MENU

Where the world comes to study the Bible

10. Eksposisi Eksegetis

Pendahuluan

Ada banyak bentuk kotbah, pelajaran yang bisa diberikan dalam proses mengotbahkan atau mengajarkan Alkitab. Pesannya bisa topical, atau biografikal, atau doctrinal atau berkaitan dengan masalah tertentu. Hal ini juga bisa dalam bentuk deklarasi, atau dalam gaya mengajar, atau dialog dengan jemaat. Dan bisa memiliki jangka waktu apapun. Ada keragaman besar dalam hal ini; dan beberapa keragaman bisa memperkaya setiap kelompok. Tapi pada intinya adalah pertanyaan mengenai hubungan pesan itu dengan Kitab Suci. Bagaimanapun juga, kita harus mengajar dan memberitakan FirmanFirmanNya, dan bukan ide kita. Jadi eksposisi eksegesis bisa menjalankan perintah ini dengan jelas. Saat anda melakukan kotbah dan pengajaran secara ekspositori, pesan anda akan sangat terikat erat dengan teks, sehingga orang bisa tahu idenya dari Tuhan, dan Tuhan bisa memberkati FirmanNya itu. Pemberitaan kita bersama dengan penerapan praktisnya akan sangat berguna jika berasal dari dan melalui Firman TUHAN.

Berlatihlah untuk membuat kotbah dan pengajaran anda secara ekspositoriartinya, inti dari keseluruhan pesan berasal dari teks Kitab Suci, didalam konteksnya, sebagaimana maksud penulisannya. Telusuri seluruh bagiannya, unit, sehingga seluruh bagian terbahas dan dihubungkan. Sehingga orang bisa belajar Kitab Suci dalam proses, selain tema, maksud, atau doktrin yang dikemukakan dari eksposisi tersebut. Ada saatnya kita akan menggunakan bentuk presentasi yang lain; tapi hal ini harus ada diinti setiap pelayanan yaitu memberitakan atau mengajarkan Firman.

Dan Tuhan akan memberkatinya. Dan orang akan mengerti, dan tidak ingin anda berkotbah seperti sebelumnya atau pesan yang kurang terkait dengan teks. Saya merasa sangat berarti mengeksposisi Perjanjian Lama secara umum, secara khusus Mazmur. Orang tidak hanya mendengar pesan dari bagian Alkitab ini saja, tapi sebagian besar tahu Perjanjian Lama dan mencintai Mazmur, yang memberikan ekspositor jalan mulus kehati mereka. Jika anda mulai melakukannya,i.e., mengembangkan dan membawakan eksposisi eksegesis dari Perjanjian Lama, ana akan melakukannya secara rutin.

Meletakan sebuah pesan bersamaan membutuhkan usaha. Melakukan segala usaha eksegetikalmenentukan teks terbaik, mendefinisikan kata, menafsirkan bahasa kiasan, meneliti struktur dan genre, menghubungkannya dengan budaya, dan menyeleksi teologi Alkitabnyamembutuhkan waktu menjadikannya kedalam bentuk kotbah yang baik. Bahkan dalam mengajar sebuah kelas Alkitab kita harus melihat lagi data mentah untuk memberikan presentasi yang tepat. Tapi pastilah untuk presentasi ekspositori (sebuah ibadah formal, pengajaran informal, penulisan artikel) kita perlu mengatur kembali materinya dan memilih apa yang akan digunakan dan menambahkan bagian kotbah yang membuatnya lebih efektif. Semakin pendek waktu bicara, semakin besar usaha yang harus dilakukan untuk membentuk pesandan mengatakan substansinya. Bagi saya, sampai sekarang, membutuhkan waktu 10 sampai 15 sampai 20 jam untuk mempersiapkan sebuah eksposisi, tergantung pada pesannya, dan jumlah waktu bicara saya. Bagian eksegesis hanya setengah perjalanan; pekerjaan untuk mengembangkan eksposisi membutuhkan waktu yang sama besarnya.

Halaman-halaman berikut ini akan melacak beberapa langkah tambahan dalam mengembangkan eksposisiapakah eksposisi tertulis, sebuah kelas informal, atau kotbah. Pengaturan sebuah eksposisi eksegetis sama dalam setiap kasus, walaupun tipe presentasi bisa berubah.

