MENU

Where the world comes to study the Bible

1. Gambaran Umum yang Hancur (Yunus 1)

Pendahuluan

Beberapa tahun lalu, saya dan istri saya mendapat kesempatan yang sangat jarang diundang kerumah seorang pemimpin Kristen yang disegani. Kami sangat senang mendapat kesempatan mengenal mereka dan melihat seperti apa mereka itu. Saya sudah memiliki gambaran istrinya seperti apa. Saya membayangkan istrinya sebagai seorang yang diam, pasif, seorang yang lembut, yang sangat mengaggumi suaminya dan sangat dikagumi karena pengetahuannya serta perawakannya dalam lingkungan Kristen.

Topik pembicaraan kami bukan tentang kerohanian – kami membicarakan koboi dallas – tapi itu tidak mengubah harapan saya. Suaminya berkomentar tentang koboi, suatu komentar yang saya perkirakan akan disetujui istrinya. Sebaliknya istrinya berkata, “tunggu sebentar, bung…” saya hampir jatuh dari kursi. Bayangan saya tentang istri pemimpin Kristen langsung hancur.

Kita semua punya gambaran umum, dan kebanyakan tidak sesuai dengan hal itu. Yunus adalah seorang nabi yang tidak sesuai dengan pemikiran kita dan gambaran umum tentang seorang nabi Tuhan. Dia sangat berbeda dengan nabi yang lain yang ada diAlkitab.1 Kitab Yunus ditulis untuk menghancurkan gambaran umum kita terhadap nabi, terutama nabi Yunus.

Yunus berbeda dalam beberapa hal. Pertama, Yunus adalah seorang nabi yang dilihat lebih kepada siapa dia dan apa yang dia lakukan daripada apa yang dia katakan. Jika melihat isi Alkitab tentang perkataan Yunus, kita mendapat kesulitan mengerti pesan kenabiannya. (Keluhan Yunus bisa dimengerti, tapi itu bukan perkataan kenabian secara langsung. Itu semua lebih menyedihkan daripada perkataan kenabian.) Yunus adalah orang yang jarang berbicara, tapi perbuatan, tindakan, sangat kenabian.

Kitab Hosea menggambarkan Gomer sebagai bangsa Israel, dan Hosea, suaminya, menggambarkan Tuhan. Yoel menggunakan tulah belalang untuk menubuatkan kedatangan tentara musuh Israel, yang akan memenuhi tempat mereka dalam penghakiman. Demikian juga dengan Yunus merupakan gambaran yang mewakili bangsa Israel. Seperti Yunus yang dengan jelas menerima perintah Tuhan dan tidak taat, demikian juga bangsa Israel dikenal dengan ketidaktaatannya pada perintah Tuhan melalui Musa.

Nubuat lebih daripada pernyataan verbal; itu sering suatu dramatisasi. Kitab Yunus mendramatisasi keadaan kerohanian Israel, suatu kondisi yang dinyatakan dalam ketidaktaatannya pada perintah Tuhan dan pada panggilan ilahinya, suatu kondisi yang membutuhkan disiplin ilahi.

Kedua, Yunus merupakan satu-satunya nabi yang ditulis melarikan diri dari Allah. Yunus tidak dikenal karena ketaatannya, tapi karena ketidaktaatannya. Yunus, dalam pemberontakan dan ketidaktaatannya, dalam kekerasan hatinya, merupakan seorang yang mewakili pemberontakan bangsa Israel. Seperti perkataan Tuhan pada Musa, beberapa abad sebelumnya, “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk ” (Kel. 32:9).

Ketiga, Yunus adalah seorang nabi yang berbeda tidak hanya karena keras kepalanya, tapi juga karena kitab ini tidak menulis apakah dia bertobat dan dipulihkan “sukacita keselamatannya” Kita melihat kegagalan orang-orang dalam PL, tapi biasanya orang-orang ini kembali bertobat dan dipulihkan. Daud berdosa sangat besar, tapi dia bertobat. Abraham, Yakub, dan Elijah, semua memiliki saat gagal, tapi mereka bertumbuh dalam kedewasaan, iman dan ketaatan. Hal itu tidak terjadi pada Yunus. Selain kemungkinan Yunus adalah penulis kitab ini, kita hanya memiliki sedikit dasar untuk mengatakan bahwa Yunus akhirnya bertobat.

