MENU

Where the world comes to study the Bible

3. Dilema dan Keputusan Ester (Esther 4:1-17)

Pendahuluan

Beberapa tahun lalu, teman saya Bill McRae datang kesuatu pemakaman dalam gereja yang tidak lagi menyatakan injil secara jelas. Saat kami menunju mobil setelah pemakaman, Bill berkomentar, “Apa yang dikatakan pendeta bukan masalah; tapi apa yang tidak dia katakan.” Sering apa yang tidak dikatakan lebih penting daripada apa yang dikatakan. Coba pikir, istri yang ingin sekali mendengar suaminya berkata “aku cinta kamu,” atau wanita muda yang berkencan dengan pria muda untuk beberapa lama tapi belum mendengar kata “menikah” (atau dalam bahasa sekarang, “komitmen”).

Dalam Kitab Ester, apa yang tidak dikatakan sangat penting. Sayangnya, banyak orang yang membaca dan mempelajari Ester (termasuk sarjana Alkitab yang menulis tafsiran tentang kitab ini) “mengisi yang kosong,” daripada meninggalkan tetap kosong dan belajar dari diamnya sang penulis. Saat kita mulai pelajaran kita di pasal 4, saya ingin meminta anda membuat suatu komitmen: terima teks ini sebagaimana adanya. Saat penulis secara spesifik menyebut hal tertentu, perhatikan itu. Dan saat penulis menghilangkan beberapa elemen penting, jangan pikir dia bermaksud agar kita mengira demikian; tapi, penulis berharap agar kita memperhatikan hal yang hilang itu. Dengan demikian, anda akan membaca teks sebagaimana adanya dan belajar dari apa yang tidak dikatakan dan yang ada.

Peristiwa Sebelumnya

Penulis memulai kitab ini dengan perayaan selama 6 bulan yang diadakan raja Ahasuerus (Xerxes) bagi kaum bangsawan dalam kerajaan. Diakhir perajaan ini, raja mengadakan pesta selama seminggu bagi seluruh penghuni Susa, kepada yang miskin maupun yang kaya. Sebagai akhir, raja memerintahkan Vasti, sang ratu untuk muncul dalam keagunganya menunjukan keagungan raja.

Untuk alasan yang tidak dijelaskan. Vasti melakukan hal yang tak terpikirkan—dia menolak untuk muncul. Raja dipermalukan, karena dia telah menghabiskan 6 bulan menunjukan kemuliaan dan keagungannya. Sekarang istrinya tidak mau tunduk pada kepemimpinannya. Walau sangat marah pada Vasti karena tidak menganggap otoritasnya, raja meminta nasihat dari orang bijak. Mereka setuju bahwa Vasti telah melakukan kesalahan besar, dan berita dia tidak menganggap otoritas suaminya bisa memiliki dampak merusak bagi pernikahan diseluruh kerajaan. Akibatnya, mereka menasihati raja agar Vasti disingkirkan sebagai ratu dan memilih yang lebih baik dari Vasti; mereka juga menasihati agar keputusan itu dibuat menjadi hukum dan dikirim keseluruh provinsi dikerjaan agar semua belajar kalau tindakan seperti itu tidak bisa ditoleransi.

Setelah beberapa waktu, hati raja sekali lagi memikirkan Vasti, tapi kacungnya mendorong dia agar memulai proses pemilihan ratu yang baru. Pria seperti Ahasuerus, ini suatu kesenangan besar dan menjauhkan dia untuk tidak membatalkan keputusan sebelumnya. Proses pemilihan ratu menghasilkan Ester, seorang yahudi yang dibesarkan oleh paman dan ayah angkatnya Mordekai. Dia memerintahkan Ester untuk merahasiakan asal usulnya dan hubungan dengannya.

Untuk suatu alasan, ada kumpulan wanita yang menyibukan raja untuk dicoba (untuk jadi ratu?) Ester terus merahasiakan identitasnya dari raja. Saat duduk digerbang raja, Mordekai mengetahui rencana Bigthana dan Teresh untuk membunuh raja, yang kemudian diberitahukan kepada Ester, dan pergi kepada raja memakai nama Mordekai. Penyelidikan selanjutnya membuktikan laporan ini benar dan kedua pengkhianat ini digantung. Raja biasanya menghargai kesetiaan, tapi untuk suatu alasan Mordekai tidak diberi penghargaan, dan hal ini terlupakan, walau ditulis dalam tulisan raja saat dia mencarinya.

Tiba-tiba Haman, karakter baru, diperkenalkan. Haman muncul sebagai pangeran yang diatas semuanya, setidaknya dalam pikiran raja. Raja mengangkat dia diatas semua orang dan sangat mempercayai dia, suatu keputusan yang terbukti bodoh. Walau raja memerintahkan semua warganya menunjukan hormat pada Haman, Mordekai menolak, yang membuat pelayan raja menegurnya. Saat ditegur, dia beralasan atas keyahudiannya. Bagi dia, itu yang terpenting. Tapi bagi pelayan raja hal ini tidak masuk akal. Dan mereka memberitahukan hal ini pada Haman apakah bisa membuat Mordekai menunjukan rasa hormat pada tangan kanan raja, perdana mentri Persia.