Sintesis dari Bagian

Sintesis dari sebuah bagian dimulai dengan sebuah garis besar eksegetikal dan membentuk sebuah ringkasan eksegetikal. Dalam melakukan sintesis sebuah bagian kita berusaha mengartikulasikan struktur dan kesatuan teks. Langkah-langkahnya diberikan dibawah, jika diikuti, akan menjaga agar eksposisi meliputi seluruh bagian (tidak mengabaikan bagian yang tidak cocok dengan pesan), dan meliputinya secara benar, sehingga pesan itu memiliki kesatuan dan progresi serta kejelasan. Dengan latihan beberapa prosedur ini akan terjadi secara insting; tapi langkah pertama harus diikuti untuk memastikan suatu sintesis yang lengkap dan akurat. Saya menggunakan mazmur sebagai contoh, tapi metodenya bisa digunakan disetiap bagian dalam Alkitab, Perjanjian Lama atau Baru.

Mengembangkan Garis Besar Eksegetikal

Sebuah garis besar eksegetikal adalah sebuah garis besar yang menggambarkan didalam kata-kata anda sendiri isi dari bagian itu. Hal ini ditulis dalam kalimat lengkap (= pikiran lengkap) dan bukan topik. Hal itu haruslah histories dan deskriptif dalam pengkalimatannya. Dan harus ditafsirkan dan tidak mengambil kiasan tinggi. Sebagai contoh kita akan mengerjakan Mazmur 2.19 Perhatikan prosedurnya, langkah demi langkah.

Langkah Pertama: Ringkas Ayatnya (atau Klausa utama dalam narasi)

Tulis sebuah pernyataan ringkasan secara singkat disetiap baris puisi (biasanya setiap ayat bahasa Inggrisnya). Jangan mengambil bahasa kiasan dalam pengkalimatan anda kecuali itu sebuah idiom umum, tapi berikan suatu arti tafsiran jika mungkin. Jangan menyatakan kembali jika sudah dilakukan paralelnya, tapi tafsirkan seluruh ayat sebagai satu unit. Gunakan kalimat lengkap. Jangan khawatir tentang bentuk akhir ditahapan ini, hanya akurasi penafsirannya. Untuk Mazmur 2 ringkasan ini bisa dilihat:

1. Pemazmur mengekspresikan keheranan terhadap bangsa-bangsa yang merencanakan suatu pemberontakan yang tidak bisa berhasil.

2. Pemazmur mengatakan kalau raja-raja dunia ini telah memutuskan untuk melawan TUHAN dan RajaNya.

3. Pemazmur mengutip pernyataan mereka untuk memberontak melawan otoritas TUHAN dan RajaNya.

4. Pemazmur menunjukan bahwa TUHAN menertawakan kesombongan para pemberontak.

5. Pemazmur memperkirakan satu hari TUHAN akan menyatakan penghukuman dalam murka dan menakutkan bagi seluruh pemberontak.

6. Pemazmur mengutip pernyataan TUHAN kalau Dia telah memberi raja untuk bertahta di Zion.

7. Pemazmur mengutip pernyataan raja yang menceritakan perjanjian yang menyatakannya sebagai raja yang diurapi.

8. Pemazmur mengutip penegasan raja kalau TUHAN telah berjanji memberikannya seluruh bangsa sebagai miliknya jika dia memintanya.

9. Pemazmur mengutip penegasan raja bahwa TUHAN telah memerintahkan dia untuk menghancurkan bangsa-bangsa yang memberontak.

10. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa agar mengindahkan sarannya.

11. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk beribadah pada TUHAN.

12. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk berlindung pada raja pilihan TUHAN karena penghukumannya segera datang.

Langkah Kedua: Kelompokan Ringkasan

Pelajari baris ringkasan anda untuk melihat mana yang bisa dikelompokan kedalam unit alami, apakah melalui bentuk struktur tulisan mazmur itu (jika ini bisa dimengerti), atau melalui subjek masalah. Bagi Mazmur ini saya mengusulkan kalau isi dari ayat-ayatnya menunjukan empat bagian setiap bagian memiliki tiga ayat:

1-3 Tiga ayat pertama menggambarkan aktifitas bangsa-bangsa yang memberontak yang ingin menumbangkan TUHAN dan rajaNya.