Pada saat ini saya memberitahukan anda bahwa saya tidak melihat adanya pertobatan dalam Yunus dikitab ini. Kecenderungan kita terhadap hal “selalu baik,” yaitu kecenderungan untuk mengatakan kalau nabi PL pasti melakukan hal baik untuk alasan yang baik – suatu kepercayaan yang sangat salah – terbukti dalam kitab Yunus. Sebagian besar buku tafsiran ingin melihat Yunus bertobat dalam kitab ini, beberapa ingin secepatnya melihat hal itu. Sejujurnya, saya tidak melihat adanya pertobatan, yang menurut saya merupakan salah satu pelajaran penting dalam kitab ini. Hati-hati mencari alasan untuk Yunus. Kitab ini bertujuan agar pembaca merasa lebih empati terhadap orang non-kristen (para pelaut dalam pasal 1, orang Niniwe pasal 3 dan 4 daripada nabi yang tidak taat ini.)

Saya percaya kalau Yunus, dalam kitab ini mewakili kekerasan hati dan roh tidak mau bertobat dari bangsa Israel. Kitab ini tidak ditulis agar kita merasa hangat, kabur, enak, tapi agar kita tidak nyaman, karena kitab Yunus ditutup tanpa solusi dari dosa Yunus, jadi PL menutupnya dengan tidak adanya solusi bagi dosa bangsa Israel. Hanya kedatangan Kristus memberikan kita rasa puas, pertobatan, dan pemulihan yang Tuhan ingin kita alami.

Tentang Nabi Yunus

Sangat sedikit yang bisa dikatakan tentang nabi Yunus diluar kitab Yunus sendiri. Dalam 2 Raj 14:25, Yunus diceritakan mendapat penglihatan bahwa kerajaan Israel utara akan memperlebar perbatasannya selama pemerintahan Yeroboam, seorang raja yang jahat. Maka dari itu kelihatannya aman untuk menyimpulkan kalau “Yunus” ini salam dengan orang dalam kitab Yunus, terutama keduanya dikatakan sebagai “anak Amittai”2 (cp. 2 Raj 14:25; Yunus 1:1). Nubuat Yunus kepada Jeroboam menyediakan latar belakang penting untuk memperluas pengertian kita terhadap kitab ini. Kita diberitahu,

Dalam tahun kelima belas zaman Amazia bin Yoas, raja Yehuda, Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, menjadi raja di Samaria. Ia memerintah empat puluh satu tahun lamanya. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Ia tidak menjauh dari segala dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Ia mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer. Sebab TUHAN telah melihat betapa pahitnya kesengsaraan orang Israel itu: sudah habis lenyap baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya, dan tidak ada penolong bagi orang Israel. Tetapi TUHAN tidak mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit; jadi Ia menolong mereka dengan perantaraan Yerobeam bin Yoas. (2 Raj 14:23-27, penekanannya dari saya).

Yunus merupakan seorang nabi kerajaan Israel selatan, yang pendahulunya adalah Elia dan Elisa. Hosea and Amos sepertinya sezaman dengan Yunus. Assyria, ibukotanya Nineveh, sudah mulai menunjukan dominasinya ditimur, tapi kekuasaannya mulai berkurang, membuat bangsa Israel dibawa kepemimpinan Yeroboam mengembangkan perbatasannya. Dalam kutipan ayat diatas, dinyatakan dengan jelas kalau kemakmuran Israel selama periode ini hanya karena anugrah Tuhan dan belaskasihanNya terhadap umatNya, yang sangat menderita. Bukan ketaatan sebagian bangsa, atau kepemimpinannya yang dilihat menjadi dasar berkat Tuhan. Dengan demikian, seperti pelayanan Yunus di Niniwe menghasilkan anugrah Tuhan, juga pelayanannya diIsrael menghasilkan anugrah Tuhan – dengan pengecualian, yaitu; Israel tidak bertobat dari kejahatannya, tapi Tuhan tetap memberkatinya, sementara orang Niniwe dengan sungguh-sungguh bertobat dari dosanya. Dalam hal ini anugrah Tuhan lebih besar terhadap bangsa Israel daripada Niniwe. Kerena Tuhan sudah berjanji untuk mengampuni mereka yang bertobat (cf. Jer. 18:7-8).

Kemakmuran Israel tidak berlangsung lama. Amos, sezaman dengan Yunus, memperingatkan hari datangnya penghakiman Tuhan atas Israel. Dia menghukum Israel karena penindasannya terhadap orang miskin dan ketidakadilannya (5:11-13). Sementara itu, orang Israel terus melakukan penyembahan, tapi Tuhan berkata,

"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir." (Amos 5:21-24).

Karena dosanya, Tuhan berjanji akan menghukum:

dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang Damsyik," firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam (Amos 5:27).