Walau murka, Haman menahan diri. Dia melihat Mordekai dan Yahudi lain sama saja, dan tujuannya tidak hanya menyingkirkan Mordekai tapi setiap Yahudi didalam kerajaan. Disaat yang tepat, dia mendekati raja dengan suatu usulan. Dia memberitahu raja bahwa ada ras tertentu yang mau memberontak, yang tidak mau tunduk (tidak seperti Vasti) dan raja harus menyingkirkan mereka. Dia menawarkan uang yang sangat besar pada raja untuk menyatakan hari tertentu dimana setiap orang dalam kerajaan bisa membunuh setiap orang Yahudi yang mereka temui dan merampas milik mereka. Ini cara yang menarik semua orang, menyingkirkan musuh mereka, dan mempraktekan kefanatikan ras mereka.

Nama dari ras ini tidak diberitahu pada raja, dan dia juga tidak memintanya. Ahasuerus memberikan cincinnya kepada Haman, seperti memberi cek kosong. Sekarang Haman memiliki otoritas untuk membuat hukum apapun yang disukainya—dengan nama raja. Kita bisa mengatakan, raja tidak pernah membaca hukum atau menandatanganinya. Dia menyerahkan sepenuhnya hal ini kepada Haman. Saat raja dan Haman duduk minum anggur, seluruh kota Susa ada dalam kebingungan. Teks kita dari cerita kebingungan yang terjadi atas warga kota Susa.

Mordekai Berkabung
(4:1-3)

1 Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. 2 Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja, karena seorangpun tidak boleh masuk pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung. 3 Di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya.

Mordecai, mempelajari semua yang terjadi. Ini kelihatannya menunjukan dia memiliki informasi dari dalam. Kita tahu itu bukan dari Ester, karena Mordekai yang memberitahunya..

Saat Mordekai tahu hukum apa yang sedang dibuat oleh Haman, dia mulai berkabung. Dia tidak berkabung secara pribadi, tapi didepan umum; sangat terbuka. Mordekai pergi ketengah kota dan ke “gerbang raja.” Dia tidak masuk gerbang, karena terlarang bagi yang berkabung. Raja menjauhkan dirinya dengan kesedihan. Sangat tidak popular menunjukan kesedihan diistananya (lihat Nehemiah 2:2). Raja abad pertengahan tidak memiliki “tempat berkabung” hanya tempat bergurau.

Perkabungan Mordekai tidak normal. Saya berharap dia akan berkabung secara pribadi daripada didepan umum. Saya berpikir jika Mordekai bukan pemimpin diantara orang Yahudi, dan berkabungnya didepan umum merupakan petunjuk bagi orang Yahudi lainnya untuk bergabung bersamanya. Saya juga ertanya jika Mordekai tidak duduk didepan gerbang raja untuk mendapat perhatian raja..

Kita diberitahu bahwa Mordekai berkabung, dan juga orang Yahudi lainnya, bukan hanya dikota Susa tapi diseluruh kerajaan. Kita tidak diberitahu apakah Mordekai dan orang Yahudi lainnya bertobat. Kita tidak diberitahu apakah mereka berdoa. Nama Tuhan juga tidak disebutkan disini atau diseluruh kitab Ester. Tidak ada penyebutan doa secara spesifik, tidak disebutkan orang Yahudi bicara kepada Tuhan, atau Tuhan bicara pada umatNya melalui nabiNya. Didasarkan atas perintah bagi orang Yahudi dalam 2 Chronicles 6:34-39, dan contoh orang Yahudi yang saleh dalam Ezra 9:5—10:1; Nehemiah 1:4-11; dan Daniel 9:4-19, perlu disimpulkan bahwa orang Yahudi ini—termasuk Ester dan Mordekai—tidak saleh. Ini ditunjukan oleh perkataan nabi Yesaya:

9 Tercengang-cenganglah, penuh keheranan, biarlah matamu tertutup, buta semata-mata! Jadilah mabuk, tetapi bukan karena anggur, jadilah pusing, tetapi bukan karena arak! 10 Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur nyenyak; matamu--yakni para nabi--telah dipejamkan-Nya dan mukamu--yaitu para pelihat--telah ditudungi-Nya.(Isaiah 29:9-10).

Yesaya merupakan nabi yang tugasnya bukan untuk memanggil Israel agar bertobat atau kembali kepada Tuhan. Umat Tuhan telah memberontak terlalu lama; mereka sudah tidak bisa kembali. Sekarang saatnya penghakiman, dan tugas Yesaya adalah mengumumkan kehancuran dan penghukuman sedang datang dengan cara yang memperkeras hati daripada meluluhkannya (lihat Isaiah 6:9-10). Kemudian dalam pasal 29, Tuhan menyatakan bahwa kehancuran Israel sudah dekat saat Dia mengambil para nabinya, dikenal sebagai “pelihat.” Dengan mengambil para nabi, Tuhan mengambil mata umatnya, meninggalkan mereka dalam kebutaan. Kehancuran mereka sudah dimeteraikan. Kehancuran mereka sudah pasti. Walau kita membaca ada nabi diIsrael dalam Ezra dan Nehemiah, tidak ada nabi disebutkan dalam Kitab Ester. Jika manusia tidak bicara kepada Tuhan (dalam doa), Tuhan juga tidak bicara pada orang Yahudi (di Persia).

Kontak Pertama Esterdengan Perkabungan Mordekai
(4:4)

4 Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya (Esther 4:4).