4-6 Tiga ayat berikut menulis respon TUHAN terhadap rencana memalukan mereka.

7-9 Tiga ayat berikut membahas pernyataan raja yang menunjukan hak dan keistimewaannya sebagai pilihan TUHAN.

10-12 Tiga ayat terakhir menulis nasihat pemazmur bagi bangsa-bangsa yang bodoh ini untuk tunduk kepada raja dan menjadi pemuja TUHAN yang sejati.

Langkah Tiga: Ringkas Tiap Kelompok Ringkasan

Setelah anda menetapkan pembagiannya, tulis ringkasan masing-masing. Ringkasan ini harus memasukan isi dari ayat-ayat dibawah mereka, tapi tidak sedetil ringkasan individualnya. Kelompok ringkasan ini sekarang menjadi angka romawi dari mazmur, dan ringkasan ayat (atau ringkasan sub-seksi lain) dibawah mereka menjadi sub-points.

Berikut ini adalah garis besar eksegetikal akhir saya dari Mazmur 2. Saya menyadari, ini butuh langkah penengah dalam memadatkan, mengedit, dan menulis kembali agar bisa sampai pada hal dibawah ini.

I. Pemazmur menunjukan betapa bodohnya bangsa-bangsa melawan TUHAN dan raja yang diurapiNya (1-3).

A. Dia heran akan kesia-siaan yang dilakukan bangsa-bangsa itu (1).

B. Dia menjelaskan tindakan bangsa-bangsa itu: mereka bersatu untuk mengakhiri otoritas TUHAN dan raja yang diurapiNya (2,3).

1. Para penguasa bermufakat melawan TUHAN (2).

2. Mereka bersepakat untuk keluar dari otoritasNya (3).

II. Pemazmur menunjukan tindakan TUHAN menetapkan rajaNya diatas tahta Zion (4-6).

A. TUHAN semesta alam mengolok-olok rencana sombong mereka (4).

B. TUHAN berbicara dalam murka terhadap mereka dan menetapkan raja pilihanNya (5,6).

1. Dia berbicara dalam murka dan menakutkan mereka (5).

2. Dia mengumumkan penetapan raja pilihanNya bukan mereka (6).

III. Pemazmur menunjukan penegasan raja bahwa dia berhak memerintah (7-9).

A. Pernyataan raja mengenai perjanjian (7a).

B. Raja mengulangi janji Tuhan dalam perjanjian: dimahkotai sebagai anak, mewarisi bumi, dan kedaulatan dominasi (7b-9).

1. Hari ini TUHAN menjadikan dia sebagai raja (7b).

2. TUHAN mengundang dia untuk meminta agar dia bisa menguasai para pemberontak (8,9).

IV. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa bodoh itu untuk tunduk pada raja baru atau penghukuman akan mereka tanggung (10-12).

A. Dia meminta para pemimpin bangsa itu agar bijaksana (10).

B. Dia meminta mereka untuk melayani Tuhan dan tunduk pada raja atau dihukum (11).

C. Dia mengumumkan berkat bagi mereka yang percaya padaNya (12).

Ringkasan Eksegetikal atau Sinopsis

Sebenarnya ini langkah keempat dalam keseluruhan proses sintesis. Sekarang kita ingin menulis satu kalimat ringkasan dari keseluruhan bagian. Jika anda melakukannya, anda bisa melihat kesatuan dan organisasi dari mazmur. (Jika anda tidak bisa melakukannya dirumah dengan pen dan kerta dan tidak ada batasan waktu, maka anda tidak tahu bagian itu dengan baik dan pasti tidak bisa menerapkannya dalam sebuah pelayanan).

Cara melakukannya adalah mengambil Angka romawi yang telah anda tulis dan meletakannya sebagai satu paragraph. Putuskan bagian mana yang menjadi ide utama, focus utama, atau klimaks (disini saya memutuskan seluruhnya membawa kepada nasihat pemazmur pada bangsa-bangsa, itulah yang menjadi klausa utama sayabagian lain ada dibawahnya). Jadi, awalnya tulis semuanya, dan mulai edit, padatkan, revisi menjadi format yang lebih pendek:

Pemazmur menunjukan betapa bodohnya keinginan memberontak melawan TUHAN dan raja pilihanNya. Pemazmur menunjukan pernyataan TUHAN untuk menetapkan raja pilihannya ditahta Zion. Pemazmur menunjukan penegasan raja dengan hak apa dia memerintah. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk tunduk kepada raja atau penghakiman akan datang atas mereka.

