MENU

Where the world comes to study the Bible

3. Bisakah Kita Percaya Pada Keabadian?

Kata kekal artinya diluar dari kemungkina mati. Itu artinya apa yang abadi tidak bisa mati. Sejarah menunjukan bahwa setiap manusia memiliki pemikiran ada kehidupan setelah kematian. Hanya beberapa yang berani percaya bahwa kematian mengakhiri semuanya dan melalui kematian tubuh terdapat kematian roh dan jiwa manusia. Tapi Tuhan berbelas kasihanlah pada kita jiwa kubur adalah akhir segalanya! “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (1 Corinthians 15:19). Dan hanya ada kepedihan dan putus asa dalam perkataan orang agnostik:

There is one steady star; and dim from afar,
Comes the solace that dies in its gleam;
There’s the coffin nail’s rust; the brain in white dust;
And the sleeping that knows no dream.

Lagu orang tidak percaya ini berkata bahwa ada “tidur yang tidak ada mimpi” Sebaliknya, Paulus berkata: “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Corinthians 5:1).

Saksi Masa Lalu

Dimanapun kematian menghampiri ada kesadaran akan kepastian keabadian. Jiwa abadi orang suci dan pembunuh menyerukan harapan yang sama tentang hidup setelah kematian. Pikiran kematian ada selamanya jarang muncul dalam pikiran manusia.

Mesir, tempat belajar seni dan ilmu dunia, memiliki keyakinan kuat tentang keabadian. Professor Salmond dalam “Doctrine of Immortality” berkata bahwa orang Mesir punya reputasi menjadi orang pertama yang mengajarkan doctrine of immortality. Sering sekali peti jenasah disebut “perkakas kehidupan.” Seni balsam Mesir muncul dari kepercayaan mereka tentang keabadian. Pengertian mereka akan hidup sesudah kematian memunculkan ide pyramid, salah satu keajaiban dunia. Monumen ini dibangun karena kepercayaan jiwa kembali ketubuh dan membutuhkan tempat abadi. Jadi pyramid besar dan mumi Mesir mengatakan pada kita kepercayaan akan jiwa yang tidak mati.

Orang Afrika percaya ada kehidupan setelah kematian. Kita diberitahu bahwa stri yang meninggal kuburnya diletakan disebelah tempat tinggal agar mereka tetap bersama dalam dunia “melihat roh yang pergi.” Madison C. Peters mengutip cerita David Livingstone tentang kepercayaan Chinsunse tua: “Kita hidup hanya beberapa hari disini, tapi kita hidup kembali setelah kematian; kita tidak tahu dimana, atau dengan kondisi apa, atau siapa yang menemani, karena yang mati tidak kembali untuk mengatakan pada kita. Kadang yang mati kembali dan muncul dalam mimpi kita; tapi mereka tidak bicara, atau mengatakan kemana mereka pergi, ataua bagaimana keadaan mereka.” Kita baru mendengar kesaksian misionaris yang kembali dari ladang, tentang kepercayaan Afrika setelah kematian.

Dalam kebuasannya, Indian di Utara Amerika, punya pemikiran tentang hidup sesudah kematian. Dalam suku Asiatik kepercayaan itu bisa sampai pada kremasi tubuh, api tuhan mengambil yang mati kepada allah didunia lain. Kadang binatang dikorbankan dalam api untuk mendahului mayat ketanah kemudian. Sebagian Indian Amerika Utara, percaya bahwa mereka menyediakan kepergian kepala suku dengan peralatan yang diperlukan dimana Roh Agung hidup, mengubur orang mati dengan busur dan panah serta kano. Indian memiliki beragam kebiasaan untuk menunjukan kepercayaan mereka tentang kehidupan setelah kematian. Saat gadis Indian Seneca mati, burung muda dipenjara sampai bisa menyanyi. Itu memberi pesan kasih sayang padanya.

Melalui 6 milenium sejarah manusia, kita melihat keabadian sebagai suatu realita. Secara umum dipercaya, ini merupakan hal yang tidak bisa dirusak dari semua intuisi. Kita setuju dengan Dr. Lockyer : “tanpa keraguan, meneguhkan bahwa kepercayaan adanya kehidupan setelah kematian datang dari wahyu manusia pertama melalui Penciptanya, dan menjelajah diseluruh masa. Harapan keabadian, berdiam dalam dada orang liar maupun suci, ditanamkan disana oleh Dia yang tidak berawal dan berakhir.”