Melihat Mordekai berkabung sangat menekan Ester. Tapi, usaha awalnya bukan mempelajari kenapa Mordekai berkabung tapi membujuknya untuk berhenti berkabung. Apakah ini karena hal itu menekan yang lain dan berbahaya (Mordecai sedekat mungkin dengan istana, tapi tidak melewati gerbang raja)? Apakah Mordekai membuat Ester malu sehingga cepat-cepat ingin mendiamkannya? Dia mengirim pakaian kepada ayah angkatnya, berharap bisa membujuknya berhenti berkabung. Tapi Mordekai tidak bisa dinasehati.

Hathach dikirim Kepada Mordekai
(4:5-8)

5 Maka Ester memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. 6 Lalu keluarlah Hatah mendapatkan Mordekhai di lapangan kota yang di depan pintu gerbang istana raja, 7 dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan oleh Haman akan ditimbang untuk perbendaharaan raja sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. 8 Juga salinan surat undang-undang, yang dikeluarkan di Susan untuk memunahkan mereka itu, diserahkannya kepada Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester. Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda.

Esther perlu mengetahui apa yang terjadi, jadi dia mengirim pelayan terpercayanya kepada Mordekai untuk menyelidiki kenapa dia berkabung dan tidak mau berhenti. Komunikasi antara Mordekai dan Ester (dan yang lainnya, terlihat—lihat “mereka” diayat 12 dan “mereka” ayat 13) jelas mengancam kerahasiaan identitasnya sebagai orang Yahudi dan hubungannya dengan Mordekai. Hathach menemui Mordekai dalam kota digerbang raja. Itu merupakan tempat umum, tapi Mordekai ingin perkabungan itu ditempat umum. Mordekai melaporkan pada Hathach semua yang terjadi padanya (ayat 7).42 Dia mengatakan jumlah harta yang dijanjikan Haman dan salinan keputusan yang tidak bisa ditarik kembali. Hal ini diperintahkan kepada Hathach untuk dikatakan pada Ester, bersama dengan perintah agar dia menghadap raja dan memohon bagi bangsa Yahudi.

Ester Segan Untuk Taat
(4:9-12)

9 Lalu masuklah Hatah dan menyampaikan perkataan Mordekhai kepada Ester. 10 Akan tetapi Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: 11 Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja. 12 Ketika disampaikan orang perkataan Ester itu kepada Mordekhai,

Sebelumnya kita tahu, Ester terbiasa mengikuti perintah Mordekai. Kita juga aman berasumsi Mordekai juga terbiasa untuk ditaati, bahkan saat Ester jadi ratu (lihat 2:20). Maka sangat mengejutkan mendengar respon Ester, yang bisa disingkat dengan satu kata: “tidak!” Kali Ini Ester tidak mau. Dia mengatakan pada Mordekai melalui Hathach bahwa menghadap raja tanpa diperintahkan melawan hukum. Hukumannya adalah kematian, dan kecil kemungkinannya raja menunjukan belas kasihan dengan mengulurkan tongkat dan mengijinkan penyusup hidup. Karena Ester tidak bisa menghadap tanpa diundang, satu-satunya harapan adalah dia diperintah oleh raja. Inilah masalahnya; sudah 30 hari Ester tidak diundang bersama raja. Jawaban apalagi yang bisa diberikan kepada Mordekai selain “tidak” ?

Mereka yang terburu-buru melihat Ester sebagai pahlawan harus merenungkan ayat 9-12, karena dia tidak cepat melihat masalah bangsanya. Alasan dan prinsipnya adalah keselamatan diri. Saya tidak melihat roh yang sama dalam Ester seperti dalam ketiga teman Daniel:

16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:16-18).

Mordekai Memanaskan Keadaan
(4:13-14)

13 maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. 14 Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”

Saya tidak tahu siapa yang ikut terlibat dalam komunikasi antara Mordekai dan Ester, tapi kelihatannya orang lain juga terlibat (lihat ayat 12 dan 13). Mordecai merasa perlu menekan Ester agar memohon bagi bangsanya dengan raja. Pernyataannya menunjukan dia sedang memainkan permainan keras dengan anak angkatnya. Pernyataannya sebagai berikut:

(1) Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja. Esther, Mordecai mengingatkan, untuk berpikir dengan baik. Keputusan dari Haman mencakup semua orang Yahudi, tidak peduli dimanapun dalam kerajaan. Ester kelihatannya percaya dia aman dan hanya yahudi lain yang bahaya. Dia tidak mau membahayakan diri menghadap raja untuk menolong bangsanya, karena percaya dia aman. Perkataan Mordekai dibuat untuk menyadarkannya bahwa itu mitos. Jika dia tidak mau mengambil resiko bagi yang lain, maka dia membahayakan diri sendiri. Mordekai ingin meyakinkan dia bahwa hal paling berbahaya adalah tidak melakukan apapun..

(2) Engkau satu-satunya harapan keselamatan. Jika Ester tidak bertindak, maka tidak ada harapan. Bagaimana saya bisa mencapai kesimpulan ini? Apakah teks tidak menunjukan kebalikannya? Bukankah Mordekai tidak menyatakan kepada Ester bahwa jika dia tidak bertindak menyelamatkan bangsanya, Tuhan akan menyediakan keselamatan dengan cara lain? Tidak. Mari saya jelaskan hal ini.