Hal ini butuh usaha untuk menjadikannya kedalam bentuk yang diinginkan, kecuali anda sangat baik dalam menulis dan mengedit. Tapi jika anda mengikuti seluruh proses anda akan terlibat dengan ide yang ada dimazmur ini sehingga anda mampu memikirkannya dengan jelas dan mengajarkannya tanpa garis besar dan manuskrip (yang bisa mematikan sebuah presentasi). Anda belum menulis sebuah ide kotbah, tapi ringkasan yang baik dari isi mazmur ini. Ini seharusnya sudah cukup pendek untuk diringkas kedalam satu kalimat; tapi harus cukup tepat masuk dalam mazmur ini dan hanya mazmur ini. Kalimat ringkas akhir saya terhadap Mazmur 2 sebagai berikut:

Pemazmur menasihati para bangsa kafir agar membuang rencana menyedihkan mereka memberontak melawan TUHAN dan raja yang diurapiNya serta tunduk pada otoritas Raja itu yang telah Tuhan nobatkan untuk menguasai bangsa-bangsa dan mengakhiri pemberontakan mereka.

Tentu, ada cara lain meringkas hal ini. Tapi inilah yang saya pilih untuk kalimatkan. Itu hanya cocok dimazmur ini saja. Itu secara mencukupi meliputi bagian utamanya. Dan berfokus pada nasihat pemazmur kepada orang bodoh. Dalam pengertian itu mazmur ini agak menginjili!

Eksposisi

Mengembangkan Garis Besar Ekspositori

Setelah melakukan garis besar eksegetikal maka menulis garis besar eksposisi menjadi lebih mudahdan memastikan kalau garis besar pesan cocok dengan bagian ini.

Ambil angka romawi anda dan ubah kedalam pernyataan yang lebih pendek dan lebih objektif, serta proposisional. Mereka tidak lagi histories dan deskriptif; mereka kekal dan teologistapi sesuai dengan bagian tersebut. Metode yang diikuti adalah subtitusi, biasanya dengan mengabstraksi ide, mendapatkan ide umum; ujian penerapannya adalah menentukan apakah prinsip yang anda tulis sesuai dengan pembaca asli dan juga pembaca modern. Ini haruslah pernyataan yang singkat karena orang akan mendengar dan perlu mengingatnya. Dan mereka harus (jika mungkin) dikalimatkan begitu rupa sehingga mudah dihafal. Terkadangtidak selalusaya menggunakan sign-post didepannya (seperti dibawah). Mazmur 2 menunjukan garis besar kotbah atau ekspositori seperti dibawah ini:

I. Kebodohan: Sia-sia bagi manusia untuk melawan otoritas Tuhan (1-3).

II. Rencana Tuhan: Otoritas Tuhan yang berdaulat menetapkan AnakNya memerintah (4-6).

III. Klaim Mesias: Raja yang diurapi Tuhan akan memerintah dunia dengan kekuasaan penuh (7-9).

IV. Hikmat: Bijaksana bagi manusia untuk mencari perlindungan dari penghukuman Tuhan dengan tunduk pada AnakNya (10-12).

Maksudnya adalah prinsip-prinsip yang ada dalam ayat-ayat dibagian tersebut; tapi pengkalimatannya harus tepat bagi pembaca lama dan juga dimasa sekarangsemuanya haruslah kebenaran yang kekal (inilah alasan anda harus berusaha mengikat Perjanjian Lama dan Baru dalam membentuk teologi).

Dibawah kondisi normal saya tidak akan meninggalkan metafora anak dalam garis besar, atau menggunakan istilah teknis mesias. Tapi dikedua zaman kata ini bisa dimengerti dengan jelas. Lebih lagi, didalam bagian ini saya menghabiskan cukup banyak waktu mengurusi kedua kata tersebut, pertama dizaman Perjanjian Lama dan saat diterapkan kepada Yesus dizaman Perjanjian Baru. Saya bisa menggunakan keduanya karena sesuai dengan mazmur ini, dan sesuai dengan Perjanjian Barudalam arti lengkapnya.