Sementara peringatan Amos sifatnya umum, hanya berbicara pembuangan Israel dimasa depan, , Hosea secara spesifik menujukan penawan Israel adalah Assyria:

Mereka harus kembali ke tanah Mesir, dan Asyur akan menjadi raja mereka, sebab mereka menolak untuk bertobat. Pedang akan mengamuk di kota-kota mereka, akan memusnahkan palang-palang pintu mereka, dan akan memakan mereka di benteng-benteng mereka. Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku; mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku. (Hosea 11:5-7).

Beberapa sarjana merasa sulit “menelan” mujizat dalam kitab ini seperti ikan menelan nabi. Saya tidak akan menghabiskan waktu membuktikan tentang mujizat, karena hal ini hanya iman semata. Tuhan pencipta alam semesta tidak menemukan kesulitan membuat mujizat yang digambarkan dalam kitab ini. Dari pelajaran kitab ini, kita menemukan bahwa mujizat paling sulit adalah melembutkan hati yang keras dari nabi ini. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah Tuhan menjelaskan kitab ini secara literal (Matt. 12:39-41), maka dari itu kita hanya perlu mengikuti langkahNya dan meneladani hal itu.

Overview Kitab Yunus

Kitab Yunus dibagi 4 pasal dalam terjemahan Inggris. Pasal-pasal itu bisa dibagi sebagai berikut:

Pasal 1 Yunus dan Para Pelaut
Pasal 2 Yunus dan Mazmurnya
Pasal 3 Yunus dan Kota Niniwe
Pasal 4 Yunus dan Tempat Berteduh

Yunus Melarikan Diri
(1:1-3)

1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: 2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." 3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

Yunus, nabi Tuhan diberikan perintah ilahi: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Peintah Tuhan jelas. Yunus harus keNiniwe yang didirikan oleh Nimrod (Gen. 10:11). Nineveh disebut “kota besar” yang menunjukan ukuran dan pengaruhnya. Kita yang tinggal di Dallas, Texas bisa diidentifikasikan dengan kata “besar” Dosanya juga “besar”.3 Yunus diperintahkan untuk menyatakan dosa mereka, karena sudah sangat besar dan telah sampai pada Tuhan, dan waktu penghukuman sudah dekat.

Sebaliknya, Yunus kabur, menaiki kapal yang berbeda arah:

Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. (vs. 3).

Nineveh terdapat disungai Tigris, sekitar 500 mil keutara Israel, tapi Yunus pergi ketimur. Tujuannya adalah Tarshish, sepertinya terletak disebelah barat pantai Spanyol.4 Kita mengetahui kalau Yunus melarikan diri “dari hadapan TUHAN,” pernyataan itu diulangi 2 kali dalam ayat 3. Saya tidak melihat hal ini berarti Yunus mengira bisa lari dari Tuhan, tapi itu merupakan pernyataan teknis, maksudnya adalah dia berusaha “mengundurkan diri” sebagai nabi.5 Dia mengembalikan selubungnya. Tidak lagi pelayanan kenabian! Sementara Tuhan yang maha hadir ada diNiniwe sedangkan Yunus tidak, maka dari itu dia akan sulit menjalankan tugasnya dari lokasi ini.

Kapal, Para Pelaut, Badai, dan Orang Berdosa
(1:4-9)

4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. 5 Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. 6 Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa." 7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. 8 Berkatalah mereka kepadanya: "Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?" 9 Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan."

Tuhan menurunkan badai dijalan Yunus, badai yang sangat hebat sehingga menakutkan pelaut senior (secara literal “berpengalaman”) dan akan menghancurkan kapal. Para pelaut mulai membuang muatan, agar kapal dan hidup mereka selamat. Pada saat yang sama, setiap pelaut berdoa pada tuhan mereka masing-masing supaya selamat. Pasti para pelaut ini berdoa pada tuhan yang menurut mereka memiliki kuasa atas laut.

Muatan harus dibuang untuk menyelamatkan kapal masih kurang. Sementara para pelaut bekerja dan berdoa dengan bingung, Yunus ada dibawah kapal tertidur lelap.6 Kapten kapal yang tidak percaya Tuhan tentu jengkel menemukan Yunus tertidur, sementara awak kapal lain berseru pada tuhan mereka. Yunus tidak diminta untuk membuang muatan, tapi diperintahkan untuk berdoa.7 Bayangkan ini. Seorang kapten kapal yang tidak mengenal Tuhan memerintahkan seorang nabi Tuhan untuk berdoa. Perhatikan, kita tidak pernah diberitahu apakah Yunus melakukannya. Tidak heran, jika anda jadi Yunus dan keras kepala menolak bertobat, apa yang bisa anda katakana pada Tuhan?

