang Yahudi, Mordekai bisa membiarkan komplotan itu meneruskan rencananya dan mengambil kesempatan adanya raja baru. Tindakan itu, sangat membahayakan peran Ester sebagai ratu (juga cf. Jer 29:7; 1 Tim 2:2). Maka dari itu, untuk menjaga anak angkatnya Ester dan nasib bangsa Yahudi, Mordekai menggagalkan rencana pembunuhan itu. Mervin Breneman, “Ezra, Nehemiah, Esther,” The New American Commentary, (Broadman & Holman Publishers, 1993), Vol. 10, p. 322-323.

24 Untuk berspekulasi lebih jauh, seseorang harus bertanya bagaimana Mordekai bisa mengetahui rencana pembunuhan ini. Jika Mordekai dikenal sebagai orang Yahudi yang tidak tunduk pada raja, atau pejabatnya, maka dia tidak dianggap ancaman bagi musuh raja. Tapi, Mordekai memiliki anggapan yang sedikit berbeda dari mereka.

25 “Xerxes sangat memperhatikan kesetiaan terhadap tahtanya dan sangat dihormati. Kenyataannya, Horodotus menunjukan pada kita bahwa disatu pertempuran, ‘kapanpun dia melihat kaptennya melakukan tindakan yang berani terhadapnya; dan nama orang itu diambil oleh penulis bersama dengan nama ayah dan kotanya’ (8.90).” John C. Whitcomb, Esther: Triumph of God’s Sovereignty, (Chicago: Moody Press, 1979), p. 61.

26 Whitcomb berkomentar tentang nama Agag:

“Kenyataan bahwa dia [Haman] diperkenalkan disini sebagai seorang ‘Agagite’ telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang kesejarahan hal ini, karena sangat tidak mungkin seorang keturunan raja Amalek yang dihukum Samuel di Palestina hampir setengah milenium lalu (s Sam. 15:8; cf. Num. 24:7) bisa muncul disini sebagai pejabat Persia. Abad lalu C. F. Keil memperingatkan bahwa ‘nama Agag tidak cukup untuk tujuan [identifikasi], karena banyak individu mungkin dilahirkan dengan nama Agag, yaitu berkobar-kobar.’ Tapi masalahnya sudah selesai, karena Jules Oppert menerbitkan suatu tulisan dari masa Sargon of Assyria (c. 725 B.C.) yang menyebutkan Agag sebagai tempat di Media (yang kemudian masuk kedalam kerajaan Persia). ‘Dalam terang bukti ini, kelihatannya Haman orang asli dari propinsi ini (daripada seorang keturunan raja Amalek, Agag, seperti tradisi Yahudi katakan).’” John C. Whitcomb, Esther: Triumph of God’s Sovereignty, pp. 62-63.

Saya lebih setuju dengan posisi yang diambil oleh Breneman, dia menulis:

“Haman diperkenalkan sebagai ‘the Agagite,’ merupakan suatu kesengajaan rujukan kepada ketegangan antara Israel dan Amalek. Permusuhan ini dimulai dari masa keluaran saat Israel melawan Amalek dipadang. Exodus 17:15 menubuatkan bahwa Tuhan akan berperang dengan mereka dari ‘generasi ke generasi.’ Dewa Balaam (Num 24:7) memprediksikan bahwa raja Israel akan ‘lebih besar dari Agag’ (Sebutan Kehormatan Amalek). Permusuhan yang sudah lama antara Israel dan Amalek dilaporkan dalam 1 Sam 15. Agag merupakan raja Amalekites. Saul bin Benjamite, anak Kish (1 Sam 9:1-2) diarahkan untuk menghancurkan seluruhnya orang Amalek tapi gagal melakukannya walau dia menang perang. Dia menjadikan Agag tawanannya, tapi Samuel sang nabi menegur Saul dan mengutuk dia karena tidak menyelesaikan tugas. Samuel memotong Agag, dan kejatuhan Saul dimulai. Kemenangan militer Israel atas Agag merupakan bagian dari tradisi Israel, yang berdiri dibelakang kitab Ester.” Breneman, p. 326.

27 “‘Permulaan Tahun Baru merupakan waktu yang tepat bagi Haman untuk meminta tolong ilahnya, menurut agama Babilon, disaat itu dewa juga datang bersama untuk memperbaiki nasib manusia.’” John C. Whitcomb, p. 67, citing Moore, Esther, p. 38.