Ide Ekspositori

Sekarang, langkah terakhir dalam sintesis adalah mengurangi ringkasan eksegetikal menjadi pernyataan singkat yang sama seperti digaris besarnya. Ini haruslah sebuah kalimat teologis yang jelas, pengkalimatannya sesuai dengan konteks aslinya dan juga pembaca modern. Ini haruslah merupakan tema utama dari mazmurdan pesan anda. Ini merupakan teologi Alkitab dari bagian tersebut yang dibawakan secara eksegetis, dipadatkan dan diletakan kedalam pernyataan retoris yang efektif. Dari Mazmur 2 saya menulis:

Adalah hal bijaksana tunduk pada otoritas Mesias,
karena Tuhan telah menyatakan Dia yang akan memerintah dunia.

Ada banyak detil dan ide yang berhubungan dalam bagian ini, tapi hal itu menangkap maksud utama dari mazmur. Pembawaan pelajaran atau kotbah harus membawa cukup materi dari teks itu sendiri untuk menunjukan bagaimana ide ini, dan juga garis besarnya, dikembangkan. Ide ekspositori hanya memberikan sebuah pernyataan ringkas eksposisi mazmur tersebut yang mudah diingat.

Setelah ini telah dikembangkan, ekspositor bisa mengembangkan esensi pesan selanjutnya.

Formulasi Penerapan

Ini langkah pendek untuk menemukan arti teks dan menentukan artinya bagi kita dimasa kinitapi ini adalah langkah yang seringkali terlewatkan. Salah satu bagian terlemah dari eksposisi modern adalah penerapannya. Apakah ada penerapan penting, atau yang diberikan tidak berasal dari teks. Pembicara mungkin tidak tahu bagaimana mengembangkan sebuah penerapan, atau beranggapan ini sudah terbukti dengan sendirinya jika pesannya mendasar (cleverness is in, clarity is out), atau pembicara memiliki tujuan tanpa melihat teks apa yang digunakan.

Sebuah eksposisi eksegetis yang baik harus memasukan penerapan tertentu bagi pendengarnya. Anda harus menyatakan dengan jelas apa yang anda inginkan diketahui pendengar sebagai hasil eksposisi anda, apa anda ingin mereka percaya, dan atas dasar itu, apa yang anda ingin mereka lakukan (benar-benar lakukanbukan menyadari, tahu, pikir, mengerti, ingat, dll., tapi lakukan). Ini harus jelas dan positif. Jika negatif (jangan lakukan ini dan itu) anda harus menyatakan bagaimana menghindarinya dan sebaliknya harus melakukan apa; jika samar (memiliki iman lebih besar) anda harus mengatakan mereka bagaimana melakukan itu. Singkatnya, anda menjawa pertanyaan jadi bagaimana? bagi eksposisi anda.

Ada beberapa aturan yang harus diingat saat menjabarkan penerapannya dari bagian Perjanjian Lama:

1. Isolasi kebenaran teologis kekal yang akan diterapkan, tapi bekerja dalam arena yang berhubungan

Saat berusaha menerapkan pesan, pastikan anda menerapkan ide teologis utama dari bagian tersebut. Penerapan individual bisa dibuat dari ayat ke ayat. Tapi pada akhirnya anda menghasilkan maksud utama. Ini haruslah menjadi ide ekspositori anda, jika telah dilakukan dengan benar. Kata bijak Jerman kuno sesuai dengan hal ini: Hal utama adalah membuat hal utama menjadi hal utama.

Hal yang sulit adalah membuat ide teologis menjadi yang utama, bukan arena atau latar berlakang. Sebagai contoh, hukum dalam Imamat 11-15 semuanya berkaitan dengan kekudusan, pengudusan adalah maksud dibelakang spesifiknya. Hukum mengenai makanan, anak yang dilahirkan, dan lainnya. Ini semua adalah wilayah dimana prinsip teologis akan diterapkan, bukan detil aturan dari hukum Israel. Hal yang saya lakukan adalah mencatat latar belakang dan keadaan bagian itu, terutama jika mereka secara kultur terikat dengan orang atau tempat seperti Israel. Kemudian, saya akan mencari arena, latar belakang, atau keadaan yang sebanding dengan pengalaman pendengar saya dimana maksud teologisnya bisa dibuat. Saya harus menjabarkan sebagian untuk sampai kesana, tapi itu bisa dilakukan. Sebagai contoh, pengudusan bisa memiliki sebuah penerapan cara hidup kita, apa yang kita makan, bagaimana kita berpakaian, dan sebagainya. Jika saya ada dalam sebuah narasi seperti Daud dan Goliat, saya harus menjabarkan latar belakang sampai konfliknya, bahkan sampai peperangan rohani, untuk menunjukan bagaimana umat Tuhan perlu iman dalam menghadapi serangan. Jika itu adalah sebuah mazmur, tugas biasanya lebih mudah, kecuali situasi mazmur secara spesifik adalah Israel. Tapi pada umumnya, doa, pujian, keluhan, gossip, perasaan bersalah, dll, terdapat disepanjang masa.