Saksi Alkitab

Saat kita mencari subjek kekekalan dalam Alkitab, penting untuk diingat beberapa fakta penting tentang subjek ini. Didalam Alkitab tidak ditemukan “keabadian jiwa” Kita tidak mengajarkan bahwa Alkitab mengajar tentang penghilangan jiwa saat kematian. Pemikiran keberadaan jiwa yang abadi benar, tapi bahasa Alkitab tidak menunjuk pada “keabadian jiwa” Firman Tuhan menganggap keberadaan kekal setiap jiwa bergantung pada tujuannya. Setiap jiwa manusia kekal dan tidak hilang. Yesus berkata “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Matthew 10:28). Mereka yang mengajarkan “jiwa tertidur” membuat kita percaya kalau pengajaran itu Alkitabiah, tapi sebenarnya mereka salah tafsir. Manusia bisa membunuh tubuh, tapi hanya itu. Hanya Tuhan yang bisa membunuh Tubuh dan jiwa dan menghukumnya.

Tiga Macam Kematian

Kita membacar: “Jiwa yang berdosa, harus mati” (Ezekiel 18:4), tapi dalam Alkitab tidak ada petunjuk jiwa yang mati berarti hilang, atau tidak sadar. Alkitab mengajar bahwa ada 3 macam kematian dan perbedaannya jelas. Pertaman, kematian fisik, atau keterpisahan jiwa dari tubuh. Ini kematian tubuh yang ditunjukan dalam Hebrews 9:27, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja.” Kedua, Alkitab mengajarkan ada kematian rohani. Ini memisahkan jiwa dari Tuhan, kondisi orang belum percaya dimana Paulus berkata kalau mereka semua “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ephesians 2:1), dan “jauh dari hidup persekutuan dengan Allah” (Ephesians 4:18). Ketiga, ada kematian kekal atau terpisah selamanya dari Tuhan. Semua yang menderita kematian kekal ada dalam keadaan sadar, tapi “akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” (2 Thessalonians 1:9), mereka “akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua” (Revelation 21:8).

Abadi Menjadi Fana

Kata “abadi” dan “keabadian” digunakan dalam Alkitab untuk menunjuk pada manusia aplikasinya pada tubuh. Tubuh merupakan tempat pertama, saat dia menciptakannya, tubuh abadi diciptakan untuk ada selamanya. Tuhan telah memperingatkan Adam dan hawa jangan memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, dengan berkata: “pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Genesis 2:17). Mereka tidak taat, dan kematian mulai bekerja dalam tubuh. Keabadian menjadi fana. Paulus berkata: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut” (Romans 5:12). Demikian juga kata penulis Ibrani, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja” (Hebrews 9:27). Dan kita juga membaca dalam I Corinthians, “semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam” (1 Corinthians 15:22). Semua ras manusia dari Adam, diputuskan mati. Kematian merupakan kutukan atas ras kita sebagai hasil dari dosa dan merupakan fakta sejarah dunia yang paling menyedihkan. Tubuh manusia tidak lagi memiliki keabadian, tapi fana –bisa mati.

Keselamatan dari Kematian

Tujuan kedatangan Tuhan Yesus Kristus adalah menawarkan keselamatan bagi ras yang sudah jatuh. Tidak ada manusia yang bisa melakukannya. Kematian menghentikan hidup. Satu-satunya cara manusia bisa lolos dari hukuman mati adalah melalui “kedatangan Tuhan yesus . . . satu-satunya yang tidak takluk kepada maut” (1 Timothy 6:14, 16). Jiwa manusia, walau memiliki keabadian, turun secara moral. Setelah kematian, tubuh menjadi rusak, dan rohnya kehilangan persekutuan dengan Tuhan. Tapi kebenaran diberikan pada kita melalui Paulus. Dia berkata: “kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (2 Timothy 1:10). Suatu pikiran yang luar biasa! Yang Abadi jadi manusia “taat sampai mati” (Philippians 2:8), agar Dia bisa menebus jiwa manusia, mengembalikan roh mereka kepada hubungan yang benar dengan Tuhan dan membuat tubuh mereka mewarisi ketidakhancuran. Ini kemenangan salib Kristus. Melalui kematianNya dan kebangkitanNya “menghapuskan kematian.” Dia mau jadi manusia “supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (Hebrews 2:14). “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1 Corinthians 15:22).