28 “‘Sesuai dengan praktek penulis dalam menjelaskan kata asing . . . dia berhak menggunakannya disini kata Ibrani yang dikenal goral, ‘lot’ (Isa. 34:17; Neh. 10:34; 1 Chron. 26:14; Psa. 22:19; Jonah 1:7; Prov. 18:18) untuk menjelaskan kata asing pur.’ Dalam tulisan terbaru tentang ‘Archaeology and the Book of Esther,’ Moore menyatakan: ‘jelas bahwa kata pur dalam Esther 3:7 dan 9:24 mewakili kata Babilon puru, artinya ‘lot,’ dan juga, ‘fate’ (J. Lewy, Revue Hittite et Asianique, 5 [1939], 117-24)’ Leon J. Wood menarik perhatian tentang fakta bahwa ‘M. Dieulafoy, yang menggali di Susa [1880-90], menemukan prisma berbentuk segiempat yang memiliki nomor satu, dua, lima, dan enam diukir disisinya. Ini jelas tipe yang digunakan dalam hal ini.’” John C. Whitcomb, p. 66.

“Maka dari itu keputusan besar, Nebuchadnezzar untuk menyerang Jerusalem ditahun 588 B.C. ditentukan oleh beberapa bentuk petunjuk (Ezek. 21:21), termasuk hepatoscopy, meminta petunjuk dewa dengan melihat isi perut domba.’” Whitcomb, pp. 67-68, mengutip, J. S. Wright and K. A. Kitchen, ‘Magic and Sorcery,’ in J. D. Douglas, ed., The New Bible Dictionary (London: Inter-Varsity Press, 1962), pp. 766-71.

29 “tanggalnya, mungkin bagian dari isi perkataan pejabat, diingat oleh orang Yahudi karena itu hari sebelum mengorbankan domba paskah (Ex. 12:6). Perayaan itu, dengan mengingat penyelamatan Tuhan dari Firaun, jarang menimbulkan pertanyaan, bisakah Tuhan tidak menyelamatkan kita dengan cara yang sama didalam pemerintahan?” Baldwin, p. 75.

30 “Hasil akhir sekali lagi meneguhkan kepastian Tuhan bagi umat perjanjianNya bahwa saat “undian dibuang . . . setiap keputusan adalah dari TUHAN’ (Prov. 16:33). Pemeliharaan Tuhan jelas dalam hal ini, karena penyihir mengundi hari dalam tahun itu, dan jatuh pada hari ke 13 dari akhir bulan 12, memberikan banyak waktu untuk menggagalkan rencana Haman dan melawan keputusan itu.” John C. Whitcomb, p. 67.

31 “Mungkin Haman tidak menyebutkan nama bangsa yang itu karena takut Xerxes akan mengingat keputusan bagi Yahudi yang diberi oleh Cyrus dan Darius Hystaspes (Ezra 1:1-4; 6:3-5; 6:8-12). Apappun motifnya, ‘dengan licin menambahkan nama orang yang terlibat, Haman sendiri tidak sadar membuat tempat bagi perlawanan Ester yang tak terduka dan kemenangannya atas Haman.’” John C. Whitcomb, p. 68, citing Moore, Esther, p. 38.

32 “Walau orang Yahudi, sangat miskin waktu mereka dibuang ke Babilon oleh Nebuchadnezzar dalam tahun 597 dan 586 B.C., ada banyak yang memberi dengan murah hati bagi saudara mereka yang kembali ke Palestina dibawah Zerubbabel ditahun 537 B.C. (Ezra 1:4). Nyatanya, peningkatan kemakmuran dalam Babilonialah yang menghalangi banyak orang buangan kembali kedaerah asal mereka.” John C. Whitcomb, p. 69.

33 J. Sidlow Baxter, Explore the Book (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1960), Vol. 2, p. 285.

34 J. Sidlow Baxter, Explore the Book (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1960), Vol. 2, pp. 270-271.

35 Jamieson, Fausset, and Brown, A Commentary: Critical, Experimental and Practical on the Old and New Testaments (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., [reprint] 1967), Vol. II, p. 639.

36 John C. Whitcomb, pp. 68-69.

37 Mervin Breneman, p. 330, citing C. Moore, Esther, AB (Garden City: Doubleday, 1971), p. 42.

38 Ini satu-satunya rujukan tentang Ahasuerus dalam Alkitab.

39 John C. Whitcomb, p. 63, citing Carey A. Moore, Esther, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1971), p. 106.

40 John C. Whitcomb, p. 64.

41 Mervin Breneman, “Ezra, Nehemiah, Esther,” The New American Commentary (Broadman & Holman Publishers, 1993), p. 297.

Report Inappropriate Ad