2. Perhatikan Perbedaan antar Perjanjian.

Orang tidak banyak memperhatikan hal iniini memukul literalism atau dispensationalism Alkitab (--mereka yang menggunakan hal ini dalam arti pejorative-nya tidak tahu apa yang sedang mereka katakana). Maksudnya adalah ada beberapa perbedaan besar antar perjanjian. Perjanjian Baru bisa saja hanya membawa ide Perjanjian Lama menyeberang; tapi lebih sering memodifikasi sebuah ide, dan terkadang mengosongkannya. Walaupun kita menegaskan bahwa seluruh Firman Tuhan itu berguna untuk nasihat dan kebenaran, kita harus mengetahui kalau seringkali apa yang diatur telah diubah atau ditinggalkanperang suci melawan orang Kanaan, larangan pakaian dan makanan, hukum pernikahan dengan saudara, hewan korban, perjalanan ke Yerusalem, bait keimaman, larangan pelayanan bagi yang cacat, kutuk, dan banyak lagi yang lain.

Jadi, anda harus menyatakan prinsip kekal dari bagian tersebutteologinya; dan kemudian anda harus menunjukan bagaimana hal itu dijalankan dalam pengalaman Israel, dan bagaimana hal itu bisa dilakukan dimasa kini. Imamat 4 mengajarkan bahwa tidak ada pengampunan tanpa korban darah sebagai gantinya. Hal ini benar didalam kedua perjanjian; tapi yang lama adalah tipe, dan yang baru penggenapannya. Anda haru menjelaskan tipe dan juga penggenapannya. Penerapan anda harus membawa kebenaran itu sampai kepada penggenapan Perjanjian Barukarena kita memiliki suatu perjanjian yang berbeda dan lebih baik.

3. Perbedaan antara Penerapan Utama dan Sekunder.

Ada waktunya anda bisa secara sah mengambil penerapan dari sebuah bagian, tapi bukan maksud utamanya. Sebagai contoh, Mazmur 2 memiliki penerapan langsung bagi orang yang tidak percaya agar tunduk pada TUHAN dan raja yang dipilihNya. Jika anda membuat penerapan utamanya kepada orang Kristen, apakah dihibur oleh hal ini, atau terlibat dalam penginjilan seperti yang kelihatannya dilakukan oleh pemazmur, hal ini ada didalamnya, diimplikasi, bisa diterapkantapi sekunder. Anda tidak bisa membuat pesan ini kepada orang Kristen: Bijaksanalah dan tunduk kepada Anak. Mereka telah melakukannya! Tapi jika pendengar anda hampir semuanya orang percaya, maka anda bisa mengatakan maksud utamanya, baru mengatakan penerapan lain bagi kita sebagai orang Kristen, seperti .