Teks seharusnya tidak diterjemahkan seperti yang kita lihat pada sebagian besar versi. Sarjana Katolik menantang kita untuk menerjemahkan dan mengerti hal ini dengan cara yang berbeda, suatu cara yang dia percaya sah dan cocok dengan konteksnya. Pandangan sarjana katolik ini dikutip dalam catatan kaki tafsiran Mervin Breneman tentang Ezra, Nehemiah, dan Esther:

“See J. Weibe “Esther 4:14: ‘Will Relief and Deliverance Arise for the Jews from Another Place?’“ CBQ 53 (1991): 409-15. Weibe berpendapat bahwa kelompok kata ini seharusnya diterjemahkan sebagai pertanyaan retorika, yang artinya jawabannya adalah tidak; pertolongan tidak akan muncul dari tempat lain. Maka itu Ester merupakan satu-satunya harapan penyelamatan mereka. Weibe berpendapat bahwa terjemahan ini sesuai dengan konteks Kitab Ester dan lebih baik dari penjelasan tradisional. Pembacaan seperti itu, membatasi sumber Tuhan, yang mengatur semua ini, dan menekankan pada karya Ester daripada karya Tuhan. Tuhan mampu menggunakan siapa saja untuk tujuannya. Dia tidak bisa dibatasi hanya menggunakan Ester, tapi dia menjadi orangnya karena Ester menjawab tantangan itu.”43

Saya percaya Weibe benar. Mordekai lebih menekan Ester dengan meyakinkan dia bahwa dialah satu-satunya harapan orang Yahudi daripada meyakinkan adanya keselamatan lain disamping melalui Ester. Ditambah lagi, Tuhan tidak disebutkan dalam teks (diseluruh kitab) Mordekai bukan Yahudi yang saleh, yang percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkan umatNya. Dia orang Yahudi yang tidak taat, dan tidak percaya, yang tidak memikirkan Tuhan. Dia panic karena dia melihat keselamatan orang Yahudi hasil dari usaha manusia. Jika Mordekai tidak menyebut Tuhan dalam teks kita, kita tidak berani berasumsi bahwa dia percaya Tuhan. Ester merupakan katu as Mordekai, harapan terakhirnya, kesempatan terakhir orang Israel untuk selamat. Jika dia gagal, semua akan hilang. Dan ini menjelaskan kenapa dia mengancam Ester bahwa keluarganya akan binasa. Jika keselamatan datang dari tempat lain, maka kenapa Ester mau mati? Sebagai ratu, Ester pasti tidak mati pertama. Peringatan Mordekai adalah dia akan mati terakhir. Jika ini benar, maka semua Yahudi akan binasa, dan tidak ada keselamatan dari manapun. Alasan Mordekai bahwa jika Ester harapan terakhir orang Yahudi, kegagalannya akan menghasilkan kematiannya dan kematian seluruh bangsa. Tidak heran Mordekai sangat menekan.

(3) Keselamatan keluargamu ada ditanganmu. Anda pasti ingan bahwa Ester itu yatim piatu. Kedua orangtuanya sudah mati. Mordekai mengangkat dia sebagai anak. Jika Ester gagal bertindak, dia dan Mordekai akan binasa, dan keluarganya akan hilang. Dan itu akan jadi kesalahannya, peringatan Mordekai. Ini tekanan yang besar. Wanita Yahudi ini tidak pernah ditekan seperti ini.

Ester Menurut dan Perintahnya
(4:15-17)

15 Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: 16 Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati. 17 Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya.(Esther 4:5-17).

Tekanan terlalu besar. Ester menyerah, mengirim berita pada Mordekai bahwa dia akan menghadap raja bagi bangsanya. Sekarang dia yang memberi perintah. Dia memerintahkan Mordekai untuk mengumpulkan seluruh orang Yahudi di Susa dan berpuasa baginya. Jangan ada yang makan atau minum selama 3 hari, siang dan malam. Dia dan pelayannya akan melakukan itu, dan kemudian akan pergi menghadap raja. Dia akan melawan hukum dan mempertaruhkan nyawanya. Perkataan terakhirnya menarik:

“. . . kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Esther 4:16b).

Ada yang membuat Ester jadi pahlawan. Seseorang bisa melihat fakta cukup jauh untuk melihatnya sebagai seorang pahlawan. Pernyataan seperti ini bukan suatu pengecualian atau kekhususan tapi aturan:

“kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” Baik Vasti dan Mordekai menunjukan keberanian dimana kehidupannya terancam, dan Ester juga demikian. Vasti menunjukan keberanian menolak mempermalukan diri atas keanehan suaminya, dan Mordekai melakukan itu dengan tidak mau tunduk pada Haman. Ester terbukti tetap berani. Dia memutuskan untuk melanggar hukum suaminya dan membahayakan hidup bagi bangsanya (cf. John 15:13). Penyertaan Tuhan membawa Ester sampai ketitik ini, tapi Ester menerima tantangan yang bisa menghilangkan hidupnya.”44

