MENU

Where the world comes to study the Bible

Mazmur 23

Penerjemah: Yoppi Margianto

Pendahuluan

Kita hidup di dalam dunia dengan banyak, bahkan begitu banyak, orang-orang yang dilanda perasaan takut dan cemas. Ada yang takut akan masa depan, cemas tentang apa yang akan terjadi. Ada yang takut akan masa lalu, cemas akan apa yang telah terjadi. Ada juga yang takut akan masa kini, kecemasan begitu melanda jiwa mereka dan mereka tidak dapat membayangkan bagaimana mereka dapat mengatasi berbagai situasi buruk yang tengah mereka hadapi di dalam hidup mereka. Ribuan orang setiap hari terbangun dengan beban-beban tersembunyi untuk ditanggung dan juga kecemasan yang harus mereka hadapi. Apakah Anda juga demikian? Apakah Anda dengan diam-diam sedang menanggung suatu beban berat?

Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan konsultan finansial, di sana saya sering berbicara dengan banyak pengusaha setiap minggunya. Saya tidak pernah melupakan percakapan dengan seorang pengusaha dari Kanada yang tengah meluap kemarahannya. Ia sudah lama bergerak di bidang perikanan. Keluarganya bergantung semuanya kepada industri ini, sejauh yang dapat ia ingat. Dia berbicara dengan saya, karena pemerintah Kanada menutup banyak bagian dari industrinya, disebabkan pemotongan anggaran dan kehabisan stok ikan. Dalam hitungan bulan kehidupannya menjadi berantakan—ia kehabisan daya karena harus kehilangan seluruh pendapatannya dan asetnya pun surut. Pada waktu saya berbicara dengannya hari itu, ia terus mengutuki pemerintah dan jelas sekali ia sedang diliputi rasa cemas dan takut akan masa depan—masa depannya serta isteri, anak-anaknya dan sanak saudaranya. Ia begitu dicekam kecemasan akan masa depan finansialnya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga sedang cemas akan keuangan Anda? Mungkin bagi kita ini adalah area yang menyerap perhatian yang sangat besar, tetapi kadangkala kita tergelincir dari perhatian kepada kecemasan, dan akhirnya dikuasai oleh pemikiran tentang tidak adanya jaminan akan masa depan keuangan kita. Anda mungkin memiliki anak-anak di universitas dan Anda tidak tahu bagaimana harus mencukupi kebutuhan mereka sementara Anda terus berupaya untuk itu. Atau Anda memiliki persoalan hipotek, atau terjerat masalah asuransi dan cemas akan masa depan Anda.

Atau mungkin bukan masalah keuangan yang melanda Anda, mungkin Anda semata-mata cemas akan masa depan dan ke arah mana hidup Anda akan melangkah. Anda lulus dari universitas, menikah, namun masih bingung ke mana hidup ini akan Anda jalani atau apa yang dikehendaki Allah untuk Anda lakukan. Mungkin Anda terus mencari-Nya dan melakukan semua yang Anda tahu untuk Anda lakukan dan telah diajarkan kepada Anda. Namun tetap Anda tidak yakin apa yang akan terjadi di depan.

Maka pertanyaan yang timbul adalah, “Bagaimana Allah menghendaki saya untuk menanggapi kecemasan dalam hidup saya? Seperti pertanyaan-pertanyaan besar lainnya di dalam hidup ini, Alkitab menyediakan kita jawabannya. Kali ini jawabannya datang dari kehidupan Daud. Daud mengatakan, melalui ilustrasi di dalam Mazmur 23, bahwa sungguh terdapat suatu cara yang membangun dan menghormati Allah dalam menanggapi kecemasan dalam hidup ini. Ia mendorong kita untuk mempercayai Allah sebagai Gembala yang baik dan setia, dan bersukacita dalam anugerah-Nya. Meskipun harus dikatakan bahwa menanggapi Allah dengan cara ini tidak menjamin bahwa masalah keuangan Anda akan terpecahkan, namun Allah akan memberikan keyakinan mengenai apa yang dilakukan-Nya di dalam kehidupan Anda. Ia akan meyakinkan Anda, sebagaimana dilakukan-Nya terhadap Daud, bahwa Dialah yang sedang memimpin hidup Anda. Dialah satu-satunya yang mengendalikan segala sesuatu dengan berbagai situasi. Hal ini akan membawa kita kepada damai sejahtera-Nya dan kesadaran bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Mari kita melihat Mazmur 23.