4. Jangan Meninggikan Terapan dari Tafsiran.

Didalam sebuah penerapan anda memberitahu orang apa yang dimaksud teks bagi kita, apa yang menurut anda respon kita seharusnya. Usulan anda harus cukup spesifik. Tapi terlalu sering kelompok lain menjadikan penerapan sebagai otoritas mengikat, setara dengan Firman itu sendiri. Jika teksnya tidak menyatakan penerapannya, anda harus berhati-hati. Tegaskan apa yang ditegaskan sebagai hal yang mengikat; usulkan penerapan yang asalnya dari teks itu. Sebagai contoh, jika teksnya berkata Didiklah seorang anak didalam cara yang seharusnya dia ikuti dan anda memutuskan kalau didalamnya termasuk motivasi anak dengan benarboleh saja, tapi jangan katakan Tuhan menyuruh kita untuk memotivasi anak. Hal tersebut bisa saja bijak, membantu, merupakan usulan yang sangat baik, diajarkan ditempat laintapi hal itu mengungkapkan hal yang berbeda dari ide Ibrani dengan mendidik anak, kecuali eksegesis anda menunjukan kata kerjanya memasukan ide itu. Maksud saya adalah apa yang anda katakana pada orang lain untuk lakukan sebaiknya sesuai dengan apa yang dikatakan teks itu sendiri, atau merupakan implikasi jelas dari teks. Dan jika teks itu memberikan sebuah prinsip umum, kita bisa mengusulkan cara penerapkannya, cara-cara yang sejalan dengan pengajaran lain dalam Kitab Suci.

5. Jelas, Langsung, dan Spesifik.

Penerapannya harus jelas bagi para pendengarnya, jelas berasal dari teks, dan jelas artinya. Ada saatnya, penerapannya berbentuk umum tanpa spesifikasi. Dan ada saatnya terlalu banyak spesifikasi. Sebagian dikarenakan kurangnya persiapan; tapi sebuah kesimpulan dengan pengkalimatan penerapannya yang tepat harus secara seksama ditulis dan dianggap sebagai bagian dari persiapan eksposisi. Terlalu silit menyatukan seluruh ide pada akhirnya jika tidak dikelola sebelumnya.

Saat kesimpulan telah ditulis, saat anda tahu maksud dari bagian ini, maka anda sudah siap menulis pendahuluanbukan sebelumnya. Pendahuluan yang baik menarik perhatian pendengar, memperkenalkan subjek masalahnya, dan (yang paling penting) menciptakan atau menjabarkan kebutuhan yang dibahas dalam bagian tersebut.

Korelasi

Tujuan kita dalam korelasi adalah menghubungkan bagian yang sedang dieksposisi dengan bagian Alkitab lainnya yang memiliki ide teologis yang sama. Korelasi sangat penting karena (1) menunjukan kesatuan Alkitab dan terutama relevansi berlanjut dari Perjanjian Lama kedalam dunia Perjanjian Baru. (2) Korelasi juga memberikan penguatan terhadap ide teologis dan penerapannya. (3) Lebih lagi, korelasi dengan sebuah bagian dalam Perjanjian Baru menunjukan bagaimana kebenaran teologis dari bagian itu dinyatakan dalam sebuah latar belakang berbeda, mungkin dalam sebuah budaya berbeda.

Sangat penting mengikuti beberapa aturan saat membuat korelasi:

1. Korelasikan ide teologis dari bagian tersebut.

Anda mengkorelasi hal yang diajarkan bagian tersebut. Ada banyak cerita, peristiwa, latar belakang, dan keadaan yang mirip dalam Alkitab; tapi mengkorelasikannya tidak banyak membantu eksposisi. Anda berusaha menemukan bagian Alkitab mana yang sedang mengajarkan kebenaran yang sama. Pada awalnya ini mungkin sulit dilakukan, tapi saat anda mengajar dan berkotbah dari Alkitab hal ini akan datang secara cepat dan alami.

2. Hati-hati dalam mengkorelasi ide anda dengan Perjanjian Baru, terutama tulisan-tulisan para rasul.

Hal utama yang ingin kita ketahui disini adalah dimana ide ini diajarkan atau dikonfirmasi dalam Perjanjian Baru. Tapi ada beberapa kesulitan yang harus dihindari dalam melakukan hal ini:

a. Anda bisa mengkorelasi dengan bagian-bagian dalam Injil, tapi seringkali memiliki masalah tambahan. Anda mungkin menemukan diri anda banyak menjelaskan tentang bagian Injil tersebut dalam membuat hubungan, dimana tulisan-tulisan para rasul menyatakan secara langsung ajaran dan nasihat tersebut. Faktanya, sebagian besar metode yang telah kita pelajari untuk eksegesis bisa juga diterapkan kepada kitab-kitab Injil, karena mereka seperti tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama. Mereka menggambarkan kegiatan yang terjadi dibawah Taurat. Jadi saat berkotbah atau mengajar dari kitab-kitab Injil ekspositor harus mengkorelasikannya dengan surat-surat rasul. Ini jarang dilakukandan ini sebagian alasan mengapa terdapat kebingungan dalam pengajaran.