Hidup Kekal dan Keabadian

Bagi penulis melihat pembahasan ini bisa lebih jelas jika kita melihat perbedaan antara hidup kekal dan keabadian. Istilahnya tidak sama. Saat seseorang percaya Yesus Kristus, dia menerima hidup kekal. Ini pemberian Tuhan pada orang berdosa karena menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” (John 3:36). “barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” (John 6:47). “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (John 20:31). Karya keselamatan bagi orang berdosa berlaku saat dia dilahirkan kembali, tapi tidak benar mengatakan bahwa saat itu jiwa menjadi abadi. Sebenarnya jiwa tidak pernah kehilangan keabadiannya. Kelahiran kembali melalui Roh Kudus merupakan awal proses penebusan. Saat Roh Kudus berdiam dalam roh manusia, jiwa menerima hidup kekal. Tapi tubuh, walau mewarisi keabadian dan tidak rusak harus mati. Satu-satunya kemungkinan orang Kristen lolos dari kematian adalah berada saat Tuhan mengangkat semua orang percaya. Itu kemudian seseorang menerima dan menikmati hidup kekal walau kematian dan kubur menatap mereka.

Tapi apakah ini yang terbaik yang bisa Tuhan berikan pada manusia? Haruskah tubuh kita mengalami penyakit, kesakitan, dan dikubur dan hilang selamanya? Ini dimana Tuhan menyempurnakan proses penebusan. Paulus berkata: “kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Romans 8:23). Tapi apakah ada jaminan bahwa tubuh yang tidak bisa rusak ini benar-benar tidak rusak? Bisakah kita yakin bahwa kefanaan suatu saat akan dibungkus dengan keabadian? Kita bisa mengatakan bahwa untuk memenuhi perjanjian penebusan, Yesus Kristus pasti melaksanakan tugas membangkitkan orang percaya dalam Dia. Ada harapan dan kepastian dalam perkataan Tuhan: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (John 11:25). Kesaksian Tuhan kita memastikan kebebasan dari kematian..

Penebusan jiwa sudah lalu, tapi penebusan tubuh masih akan datang. Karena manusia adalah trinitas, dan ketiga komponennya harus disatukan, maka manusia baru seperti gambar dan rupa Allah. Ini terjadi saat kebangkitan “saat manusia –seluruh bagiannya dibuat abadi.” Injil tidak memiliki kesempurnaannya dengan kematian Kristus. Paulus berkata: “aku mau mengingatkan kamu kepada Injil . . . bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Corinthians 15:1-4). Yesus Kristus itu kekal, menjadi tidak abadi melalui kematianNya. Tapi itu hanya ketidakabadian sementara. Melalui kebangkitanNya dari kematian menjadi abadi, Anak Allah menjamin hal yang sama terjadi terhadap milikNya. Melalui Adam datang kefanaan dan kematian, dan melalui Adam terakhir datang hidup dan keabadian. “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.. . . Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1 Corinthians 15:20, 23). Seperti seluruh anak Adam mati, demikian juga setiap anak Tuhan dibangkitkan untuk tidak mati lagi.

“Mereka milik Kristus” menyatakan pada kita siapa yang akan abadi. “Saat kedatanganNya!” Ini mengatakan pada kita kapan kita akan abadi. Keabadian merupakan langkah terakhir penebusan saat Tuhan datang kembali. Ini hanya untuk yang ditebus, bahwa “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (1 Corinthians 15:5).

“demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1 Corinthians 15:22). Walau tubuhnya membusuk ditanah, rohnya tetap hidup dan menunggu dihidupkan. Kita membaca: “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Romans 8:11). Jika Roh Kudus yang adalah Roh Kehidupan, berdiam didalammu, melalui Roh yang sama tubuh fana kita akan dibangkitkan kedalam hidup baru. Ini kemenangan yang Kristus berikat bagi kita melalui kematian dan kebangkitanNya. Dia mengalami kematian, bergumul dengan itu, dan menang. Dan sekarang, tanpa dihalangi kematian, diijinkan ikut dengannya dalam kemenangan itu. Abraham Kuyper berkata bahwa orang yang ditebus pasti mati, tapi tidak satu saatpun ada dibawa kuasa kematian. Bagi mereka itu seperti melewati gerbang, dari dunia kedunia lain bersama Tuhan dalam kekekalan.