Pelaut itu melihat badai sebagai hal yang berkaitan dengan rohani. Hal pertama yang dilakukan adalah berdoa pada Allah mereka. Ketika semua itu tidak terjadi, mereka meminta Yunus dan Tuhannya. Kemudian, saat doa mereka tidak dijawab karena dosa yang tidak disadari, yang menyinggung salah satu tuhan: “setiap orang berkata pada pasangannya, ‘marilah kita membuang undi agar kita mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas badai ini.’ Jadi mereka membuang undid an jatuh pada Yunus” (vs. 7).

Hal yang mengagumkan adalah para pelaut tidak membuang Yunus kedalam laut saat undian jatuh padanya. Ingat, kapal sedang dalam proses kehancuran dan badai makin kuat. Mengabaikan bahaya yang didepan mata, para pelaut menginterogasi Yunus: “kemudian mereka bertanya padanya,”katakan pada kami! Siapa penyebab badai ini? Apa pekerjaanmu? Dan darimana engkau berada? Apa kotamu? Dari bangsa mana? (vs. 8).

Saya cenderung melihat semua pelaut berdiri disekitar Yunus, masing-masing mengajukan pertanyaan pada saat bersamaan. Yunus dibanjiri pertanyaan. Perhatikan, ceritanya dipaparkan dalam pasal 1, para pelautlah yang berbicara paling banyak dan Yunus hanya sedikit berbicara. Ia sedikit sekali berespon. Dia sulit berbicara. Dia seperti anak kecil yang tertangkap basah oleh orangtuanya, dibanjiri pertanyaan dan hanya memberikan respon tersembunyi. Sebagian orang berbicara banyak ketika bersalah, tapi banyak yang seperti Yunus, berbicara seminim mungkin, terutama jika mereka ingin mempertahankan kejahatan mereka.

Respon tegas Yunus (setidaknya seperti yang tertulis) adalah, “Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan” (Yunus 1:9).

Dengan pernyataan ini, semuanya menjadi jelas bagi para pelaut: Yunus seorang nabi Yahudi yang melarikan diri dari Tuhan. Yunuslah yang menyebabkan badai. Dosa Yunus telah mendatangkan bahaya buat seluruh awak kapal.

Yunus Keluar Kapal
(1:10-15)

10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang telah kauperbuat?" --sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 11 Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora." 12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." 13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. 14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki." 15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk.

Respon dari pelaut sangat luar biasa. Mereka tidak percaya terhadap keberania Yunus untuk tidak taat pada Tuhan. Respon mereka, “Apa yang telah kau perbuat?” hal ini mengingatkan teguran Abimelech kepada Abraham, ketika dia mengatakan Sarah adalah saudara perempuannya (Gen. 20:9). Disini ada seorang nabi yang sangat keras kepala bahkan orang yang tidak mengenal Tuhanpun terkejut (cf. 1 Cor. 5:1). Cerita Yunus ini tidak hanya cerita saja,8 tapi apa yang diketahui para pelaut cukup membuat mereka terkejut. Ingat, badai masih mengamuk dan kapal masih terancam hancur (cf. vs. 4).

Laut makin menjadi-jadi. Waktunya makin sempit. Seperti Abimelech yang membutuhkan doa Abraham, seorang nabi yang tidak taat (Gen. 20:7), para pelaut bertanya pada Yunus apa yang harus dilakukan untuk meredakan kemarahan Tuhannya. Bagaimanapun, dia seorang nabi. “jadi kata mereka kepadanya, ‘apa yang harus kita lakukan agar laut menjadi tenang kembali?’” (Yunus 1:11).

Yunus menyuruh para pelaut untuk mengangkat dan membuang dia keluar kapal, kedalam laut, dan kemudian laut akan menjadi tenang. (vs. 12). Kenapa Yunus tidak langsung lompat kelaut? Sepertinya para pelaut harus bertindak taat pada Tuhan melalui Yunus. Membuangnya kelaut berarti kematian bagi Yunus. Seperti orang Israel harus menjadi alat kematian pendosa melawan Tuhan (cf. Lev. 24:10-16), demikian juga para pelaut harus memberikan tangan pada Yunus dan membuangnya keluar. Dengan cara ini, mereka melepaskan diri mereka dari pemberontakan dan dosa dia.