“Tanpa menjelaskan secara detil bagaimana dia sampai pada keyakinannya, Mordekai menyatakan bahwa dia percaya Tuhan, dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan seseorang, dan pengaturan Tuhan atas peristiwa politik dunia, tidak mempedulikan apakah mereka yang berkuasa mengenalinya atau tidak. Ini jelas, terus dinyatakan oleh para nabi Israel (e.g. Is. 10:8ff.; 45:1; Je. 1:15;; Ezk. 7:24), dan tidak perlu terkejut, terutama dalam rangka kembali dari pembuangan dalam tahun 538 dan peristiwa selanjutnya (Ezr. 1-2; 5-6). Setiap orang Yahudi pernah mengalami dalam sejarah, tangan Tuhan yang membimbing dan menyelamatkan.”45

“Jawaban Ester juga merupakan pernyataan iman, walau tidak berupa bahasa rohani. Dia menyiratkan kalau dia menerima usulan Mordekai sebagai tugasnya, tapi dia mengerti sepenuhnya untuk memenuhi hal itu. Dengan meminta seluruh orang Yahudi di Susa mendukungnya dalam puasa, Ester mengakui i. dia butuh dukungan dan persekutuan dengan yang lain ii. Dia bergantung lebih dari sekedar keberanian manusia. Walau doa tidak disebutkan, itu selalu mendampingi puasa dalam PL, dan maksud dari puasa adalah untuk menyatakan pengalaman doa yang lebih efektif dan menyiapkan diri untuk bersekutu dengan Tuhan (Ex. 34:28; Dt. 9:9; Jdg. 20:26; Ezr. 8:21-23).”46

Saya tidak berdebat kalau Ester dijadikan pahlawan oleh orang Yahudi dan bahkan penulis kitab ini. Kelihatannya dia tetap dilihat seperti itu oleh sebagian besar orang Kristen sekarang. Dan saya mau memastikan bahwa Ester dan Mordekai adalah pahlawan, walau saya menemukan bukti jauh dari itu. Tapi saya tidak mengakui bahwa Ester dan Mordekai orang yang saleh atau didalam Tuhan. Seseorang bisa jadi pahlawan, pejuang sejati, tanpa didalam Tuhan. Saya pikir Ester dan Mordekai, merupakan pahlawan yang tidak didalam Tuhan. Saya menyimpulkan hal ini atas alasan berikut:

(1) Esther hanya mau membahayakan diri saat ditekan oleh Mordekai, dan hanya saat dia mengetahui hidupnya juga dalam bahaya. Dengan kata lain, Ester bertindak dengan segan, dan secara keseluruhan, untuk diri sendiri.

(2) Perkataan Ester, “kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati,” jauh dari penegasan iman; sebaliknya itu merupakan deklarasi fatalisme. Bertahun-tahun sebelum masa Ester, Yakub tidak mau membiarkan anaknya Benyamin untuk pergi keMesir bersama saudaranya. Dia memiliki alasan yang baik untuk takut akan keselamatan anaknya. Tapi saat dipaksa, akhirnya dia berkata, “Allah Yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu, supaya ia membiarkan saudaramu yang lain itu beserta Benyamin kembali. Mengenai aku ini, jika terpaksa aku kehilangan anak-anakku, biarlah juga kehilangan!” (Genesis 43:14). Setidaknya Yakub menunjuk Tuhan, sedangkan Ester dan Mordekai tidak. Tapi perkataan Yakub jauh dari mereka yang orang beriman.

Beberapa tahun lalu seorang muda yang ayahnya seorang pelayan liberal mati tragis. Saat upacara penguburan, mereka menyanyikan lagu yang katanya merupakan “pengakuan imannya”. Judul lagunya ““Zip-a-dee-do-da,” jauh dari pengakuan iman. Baik perkataan Yakub dalam Genesis 43 dan perkatan Ester dalam teks ini bukan pernyataan iman. Orang yang mempercayai hal ini juga tidak mau mengakui Dinah Shore sebagai teolog dan lagunya, “Que Sera, Sera,” sebagai hymn iman bersama dengan “How Great Thou Art” sebagai hymn kita. Hal yang Ester katakan hanyalah: “Apa yang terjadi, terjadilah.” Setiap orang yang tidak beriman juga bisa berkata demikian, dan sering mengatakannya saat menghadapi situasi yang mirip.47

(3) Kita harus perhatikan bahwa nama Tuhan, penegasan iman seseorang, atau rujukan yang spesifik tentang doa atau pertobatan tidak ditemukan dalam diri Ester dan Mordekai. Bagi saya, diam atas hal seperti ini menulikan.

(4) Orang Yahudi Alexandrian diabad pertama pasti mengetahui hal itu, dan “mengoperasi” teksnya dengan tambahan untuk Ester dan Mordekai agar terlihat rohani, walau penulis menyatakan sebaliknya. Perhatikan tambahan doa Ester yang tidak ada dalam teks Ibrani yang asli, tapi ditambahkan kemudian dalam tulisan Yunani:

Ratu Ester meminta tolong pada Tuhan akan bahaya yang menanti dia. Dia meletakan baju mewahnya dan berduka. Daripada parfum mahal, dia memakai debu. Dia merendahkan tubuhnya dengan sangat, dan penampakan bahagia dan elegan sekarang kotor dengan kotoran dari rambutnya. Dia berseru pada Tuhan Allah Israel dalam kata-kata ini:

“‘Tuhanku, Rajaku, datanglah menolongku, karena saya sendiri dan tidak ada penolong lain selain engkau dan saya ingin mencabut nyawaku. Aku sudah diajar dari sejak kecil, dalam kandungan keluargaku, bahwa engkau Tuhan, memilih Israel dari semua bangsa dan leluhurku untuk menjadi pewaris selamanya; dan engkau memperlakukan mereka sebagaimana janjimu. Tapi kemudian kami berdosa terhadap engkau, dan engkau menyerahkan kami kepada musuh. Tuhan engkau benar.