b. Anda mungkin menemukan korelasi saat bagian Perjanjian Baru mengutip bagian yang sedang anda bahas, tapi beberapa diantaranya perlu diteliti. Perjanjian Baru bisa saja saat itu membuat penerapan spesifik dari bagian yang anda bahas, tapi bukan ide utama. Pastikan saat anda mengkorelasi bagian itu, seluruh konteks terlibat. Roma 8 melakukannya dengan Mazmur 44; tapi 1 Korintus 15 sedang membuat suatu tafsiran tipologis mengenai buah sulung yang merujuk pada kebangkitan Yesus dalam Imamat 23. Jika anda mengeksposisi Imamat 23, anda akan mencari pengajaran Perjanjian Baru tentang ucapan syukur bagi korelasi anda. Anda bisa memasukan tipologi, tapi itu bukan tekanan utama eksposisi Imamat 23.

c. Hati-hati bersandar pada sumber kedua dalam korelasi. Ada saatnya mereka mengambil bagian yang memang memiliki pesan teologis yang sama, tapi membuat koneksi yang tidak sama.

3. Jangan membuat korelasi Perjanjian Barunya sebagai pesan anda.

Seringkali lebih mudah mengakhiri pengajaran atau kotbah dari teks Perjanjian Baru bukannya bagian yang sedang anda eksposisikan. Ini bisa terjadi eisegesis jika anda tidak hati-hati. Jika eksposisi berasal dari bagian Perjanjian Lama, maka bagian itu punya pesan yang harus dikemukakan. Materi yang berkorelasi berfungsi menunjukan kalau ide itu memang diajarkan ditempat lain dalam Alkitab. Jika anda ingin mengeksposisi bagian Perjanjian Baru yang anda korelasikan, maka lakukan itu (dan hubungkan latar belakangnya dari Perjanjian Lama).

4. Jaga kejelasannya.

Sangat mudah melihat korelasi dan setiap idenya didalam sebuah bagian, tapi setelah itu terlalu banyak bagi orang lain. Anda harus berusaha sebaik mungkin sepanjang eksposisi, tapi simpan satu atau dua koneksi untuk kesimpulan. Hal itu memudahkan orang lain untuk mengerti.

Hati-hati: sangat mudah muncul ide yang ingin anda ajarkan dari sebuah bagian, ide yang anda ketahui dari bagian lain Kitab Suci, dan mengkorelasikannya bukannya menemukan koneksi Perjanjian Baru yang benar dengan ide teologis sebenarnya dari bagian tersebut. Hal itu tidak membantu; faktanya, membingungkan orang apakah maksud dari bagian tersebut dan metode dalam mempelajari Alkitab.

INGAT: Anda hanya berusaha mengeksposisi sebuah bagian Alkitab, menunjukan kepada orang lain maksud dari bagian tersebut yang didasarkan pada eksegesis anda, bagaimana anda bisa mengetahuinya, relevansinya, dan dimana ide itu diajarkan dengan jelas dalam bagian Alkitab lainnya. Anda mungkin harus menunjukan perubahan antar budaya, perjanjian, atau konteks dalam proses ini; tapi orang lain kemudian bisa mulai berpikir secara alkitabiah, kontekstual, eksegetikal. Dan itu maksud semua ini.


19 Sebagai contoh, didalam Mazmur 125 ada tiga varian (dan saya mendaftarnya agar anda memiliki ide yang lebih baik mengenai lingkup sebuah varian atau pembacaan): Didalam ayat 1 MT menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion which can never be moved but remains forever; Jerusalem--as the mountains are around it . . . dan Yunaninya menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion; the one who remains in Jerusalem can never be moved. Masalah kedua berkaitan dengan pembacaan dari ayat 3, the rod of wickedness dimana Yunaninya menulis the rod of the wicked. Dan masalah ketiga adalah MT memilikinya sebagai subjek, The rod of wickedness will not rest on the righteous tapi Yunaninya The LORD will not permit the rod of the wicked to rest on the righteous. Pada ketiga kasus diatas Yunaninya memuluskan teks Ibrani (dan karena itu memperbaiki) yang lebih sulit.

Related Topics: Bible Study Methods

Report Inappropriate Ad