Beberapa tafsiran ingin menunjukan pertobatan Yunus disini. Mereka melihat,

Dia akhirnya menjawab pertanyaan pelaut. Ya, dia mengakui bertanggung jawab atas badai. Ketaatan pelaut menghancurkan ketidakpeduliannya dan menyentuh kesadarannya. Sekarang dia menyadari betapa menakutkan dosa sehingga menyebabkan badai ini. Satu-satunya cara meredakan murka Tuhan adalah membuang dirinya kelaut seperti padang gurun dosanya. Kemauannya untuk mati merupakan indikasi kalau dia menyadari kesalahannya dihadapan Tuhan.

Yunus menunjukan kalau pertobatannya sungguh-sungguh. Orang ini tidak lagi menderita karena ketidaktaatannya. Dia menawarkan dirinya sebagai korban untuk dikorbankan agar mereka bisa selamat (vs. 12).

Dia tidak lagi lari dari Tuhan! Dia menyerahkan dirinya, tubuh dan jiwa, kepada Tuhannya. Disini dia menunjukan kepahlawanan iman! Dia tetap anak Tuhan, walaupun dia sudah berdosa..9

Saya sama sekali tidak melihat ada pertobatan disini.10 Saya tidak melihat ada pertobatan dalam seluruh kitab ini, dan pasti tidak dalam pasal 2. Kenapa harus kita lihat hal itu disini? Bagaimanapun, kita tahu Yunus ingin mati. Jika dia tidak bisa melawan perintah Tuhan dengan melarikan diri, maka pasti dia bisa melakukannya dengan kematian. Lebih jauh, para pelaut menunjukan ketakutan menumpahkan “darah orang tidak bersalah” (vs. 14). Jika Yunus benar-benar mengakui dosanya dan bertobat, bagaimana mereka bisa berpikir dia tidak bersalah. Pertobatan mengakui kesalahan, tapi para pelaut takut membunuh orang yang tidak bersalah. Tidak, tidak ada pengakuan disini. “prasangka tidak bersalah” muncul kembali disini.

Seseorang mungkin berpikir bahwa dalam situasi seperti itu, ketika badai makin besar dan bahaya makin mendekat, para pelaut harus secepatnya melakukan perintah Yunus. Sebaliknya, mereka melakukan usaha terakhir untuk menyelamatkan nyawa Yunus. Mereka berusaha mengayuh ketepi pantai, dimana mereka bisa meletakan dia (vs. 13). Ini suatu usaha yang sangat beresiko, karena batu karang dipinggir pantai, merupakan tempat terburuk ditengah badai. Tempat paling aman dari badai adalah menjauh dari pantai.11

Melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan Yunus, para pelaut menyimpulkan solusi Yunus merupakan satu-satunya pilihan. Sebelum membuangnya kelaut, para pelaut berdoa – sekali lagi: “Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki” (Yunus 1:14).

Orang tidak mengenal Tuhan ini sudah sangat jauh terlibat. Mereka sudah melupakan tuhan mereka untuk Tuhan yang benar. Mereka berdoa pada Tuhan sebelum melakukan langkah terakhir bagi Yunus. Dan mereka mengakui kekuasaanNya atas segala sesuatu. Setelah berdoa, mereka mengangkatnya dan membuangnya kelaut.

Laut Jadi Tenang, Tapi Para Pelaut Tidak12
(1:15-16)

15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. 16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.

Sewaktu para pelaut melihat Yunus tenggelam dibawah gelombang, mereka merasakan angina dan laut menjadi tenang. Mereka langsung mengerti bahwa semua yang mereka duga adalah benar. Tuhannya Yunus adalah satu-satunya Tuhan yang benar. Dia membuat badai karena Yunus melarikan diri. Dan, seperti dikatakan Yunus, membuangnya kelaut akan meredakan badai. Maka dari itu, pasal ini menyimpulkan dengan suatu laporan ibadah para pelaut. “Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar” (Yunus 1:16). Orang tidak mengenal Tuhan telah menjadi orang percaya, sementara nabi tetap tidak taat. Dalam rangka menghindar dari tugas memberitahu orang Niniwe, Yunus telah mengabarkan pada para pelaut, dan mereka percaya pada Tuhan.

Kesimpulan

Ada banyak pelajaran penting yang bisa dipelajari dalam pasal 1 kitab Yunus. Mari saya tegaskan beberapa pelajaran dan memberikan aplikasinya bagi kehidupan kita.