Tapi bahkan sekarang mereka tidak puas dengan kepahitan perbudakan kami: mereka membuat keputusan untuk menghilangkan pewarismu, orang yang memujimu, menghancurkan altar dan kemuliaan RumahMu, dan sebaliknya membuka mulut orang kafir, memuji dewa mereka dan memuja raja mereka. Jangan serahkan tongkat kerajaanmu, Tuhan, kepada mahluk yang tidak pernah ada. Jangan biarkan manusia mengejek reruntuhanmu. Balikan rencana mereka, dan buat contoh bagi mereka yang menyerang kita. Ingatlah Tuhan; nyatakan dirimu disaat kami tertekan.

Untuk aku, berikan aku keberanian, Raja dan Tuan segala kuasa. Letakan perkataan yang persuasive dalam mulutku saat aku berhadapan dengan singa; ubah perasaannya menjadi benci kepada musuh kita, dan akhirnya mengakhiri mereka.

Untuk kita, selamatkan kami dari tanganmu, dan datanglah menolongku, karena aku sendiri dan tidak ada yang lain selain engkau, Tuhan. Engkau mengetahui semua hal, dan engkau tahu aku membenci hormat dari yang tidak bertuhan, membenci tempat tidur yang tidak bersunat, orang asing apapun. Engkau tahu aku dibawa paksaan, bahwa aku membenci symbol ketinggian posisiku saat muncul diistana ; aku membencinya sehingga tidak memakainya disaat bersenang-senang.

Buatan tanganmu tidak makan dimeja Haman, atau bersenang-senang dipesta kerajaan, atau mabuk anggur yang sudah dipersembahkan. Juga hambamu tidak menyenangi hari pengankatan sampai sekarang kecuali engkau, Tuhan, Allah Abraham. O Tuhan, kekuatan yang menang atas kejahatan, dengarlah suara yang putus asa, selamatkan kami dari tangan yang jahat, dan bebaskan aku dari ketakutanku.’“48

Slogan popular berkata: “Jika tidak rusak, jangan perbaiki.” Orang Yahudi Aleksandria diabad pertama B.C. percaya Ester dan Mordekai “rusak” dan mereka mencoba memperbaikinya. Kerusakan mereka merupakan maksud yang dicoba untuk ditekankan oleh penulis, dan itulah yang seharusnya kita lihat dari orang Yahudi yang tidak taat, menikmati kenyamanan Persia daripada membayar harga kembali ke Yerusalem, tempat Tuhan. Tapi inilah tempat orang Yahudi yang saleh berada (lihat Psalm 137).

Conclusion

Jika Ester dan Mordekai bukan contoh kesalehan dan iman yang harus kita tiru, apa yang bisa kita pelajari dari kitab ini, terutama dari teks ini? Kita belajar pelajaran negative. Kita diperingatkan melalui apa yang kita baca dalam teks ini.

Kenapa orang Kristen cenderung melihat Ester dan Mordekai sebagai teladan orang kudus, teladan iman dan kesalehan? Pertama, karena mereka salah berasumsi bahwa orang yang ditulis dalam Alkitab semuanya saleh. Dan nabis yang melarikan diri seperti Yunus “dikuduskan” oleh kesalah pahaman dan salah arti teks. Naomi mertua Rut dilihat sebagai wanita yang baik dan mengasihi daripada wanita tua yang pemarah dan pahit. Yakub dilihat sebagai seorang yang beriman daripada seorang penipu. Ester dan Mordekai hanya salah satu contoh membaca Alkitab melalui kaca indah, melihat mereka dengan cara yang membuat kita nyaman.

Kedua, kita gagal mempelajari kitab seperti Ester dan Yunus dalam terang keseluruhan PL, terutama Hukum, dan tulisan sekarang. Dalam hal Ester, kita bisa mempelajari kitab dan peristiwa ini dalam terang kitab Ezra dan Nehemiah dan nubuat Yeremiah dan Daniel. Ketiga, kita sering “guild the lily” karena kita diajarkan untuk mengerti teks dengan cara tertentu, tanpa mempertanyakan apakah itu benar.

Tapi sebelum kita menyimpulkan saya ingin berfokus pada alasan kenapa kita gagal mengerti kitab ini dan pesannya. Alasannya adalah kita terbawa oleh kemunafikan Ester dan Mordekai, karena kita berasumsi bahwa jika bentuk yang benar ada, fungsi yang benar juga ada.

Kita berasumsi bahwa ada pertobatan karena orang Yahudi berkabung disuse dan diseluruh kerajaan Persia. Kita juga berasumsi bahwa karena berpuasa, harus ada doa. Karena Mordekai bicara kemungkinan posisi Ester sebagai ratu bisa menjadi keselamatan bagi orang Yahudi, kita langsung berasumsi Mordekai beriman pada Tuhan dan pemeliharaanNya pada umatNya.