Satu hari Rasul Paulus berkata, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa” (Romans 7:24-25). Kematian seperti menang saat itu masuk kedalam keluarga kita, dan satu demi satu, mengambil mereka yang terdekat dan terkasih kita. Tapi kematian tidak bisa menang atas orang percaya dalam Kristus, “Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: Maut telah ditelan dalam kemenangan” (1 Corinthians 15:53, 54). Anak Allah tidak takut kematian. Satu hari saya berdiri disamping kubur nenek saya yang ada dalam Tuhan, bersyukur dan memuji Tuhan bahwa kematian telah dikalahkan Juruselamat kita. Saya menanti kedatangan Kristus dan hari dimana kubur terbuka dan yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan, dan bersama kita memuji: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? . . . Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Corinthians 15:55, 57).

Tubuh Baru Bagi yang Tua

Sebuah majalah yang terkenal menerbitkan suatu artikel berjudul, tubuh baru bagi yang tua.Tujuan dari artikel adalah untuk menunjukan perkembangan yang sudah dicapai ilmu dalam memberikan tangan dan kaki baru bagi yang kehilangan dan mata bagi orang buta. Akhirnya, artikel itu memperkirakan bahwa satu hari nanti seluruh tubuh bisa ditukar dengan yang baru, “mendapat otak yang berkembang.” Artikel itu menyimpulkan, “Bagaimanapun dalam ribuan tahun kedepan hal ini masih belum pasti.” Betapa bodoh ilmu bisa berpikir untuk menghasilkan keabadian duniawi, membiarkan Tuhan diluar!

Masalah keabadian bukan dari manusia. Pemikiran Alkitab tentang keabadian berarti hubungan manusia yang benar dengan Tuhan, dan hubungan seperti itu tidak bisa didapat dengan usaha manusia. Manusia harus mengakui Kristus yang abadi sebagai satu-satunya harapan setelah kematian. Tanpa salib Kristus tidak ada penebusan bagi ras yang jatuh, dan tanpa penebusan tidak ada harapan hidup abadi. Orang Kristen memiliki harapan yang didapat dari Pribadi dan Karya Kristus yang hidup. Petrus meneguhkan: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Peter 1:3). Walau hidup kekal dan keabadian bukan istilah yang sama, tetap tidak ada keabadian tubuh bagi roh manusia yang belum menerima hidup kekal melalui iman dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuhan kita berkata pada para murid: “sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup” (John 14:19). Kebangkitan orang percaya dijamin melalui kebangkitan Kristus sendiri.

Edward Rees pernah berkata bahwa ajaran keabadian yang terus membuat api kesetiaan ada dalam hati manusia.Rasul Paulus, merupakan pengajar terbesar disepanjang masa (diluar Tuhan Yesus) berulang kali menyatakan kebenaran ini. Pengajarannya berpusat pada Kristus dan mengarahkan pendengarnya kesurga “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Philippians 3:20, 21). Fakta ini merupakan harapan Gereja. William Jennings Bryan memberikan beberapa paragraph indah tentang hal ini.

Jika Bapa sudi menyentuh dengan kuasa ilahi biji oak, dan bisa menembus tembok, apakah Dia akan mengabaikan manusia yang diciptakan seturut gambar dan rupaNya? Jika Dia memekarkan bunga, memberi bau harum disaat bersemi, apakah Dia akan menahan kata-kata harapan dari jiwa manusia saat kematian datang? Jika hal, baik yang diam dan mati, diubah oleh kekuatan alam kedalam berbagai bentuk, tidak mati, apakah roh manusia hilang dalam kunjungannya yang singkat, seperti tamu agung bagi rumah tanah liat ini?Tapi biarlah kita percaya bahwa Dia yang tidak membuang apapun, tapi membuat semuanya menjalankan rencana kekalNya, memberikan keabadian bagi yang fana, dan mengumpulkan bagi DiriNya roh murah hati bagi teman kami.

Disaat kematian dan perpisahan dengan orang yang kita kasihi, kita memiliki kepercayaan yang menghibur ini bahwa kubur adalah gerbang masuk kedalam kemuliaan. Biarlah Tuhan memberikan anda hal itu, menerima hidup kekal dan kemenangan iman dalam kehidupan setelah kematian.

Related Topics: Eschatology (Things to Come), Basics for Christians

Report Inappropriate Ad