Gambaran umum kita tentang nabi dan orang tidak mengenal Tuhan tidak sesuai dengan Yunus. Salah satu tafsiran mengatakan seperti ini:

Sebagian aturan umum ideology agama Yahudi telah dibuang keluar dengan Yunus. Pendengar telah dibujuk untuk sama sekali melawan nabi Israel dan melihat anjing non-Yahudi dengan hormat dan kagum. Perilaku ini disebarkan oleh penulis akan dipanen kemudian.13

Mari hadapi ini, apakah anda melihat tulisan ini telah membalikan pahlawan menjadi penjahat? Membaca pasal ini, kita mengharapkan Yunus menjadi pahlawan, sementara para pelaut yang tidak mengenal Tuhan pasti menjadi penjahat. Ini merupakan cara pandang Yunus, dan orang Israel yang dijadikan contoh. Tapi dalam tulisan ini para pelaut yang berdoa, sementara Yunus tidak. Para pelaut berhadapan dengan dosa diatas kapal, tidak dengan Yunus. Para pelaut akhirnya menyembah Tuhan, tidak dengan Yunus. Para pelaut berbelas kasihan terhadap Yunus, sementara dia terlihat sedikit perhatian terhadap bahaya yang disebabkannya. Jelas pasal ini membalikan harapan kita.

Respon emosional saya terhadap pasal ini mirip dengan yang saya alami dalam kitab kejadian, tentang Yakub dan Esau. Esau seorang yang tidak mengenal Tuhan, tapi saya lebih menyukai dia daripada Yakub, seorang penipu dan pemalsu. Jika saya harus memilih tetangga sebelah saya antara Yakub atau Esau, saya pasti selalu memilih Esau. Demikian juga dengan pelaut dan Yunus. Saya lebih memilih orang-orang ini sebagai tetangga saya daripada Yunus. Hanya dalam kasus ini, para pelaut ini percaya Tuhan tidak seperti Esau.

Perhatikan perbedaan antara Yunus dan Para pelaut dalam pasal 1:

Para Pelaut

Yunus

Berdoa

Tidak terlihat berdoa

Aktif menyelamatkan kapal, diri sendiri

Tertidur lelap

Belas kasihan pada Yunus

Tidak peduli pada para pelaut, keadaan

Mencoba menyelamatkan Yunus

Tidak ada usaha menyelamatkan pelaut

Ingin Hidup

Ingin mati

Ingin menemukan “dosa”

Berkeras dalam dosa

Taat pada apa yang mereka tahu

Tidak taat walau tahu banyak

Memuji Tuhan

Tidak memuji

Gentar atas dosa Yunus

Kelihatan tidak tersentuh atas dosanya

Makin takut Tuhan

Tidak terlihat takut

Terlihat hanya ada satu hal yang disetujui keduanya, dan keduanya salah. Keduanya terlihat berpikir secara terpisah dan umum. Keduanya berpikir secara sectarian. Pertanyaan yang diberikan para pelaut menunjukan proses berpikir mereka. Pertanyaan mereka, seperti dalam ayat 8, menyangkutYunus: (1) pekerjaan (“apa pekerjaan anda?”); dan (2) asal ras dan etnis (“dan darimana anda datang? Apa kota anda? Dari bangsa mana anda berasal?”).

Tidak benar kalau Israel menjadi terlalu bangga akan pendahulu mereka (“kami keturunan Abraham”) dan status seperti pendeta mereka sebagai suatu bangsa sehingga mereka merasa lebih saleh dari orang lain ? dan bukankan kebangsaan dan pekerjaan Yunus dibanggakannya?

Pasal ini memberitahukan pada kita bahwa hal itu bukan masalah terpenting. Ada 2 masalah prinsip bagi Tuhan. Pertama adalah “mengasihi Tuhan,” kedua, “mengasihi manusia.” Yunus bisa menunjukan kasihnya pada Tuhan dengan ketaatan. Yunus tidak taat, dan menunjukan dirinya kurang kasih pada Tuhan yang diharuskan oleh hukum. Kedua, Yunus tidak mengasihi manusia, yang ditunjukan dengan kurang belaskasihan bagi para pelaut.

Dalam PB, Tuhan kita menegaskan kembali 2 prioritas ini – mengasihi Tuhan dan manusia – sebagai inti hukum PL, dan PB (cf. Matt. 22:34-40). Yesus mengajarkan pada muridNya bahwa jika mereka mengasihi Dia, mereka harus melaksanakan perintahNya dan mereka harus mengasihi satu sama lain (cf. Yoh 13:34; 14:15; 15:9-13).

Seharusnya mengejutkan kita bahwa dalam Alkitab pemimpin rohani Israel seperti nabi Yunus merupakan seorang yang “tidak baik” daripada “orang baik” Yunus melambangkan kejahatan pemimpin Israel dimasa Tuhan kita. Sementara kita berharap mereka menyambut Yesus, mereka malah menolak Dia, dan ingin membunuhNya. Mereka yang “menghancurkan rumah janda,” menjadi objek kemarahanNya paling keras (cf. Matt. 23).