Daud adalah manusia sama seperti kita. Ia telah diuji dalam hal keresahan di banyak kesempatan di dalam hidupnya, yang terutama adalah ketika Saul memburu nyawanya, yang menurut beberapa komentator mungkin memberikan latar belakang bagi mazmur 23 ini. Namun lihatlah, Daud mengatasi kecemasan—yang adalah dosa—dengan mempercayai Allah dan bersukacita di dalam Dia. Dengan demikian Mazmur 23 memberikan suatu model bagi kita, suatu paeradigma untuk diikuti di sepanjang kehidupan kita sementara kita menanggapi segala kesulitan dan kecemasan yang datang menimpa.

Mazmur ini terbagi ke dalam dua bagian utama, masing-masing memberikan jawaban bagi pertanyaan kita tentang kekhawatiran. Empat ayat pertama berfokus pada Allah sebagai Gembala yang baik dan setia bagi umat-Nya, mendorong kita untuk mempercayai-Nya seperti itu. Bagian kedua tidak dari dari dua ayat terakhir, memfokuskan perhatian kita pada Allah sebagai tuan rumah yang murah hati, yang menyediakan suatu hidangan yang berlimpah bagi tamu-tamu-Nya, dan membawa kita kepada sukacita atas anugerah-Nya bagi kita. Mari kita membahas Mazmur ini sekarang.

I. Percayailah Allah sebagai Gembala yang Baik dan Setia

A. Untuk Memelihara Anda

1. YHWH adalah pribadi

Daud berkata di bagian pertama, ayat 1-4, bahwa YHWH adalah Gembala yang setia dan di bagian terakhir, ayat 5 dan 6 bahwa YHWH adalah pribadi yang murah hati. Mari kita bahas sejenak tentang Allah sebagai Gembala. Terdapat tiga hal utama yang saya ingin Anda melihatnya tentang Allah sebagai Gembala Anda: 1) Ia menyediakan bagi Anda (hal ini dimengerti dari ayat 1-3a); 2) Ia membimbing Anda (ayat 3b), dan 3) Ia melindungi Anda (ayat 4).

Mengenai penyediaan-Nya, kita melihat tiga hal yang muncul dari bacaan tersebut. Pertama, Allah adalah Gembala pribadi. Daud berkata bahwa Tuhan adalah Gembalaku. Daud menyadari bahwa Allah atas alam semesta ini adalah pribadi baginya, dan sebagai seorang Gembala yang baik, Ia mengendalikan seluruh kehidupannya. Apakah Anda juga sadar akan hal itu? Apakah Anda tahu bahwa Tuhan adalah Gembala pribadi Anda, seperti Daud mengenal-Nya? Hasil dari kesadaran ini, menurut Daud, adalah keyakinan bahwa ia tak kekurangan suatu apapun. Beberapa versi Alkitab menerjemahkan, “Tuhan adalah gembalaku, segala kebutuhanku dipenuhi.” Sebagai Gembala yang baik, YHWH memberikan diri-Nya kepada kita dan karena itu, kita sungguh-sungguh tidak kekurangan suatu apapun. Ayat 2-4 semata-mata mempertegas hal ini. Bagaimana kita dapat gagal mempercayai Allah yang telah sedemikian tulus memberikan diri-Nya bagi kita?