Saat saya mengerti teks kita, saya percaya penulis ingin mengajarkan sebaliknya. Saya percaya dia ingin kita mengerti bahwa kita bisa terus melakukan yang benar tapi tidak pernah mengenal Tuhan. Nabi PL menegur orang Yahudi karena hal itu. Mereka berpuasa, tapi hanya ritual tanpa kenyataan:

1 Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! 2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: 3 Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga? Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.

4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. 5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? 6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,

7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! 8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. 9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, 10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. 11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. 12 Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan yang memperbaiki tembok yang tembus, yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni” (Isaiah 58:1-12).

The same can be said for the sacrifices the Jews routinely offered:

21 Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. 22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. 23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. 24 Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” (Amos 5:21-24).

6 Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? 7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri? 8 Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu? (Micah 6:6-8).

Melakukan yang tepat tapi tidak pernah mengenal Tuhan bukan hanya masalah orang Yahudi diPL. Itu masalah orang Yahudi dimasa Tuhan, dan terus dimasa gereja PB, seperti yang digambarkan dalam kitab Kisah Para Rasul dan Surat-surat. Orang Farisi terperangkap dalam hal luar, hal yang terlihat, sementara Tuhan melihat hal yang tidak terlihat (Luke 16:15). Dalam Kotbah Di Bukit, Yesus membahas hal ini lebih jauh, menegaskan bahwa seseorang harus lebih dari itu untuk masuk kesorga (lihat Matthew 5:20). Orang Yahudi berpikir ukuran manusia ditentukan atas dasar keturunan (lihat Matthew 3:9), atau oleh sunat (lihat Acts 15:1). Sebagian percaya bahwa kegiatan pengusiran setan, bernubuat, dan melakukan mujizat merupakan bukti kesalehan seseorang. Tapi Yesus mengatakan, mereka yang melakukan itu tidak pernah dikenal oleh Tuhan (Matthew 7:13-23).

Dalam gereja PB di Korintus, sebagian percaya bahwa mereka yang berbicara lidah (bentuk yang benar) hampir pasti yang paling rohani (fungsi). Tapi kerohanian tidak diukur dalam istilah karunia Rohani, tapi buah Roh (lihat Galatians 5:22-23). Paulus memperingatkan bahwa dihari akhir ada orang yang tetap memiliki “bentuk yang saleh” tapi tidak punya kuasa iman sejati.

Fokus saya adalah : Iman jangan terlalu dinilai melalui bentuk tapi fungsi. Orang Yahudi sangat setia menjalankan “bentuk” keagamaan mereka, tapi inti iman yang sejati tidak disana. Tanpa fungsi yang benar, bentuk tidak ada arti dan mati. Saat ditemani oleh fungsi yang benar, bentuk berarti. Tapi saat kita berasumsi bahwa memiliki bentuk yang benar meyakinkan kalau kita juga punya fungsi yang benar, kita sudah terlalu jauh; kita menjadi seperti orang Yahudi Persia seperti Ester dan Mordekai.

Hal ini tidak hanya menjangkiti orang Yahudi masa lalu dan gereja PB, tapi kita menghadapi masalah yang sama dalam kekristenan masa kini. Ada orang yang menghubungkan kerohanian dengan pengalaman tertentu. Sebagian pengalaman ini muncul dalam Alkitab (seperti bahasa lidah), dan yang lain tidak ada dalam Alkitab (seperti “membunuh dalam Roh”). Saya memiliki perbedaan dengan orang Kristen lain tentang apakah pengalaman itu benar, tapi itu bukan focus saya sekarang. Saat ada orang yang berkata bahwa memiliki pengalaman seperti itu membuat seseorang jadi rohani, saya sangat tidak setuju. Saya tidak hanya mengatakan hal itu salah, tapi itu merupakan kelanjutan dari kesalahan yang menjangkiti agama yang benar selama berabad-abad. Kita tidak bisa menyamakan bentuk tertentu dengan fungsi tertentu. Kita tidak bisa menyamakan, sebagai contoh, bicara lidah dengan kerohanian, bahkan dengan “Dipenuhi Roh.”

Kesalahan ini nyata dalam wilayah ibadah Kristen. Sebagian orang beribadah dengan menaikan tangan (kadang tanpa tahu alasannya). Saya tidak menentang hal ini. Sebagian lagi beribadah tanpa menaikan tangan (mungkin dengan alasan yang sama—kebiasaan atau budaya). Saya tidak punya masalah dengan hal ini. Tapi jika kita berani berkata bahwa tidak ada ibadah yang benar tanpa menaikan tangan, atau kita tidak bisa beribadah dengan menaikan tangan kita telah menyamakan bentuk dan fungsi, dan kita salah—apakah kita menaikan tangan atau tidak.

Sebagian orang mengatakan pada kita bahwa ibadah kita kurang emosi. Mungkin kita terlalu intelektual, atau terlalu banyak emosi, merupakan masalah budaya daripada mandate dan definisi Alkitab. Kita beribada kepada Tuhan “dalam Roh dan kebenaran” (John 4:23); itu meninggalkan banyak ruang untuk variasi bukan? Jika kita beribadah “dalam Roh dan kebenaran” dengan mengangkat tangan, baik, tapi jangan memandang rendah mereka yang beribadah “dalam Roh dan kebenaran” tanpa mengangkat tangan atau bersuara. Dan kita jangan memaksa orang beribada dengan cara kita, sepertinya cara kita lebih baik.