Yunus 1 mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak peduli ras kita, asal kita, atau pekerjaan kita, tapi apa yang kita lakukan dengan perintahNya pada kita. Seperti Paulus katakana pada kita, Tuhan tidak tertarik apakah kita memiliki hukum (seperti orang Yahudi) tapi apakah kita melakukannya atau tidak.

11 Sebab Allah tidak memandang bulu. 12 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. 13 Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. 14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. 15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. 16 Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.

17 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, 18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, 19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, 20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. 21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? (Rom 2:11-21)

Maksud Paulus adalah memiliki hukum dan mengajarkannya, seperti yang dilakukan orang Yahudi, tidak cukup. Manusia harus mentaati hukum. Yunus, seperti orang Israel sekarang membanggakan diri memiliki hukum, tapi tidak melakukannya. Maka dari itu, para pelaut menjadi pahlawan dalam cerita kita karena mereka melakukan semua yang mereka ketahui sebagai kehendak Tuhan, sementara Yunus tidak taat pada perintah Tuhan.

Para pelaut selamat (menurut saya, baik fisik dan rohani) karena mereka taat pada kehendak Tuhan, dan menjadi “injil” bagi mereka. Mereka belajar kalau tuhan mereka bukan Tuhan, yang bisa menjawab doa mereka atau mengatur laut. Mereka mengetahui kalau dosa mendatangkan penghukuman. Mereka belajar bahwa Tuhan Israel adalah pencipta langit dan bumi. Dan mereka diberitahu kalau mereka akan selamat dari “kematian” oleh Yunus orang Yahudi.

Injil bagi pria dan wanita sekarang tetap sama, dalam hal prinsip, tapi lebih spesifik. Yesus Kristus adalah Tuhan, pencipta dan penopang semua ciptaan (cf. Col. 1:16-17). Melalui iman dalam Kristus, dalam kematianNya, penguburan, dan kebangkitan, kita diselamatkan. Kita seperti para pelaut dikapal, ada dalam bahaya penghukuman ilahi. Kita seperti mereka, diselamatkan oleh kematian yang lain, seorang Yahudi. Yesus Kristus dilahirkan untuk menanggung murka Tuhan agar kita selamat. Yunus seperti Yesus mati agar yang lain selamat. Tidak seperti Yunus, Yesus tidak berdosa, dan dia sukarela memberikan hidupnya diatas kayu salib di Kalvari untuk menyelamatkan semua yang percaya padaNya.

Biarlah iman para pelaut ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa kemunafikan bukan alasan bagi orang tidakpercaya. Yunus seorang munafik, dan saya percaya para pelaut melihat itu. Tapi, kemunafikan Yunus tidak menghalangi mereka percaya dan taat padaNya. Kegagalan Yunus melakukan perintah tidak menghalangi para pelaut untuk melakukan itu. Jangan coba menjadikan ketidaktaatan anda sebagai alasan dengan menunjuk orang lain. Kita semua layak hanya dengan taat pada perintah Tuhan.

Dosa membahayakan yang lain jadi harus disingkirkan. Yunus mengancam hidup para pelaut. Dosanya menyebabkan murka Tuhan mengancam semua orang diatas kapal. Hanya dengan membuang Yunus para pelaut selamat.

Ilustrasi disiplin gereja yang indah dalam cerita ini. Seperti Yunus membahayakan seluruh kapal, juga dosa orang percaya membahayakan dan menghancurkan seluruh gereja. Seperti kata Paulus, “sedikit ragi merusak seluruhnya” (1 Cor. 5:6). Maka itu, kegagalan gereja menghadapi dosa seorang anggota membahayakan seluruh gereja. Seperti Yunus dibuang keluar, demikian juga orang percaya yang keras kepala dan melarikan diri haru “dibuang keluar” (cf. 1 Cor. 5:5, 9-13).

Bukan posisi atau profesi kita, tapi tindakan kita yang membuktikan kita anak Tuhan. Mereka yang duduk diposisi tertinggi sering tidak taat pada panggilan mereka. Banyak diberi banyak tanggung jawab. Janganlah kita seperti Yunus, tidak taat pada yang dia tahu, tapi seperti para pelaut, taat pada semua kehendak Tuhan.