2. Pemeliharaan-Nya sempurna

Yang kedua kita melihat, di ayat 2, bahwa pemeliharaan Allah adalah sempurna. Daud berkata bahwa gembala yang baik membawa domba-dombanya ke padang rumput yang hijau dan air yang tenang. Padang rumput yang hijau barangkali berbicara tentang pucuk-pucuk muda dan lembut yang tumbuh di pagi hari dan disukai oleh binatang liar di Palestina. Air yang tenang barangkali berbicara tentang suatu mata air yang mengeluarkan air segar. Pemazmur menginginkan kita untuk memahami bahwa gembala selalu memberikan yang istimewa bagi domba-dombanya. Gembala menghendaki agar mereka mendapatkan yang terbaik, dan sangat sensitif terhadap apapun kebutuhan mereka. Daud menghendaki agar kita memahami bahwa YHWH melakukan hal yang sama bagi umat-Nya. Kalau itu merupakan pengalaman Daud, itu juga harus menjadi pengalaman kita. Hari-hari ini mungkin kita mengalami pergumulan berat dengan masalah keuangan, pekerjaan dan hal-hal lainnya, tetapi kita harus memahami kebenaran ini, bahwa apabila kita mencari Allah, kita tidak akan diberikan the second best dari-Nya. Ia adalah Gembala setia yang hanya akan memberikan kita yang terbaik menurut tujuan dan agenda-Nya. Dapatkah Anda mempercayai-Nya untuk hal ini? Dengarlah apa yang dikatakan Paulus tentang apa yang telah dilakukan Gembala yang baik bagi umat-Nya: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:23).

3. Pemeliharaan-Nya memperbaharui dan memuaskan jiwa (3a)

Bagian pertama dari ayat 3, yakni “Ia menyegarkan jiwaku,” harus dipahami berdasarkan gambaran tentang hubungan domba dan gembalanya. Dapat dikatakan bahwa padang rumput yang hijau dan air yang tenang yang disediakan oleh gembala yang penuh perhatian adalah demi pertumbuhan fisik dan energi bagi domba-dombanya. Gembala sungguh-sungguh mempertahankan kehidupan domba-dombanya dalam tugasnya memelihara mereka.

Pemeliharaan Allah bagi Daud dan bagi kita memberikan hasil yang sama. Entah itu kebutuhan fisik atau kebutuhan rohani yang kita temui, pemeliharaan-Nya menopang dan membangun kita. Akhirnya, hal itu menguatkan keyakinan kita akan Allah, meningkatkan sensitivitas rohani kita kepada-Nya, dan memuaskan kerinduan-kerinduan kita untuk menerima dari tangan-Nya.

4. Kesimpulan

Jadi, Anda lihat bahwa sudah sewajarnya kita mempercayai Gembala kita yang setia. Pemeliharaan-Nya selalu sempurna dan memperbaharui serta memuaskan kita. Mari kita mematikan kekhawatiran kita dan mempercayai Allah untuk segala sesuatu yang hanya Dia dapat menyediakannya. Pemeliharaan-Nya yang tak pernah berhenti merupakan salah satu bagian yang dilakukan-Nya bagi mereka yang mengenal dan mengasihi-Nya. Ia juga membimbing mereka. Lihatlah ayat 3b.

B. Untuk Membimbing Anda

“Ia menuntunku ke jalan yang benar, oleh karena nama-Nya.” Saya ingin agar Anda memperhatikan dua hal ini: 1) Ia menuntun Anda ke jalan yang benar dan 2) Ia melakukannya di dalam nama-Nya.