Banyak orang melihat ibadah Daud dihadapan mezbah saat dia berdansa dihadapan Tuhan. Mereka melihat ini suatu pola yang harus diikuti. Saya pikir kita bisa melihat itu bagi Daud sendiri tidak normal, jangankan orang Israel lain. Masalah anak perempuan Saul Michal bukannya gagal beribadah seperti yang Daud lakukan, tapi dia memandang rendah Daud karena cara dia beribadah, dan ini keluar dari kesombongan. Dia terlalu sombong untuk merendahkan diri dalam ibadah, seperti yang Daud lakukan (lihat 1 Chronicles 15:29).

Tapi melihat Daud, sebagian orang berpikir tindakannya merupakan suatu bentuk pembiaran dalam ibadah. Ibadah, bagi mereka, “membiarkan diri anda.” Bukan begitu. Paulus sangat jelas mengenai hal ini dalam 1 Corinthians. Orang Korintus “membiarkan diri mereka” dan mereka ditegur karena itu. Hal itu tidak terjadi dalam ibadah. Hanya karena seseorang ingin melakukan sesuatu tidak berarti dia harus melakukannya. Hanya dua atau tiga yang bernubuat atau bicara lidah, dan melakukannya hanya jika mereka tahu ada penerjemah hadir. Paulus mengajarkan peneguhan iman merupakan prinsip dalam partisipasi, bukan ekspresi diri. Paulus mengajarkan bahwa setiap hal harus dilakukan “secara sopan dan teratur” (1 Corinthians 14:40). Jika contoh Daud meninggalkan tempat untuk kreatifitas dan spontanitas, pengajaran Paulus membutuhkan disiplin dan keteraturan. Marilah kita jangan masuk kesalah satu ekstrem dan membuang prinsip lain dalam ibadah. Dan ada orang yang meninggalkan ibadah yang dingin untuk sesuatu yang spontan tapi ada juga yang bosan dengan ibadah yang tidak teratur dan menjalankan ibadah yang lebih serius.

Gereja kami punya keyakinan jelas tentang cara gereja dibentuk dan ibadah serta pelayanannya. Dengan kata lain, kami memiliki keyakinan kuat tentang “bentuk” yang sesuai Alkitab. Dengan mengatakan ini, saya juga harus mengatakan kami bisa saja memiliki bentuk yang tepat tapi kurang fungsi yang benar. Bentuk yang tepat tidak menjamin kerohanian, kesalehan atau ibadah. Demikian juga, ada gereja untuk alasan tertentu tidak memiliki bentuk yang sama dengan kami, tapi menunjukan fungsi yang benar. Secara praktek, sulit mendapatkan keduanya. Seringkali, kita bisa mempertahankan bentuk tanpa tahu sudah kehilangan fungsi. Mari kita melihat Ester sebagai peringatan bagi kita untuk tidak menyamakan bentuk dan fungsi, jangan pikir kita melakukan kegiatan yang benar, kita sudah hidup dalam hubungan yang benar dengan Tuhan.

Sangat menyedihkan saat orang Kristen menjadi terganggu dengan bentuk dan melupakan fungsi. Tapi lebih sedih lagi saat seseorang dalam hidup berpikir dia seorang Kristen karena telah melakukan bentuk tertentu. Sebagian mungkin berpikir demikian karena mereka berjalan dibangku gereja, mengangkat tangan, dibaptis, atau bergabung dengan suatu gereja, atau meletakan uang persembahan, dan mereka merasa diselamatkan. Menjadi orang Kristen bukan masalah bentuk tapi fungsi. Seorang Kristen adalah orang yang keluar dari gelap kepada terang, dari kematian kepada hidup, dari dihukum Tuhan menjadi dibenarkan oleh Tuhan. Menjadi seorang Kristen merupakan masalah kepercayaan pada Kristus. Dia mati disalib dikalvari untuk dosa kita. Dia menderita hukuman Tuhan menggantikan kita. Dan Dia menawarkan kebenaran pada kita, sehingga kita bisa ada dalam kekekalan bersama Tuhan. Apakah anda sudah memiliki hidup seperti ini? Jangan percaya bentuk. Percaya Kristus. Ritual tidak akan bisa membawa anda kesorga. Hanya Kristus yang bisa melakukan itu. Percaya hanya pada Kristus sekarang.


42 Apakah perkataannya tentang peristiwa baru-baru itu “semua yang telah terjadi padanya” menunjukan itu karena tindakannya semua hal itu terjadi, atau apakah itu menunjukan Mordekai terlalu berlebihan menilai diri dan bahaya yang dia hadapi?

43 Mervin Breneman, “Ezra, Nehemiah, Esther,” The New American Commentary (Broadman & Holman Publishers, 1993), p. 336, fn. 4.

44 Mervin Breneman, “Ezra, Nehemiah, and Esther,” The New American Commentary (Broadman & Holman Publishers, 1993), p. 338.

45 Joyce G. Baldwin, Esther: An Introduction and Commentary (Downers Grove: Inter-Varsity Press, 1984), p. 80.

46 Baldwin, p. 80.

47 In contrast, see the faith of godly men in Daniel 3:16-18; Romans 9:1-3; Philippians 1:21.

48 Cited by Baldwin, pp. 122-123. In this appendix, Baldwin provides us with the entire text of additions to the Greek manuscripts of Esther.

Report Inappropriate Ad