“mendapat kedamaian”tidak selalu bukti ada dalam kehendak Tuhan. Yunus tertidur lelap dikapal, tapi tidak taat pada Tuhan. Sementara “mendapat damai” bisa jadi bukti ada dalam kehendak Tuhan, tapi tidak selalu.Ketenangan Yunus hasil dari kekerasan hati dan kebekuan kesadaran. Mereka yang ada dalam keadaa itu merasa aman disaat bahaya terbesar

Dosa yang kita bicarakan memiliki gejala, yang harus diperhatikan semua orang percaya. Berikut adalah gejala dosa Yunus yang harus diberi perhatian:

1. Kurang berdoa

2. Tidak ada sukacita dan pujian

3. Kurang penghargaan pada hidup / kematian terlihat baik

4. Kurang merasakan dosa dalam hidup seseorang

5. Kurang merasakan akibat dosa terhadap orang lain

6. Kurang belaskasihan pada orang lain

7. Tidak taat pada perintah Tuhan yang sudah jelas

Biarlah gejala ini tidak muncul dalam hidup kita, dan jika ada, biarlah kita menghadapinya dengan serius.


1 “Umumnya cerita nubuat dalam PL memuliakan seseorang pilihan Tuhan bahwa dia dinyatakan sebagai seorang yang menyatakan kuasa dan kemuliaan Tuhan. Tapi Yunus bukan pahlawan: dia digambarkan sangat menyedihkan. Perhatian sebagian cerita nabi PL adalah menelusuri proses dimana perjanjian ilahi dipenuhi. Kitab ini, sebaliknya, menghancurkan pola itu dengan menunjukan bagaimana dan kenapa janji ilahi, berkaitan dengan penghancuran Niniwe tidak terjadi.” Leslie C. Allen, The Books of Joel, Obadiah, Yunus and Micah (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1976), p. 175.

2 Nama “Yunus” berarti “merpati,” walaupun kita cenderung melihat nabi ini seperti “elang.” “Amittai” berarti “[My] yang benar.”

3 “Kejahatan Niniwe meliputi, selain pemujaan berhala, kesombongannya (cp. Is. 10:5-19; 36:18-20), dan penindasan kejam terhadap bangsa yang ditaklukan dengan mengusir penduduk didaerah yang jauh (2 Raj 15:29; 17:6; Is. 36:16, 17), perang yang tidak manusiawi.” Theodore Laetsch, The Minor Prophets (St. Louis: Concordia Publishing House, 1956), p. 221.

4 “keinginannya untuk lari ke Tarshish, suatu koloni Phoenician kuno utara Spanyol, kota terbarat saat itu, ‘keluar dunia.’” Ibid., p. 221.

5 “Dia lari ‘dari hadapan Tuhan.’ Berdiri dihadapan seseorang sering digunakan seperti seorang pejabat. (Cp. Gen. 41:46; Ul. 1:38; 10:8; 1 Sam. 16:21f.; 1 Raj 17:1; 18:15; 2 Raj 3:14, etc.) lari dari hadapanNya = menolak melayani dia dalam jabatannya.” Ibid., p. 222.

6 “‘tidur lelap,’ hanya digunakan dalam Niphal, menunjukan terlelap (Yunus 1:5, 6; Ps. 76:7, A.V., 6), ‘dead sleep’ (Judg. 4:21; Dan. 8:18; 10:9); kata ini muncul dalam Gen. 2:21; 15:12; Prov. 19:15, etc.” Ibid., p. 223.

7 “Bangun dan panggil … —Yunus pikir dia sedang mimpi buruk: kata ini sama dengan yang Tuhan gunakan yang mengganggu hidupnya beberapa hari lalu.” Allen, pp. 207-208.

8 Ibid., pp. 210-211. Allen kelihatan mengubah footnotenya, tidak membuat Yunus sebagai pahlawan, karena dia penjahat, tapi saya melihat Yunus hanya ingin keluar dari tanggung jawab dengan kematian. Permohonan bunuh diri dalam pasal 4 menguatkan kemungkinan ini.

9 Laetsch, p. 227.

10 Untuk contoh pertobatan yang sungguh-sungguh, cf. 2 Sam. 24:17; 1 Taw. 21:17.

11 Kenapa Tuhan tidak menyelamatkan Yunus melalui usaha pelatu? Allen (p. 211) dengan benar, berkata karena Dia ingin Yunus tahu Dia menyelamatkannya melalui tindakan mujizat yang murni anugrah. Yunus butuh “keselamatan” paralel dengan yang akan diterima orang Niniwe. Yunus senang diselamatkan tapi tidak terhadap orang Niniwe.

12 Saya tersenyum melihat judul yang diberikan Allen (p. 205) diatas vv. 4-16, “Yunus’s Punishment: Heathen Homage.”

13 Allen, p. 212.

Related Topics: Character Study

Report Inappropriate Ad