1. Ia menuntun Anda ke jalan yang benar

Daud berkata bahwa pada waktu kita menjalani kehidupan ini, Allah menuntun kita sebagai gembala yang baik, sepanjang jalan kebenaran. Bagi domba-domba, tentu saja hal ini berarti jalan yang benar atau lurus; yakni jalan tertentu menuju tempat-tempat peristirahatan dan pemeliharaan yang dibicarakan di ayat 2. Tetapi bagi Daud, Allah ingin membawanya kepada jalan kebenaran selama masanya menjadi raja dan memampukannya untuk memenangkan setiap peperangan besar dalam tugasnya menduduki tanah yang dijanjikan bagi bangsa itu. Begitu pula, Allah ingin membawa kita kepada kebenaran yang semakin besar dalam kehidupan kita. Sudah seharusnya kita memberi perhatian akan hal ini. Paulus berkata di dalam 1 Thesalonika 4:7 bahwa Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus, dan bahwa Allah menghendaki agar kita dikuduskan seluruhnya (5:23). Karena itu kita harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Bagi beberapa dari antara kita mungkin inilah yang menjadi alasan mengapa kita tidak memiliki keyakinan di hadapan Allah yang seharusnya kita miliki. Kita ingin mengenal Allah sebagai Gembala kita, tetapi kita bertoleransi terhadap dosa di dalam hidup kita. Dan untuk waktu yang lama kita tidak mau mengakuinya. Sungguh, kita harus mengakui dosa-dosa kita dan mengijinkan Allah sebagai gembala kita yang setia untuk berurusan dengan kita. Yohanes berkata bahwa bila kita mengakui dosa-dosa kita, maka Allah adalah setia untuk mengampuni dan memurnikan. Sekarang perhatikanlah mengapa Ia memimpin dan menuntun kita.

2. Ia menuntun Anda oleh karena nama-Nya

Akhir dari ayat 3 memberikan alasan mengapa Allah merupakan Gembala yang setia bagi Daud dan juga bagi kita sekarang ini. Ia melakukannya oleh karena nama-Nya. Yakni, oleh karena kemuliaan dan reputasi dari nama dan kehormatan-Nya sendiri. Reputasi macam apa yang dimiliki oleh seorang gembala di Palestina jika semua orang tahu bahwa ia tidak memberi perhatian yang cukup dan tidak bertanggungjawab dengan domba-dombanya? Ijinkan saya bertanya kepada Anda pertanyaan ini, reputasi macam apa yang akan dimiliki oleh Allah bagi diri-Nya jika Ia tidak memberi perhatian terhadap orang-orang yang menjadi tanggung jawab-Nya? Nama Allah dipertaruhkan di dalam hidup Anda. Ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Ia setia dalam menyediakan semua kebutuhan Anda dan menuntun Anda di jalan yang benar, di dalam kehidupan yang kudus.

Sejauh ini kita telah melihat bahwa YHWH harus dipercaya sebagai Gembala yang baik, terutama sebagai Seorang yang memelihara milik-Nya dan dengan setia menuntun mereka juga. Namun, menggembalakan ternak di jaman Timur Dekat purba lebih dari sekadar memelihara dan menuntun domba-domba. Gembala harus juga melindungi mereka. Hal ini, sebagaimana telah kita bicarakan di dalam pembukaan, merupakan fokus dari ayat 4.

C. Untuk Melindungi Anda

Daud berkata, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya; sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” Frase “lembah kekelaman” (bahasa aslinya: “lembah bayang-bayang maut”, penterj.) sangat mungkin merujuk kepada jurang-jurang dengan tebing-tebing yang curam. Dan merupakan hal yang biasa di Palestina bagi seorang gembala kalau ia harus berjalan melewati jurang-jurang ini di mana bahaya begitu dekat (baik dari tebing-tebing itu sendiri maupun dari binatang liar yang bersembunyi dan menantikan mangsa), demi menemukan suatu sumber makanan yang lain. Daud berkata, “demikian juga dalam hidup ini.” Seringkali kita harus berjalan melalui situasi-situasi berbahaya—dan di sini barangkali Daud sedang memikirkan segala upaya yang dibuat untuk menghilangkan nyawanya oleh Saul dan musuhnya yang lain—namun kita tidak perlu dicekam rasa takut, karena seperti gembala bersama domba-dombanya dan mampu menangkis setiap bahaya dengan gada dan tongkatnya, demikian juga Allah cukup berkuasa untuk melindungi kita dari bahaya. Penerapannya, seperti dijelaskan rasul Paulus, bukanlah bahwa Allah akan menjadi perisai yang akan menghindarkan kita dari setiap situasi bahaya—karena pandangan ini sudah terbukti salah sebagaimana disaksikan oleh banyak dari kita—melainkan bahwa 1) tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Kristus selama pengalaman-pengalaman itu (Roma 8:38,39) dan 2) bahwa Dia saja yang memberikan persetujuan tentang hal-hal apa yang diijinkan untuk menimpa kita dan 3) itu semua semata-mata demi kebaikan kita dan pengenalan yang semakin dalam akan Dia (Roma 8:28). Beberapa dari Anda mungkin tengah berada dalam berbagai situasi yang sangat sulit mengenai anak-anak, pekerjaan atau mungkin tentang kematian mendadak dari saudara Anda. Anda harus tahu bahwa Allah tidak meninggalkan Anda—Ia bukanlah orang sewaan—melainkan Gembala yang setia (band. Yoh 10:14). Ia hanya mengijinkan apa yang menurut hikmat-Nya baik bagi Anda dan tidak akan pernah mengijinkan suatu keterpisahan yang permanen terjadi di antara Anda dan Dia. Yakinlah bahwa Ia akan melindungi Anda dari segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya di dalam hidup Anda.

D. Rangkuman

Allah adalah Gembala yang setia. Ia memelihara kita tanpa menyayangkan satupun. Ia menuntun kita ke dalam kehidupan yang benar oleh karena reputasi-Nya sendiri, dan Ia melindungi kita, bukan dengan menjadi tameng bagi kita dari kesulitan, meskipun dalam banyak kesaksian hal itu dilakukan-Nya, tetapi dengan mengijinkan di dalam kehidupan kita hanya apa yang menguntungkan bagi kita menurut tujuan-Nya yang baik bagi kita. Kita perlu mempercayai-Nya sebagai Gembala kita yang setia.

Pertanyaan yang kita munculkan di dalam pendahuluan dan sudah dijawab dalam studi ini, sebagaimana kita telah lihat di dalam Mazmur 23 adalah, “Bagaimana seharusnya saya menanggapi setiap permasalahan dan luka di dalam hidup saya?” Bagian pertama dari Mazmur ini mendorong kita untuk mempercayai Allah sebagai Gembala yang setia, dan bukannya membiarkan diri kita dikuasai dengan kecemasan. Tetapi tidak berhenti sampai di sini, karena gambaran dari Daud juga mendorong kita untuk bersukacita di dalam anugerah Allah bagi kita. Mari kita lihat di ayat 5 dan 6.

II. Bersukacita dalam Anugerah Allah

A. Karena Ia Tidak Menyayangkan Berkat-Nya (5)

Gambaran di sini tentang Allah sebagai tuan rumah yang murah hati, yang mengadakan suatu pesta, dan begitu royal terhadap tamu-tamu undangannya. Daud berkata, “pialaku melimpah,” itu dapat berarti kualitas minuman itu sungguh-sungguh hebat, atau tuan rumah itu telah memberikannya secara berlimpah. Apapun interpretasinya, anugerah Allah yang luar biasa sungguh nyata di dalam pengalaman Daud di sini. Kenyataannya, implikasi di dalam ayat 5 adalah bahwa hal ini merupakan pengalaman Daud bersama YHWH sampai saat itu, dan ayat 6 jelas menyebutkan betapa Daud yakin bahwa anugerah dan persekutuan dengan Allah seperti itu akan terus berlanjut di sepanjang hidupnya.

B. Karena Hal Itu Membaca kepada Persekutuan yang Terus-menerus dengan-Nya (6)

Daud berkata di ayat 6, “Sungguh (perhatikan keyakinan Daud), kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikutiku, seumur hidupku.” Bukan pengejaran oleh musuh-musuhnya (misalnya Saul), melainkan kebaikan dan kemurahan (yakni kasih setia Allah) yang akan mengikutinya seumur hidupnya, dan ia tahu bahwa ia akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang hidupnya. Daud mengarahkan hidupnya di sekitar persekutuan dan hubungan dengan Allahnya. Anugerah Allah dapat terjadi seperti itu juga di dalam hidup kita. Apakah kita menyadari betapa melimpahnya semua yang telah diberikan Allah kepada kita di dalam Kristus, mengampuni dosa kita dan memberikan kita Roh-Nya yang memampukan kita untuk berjalan dengan-Nya (band. 1 Korintus 2:12)? Kita harus bersukacita di dalam anugerah Allah bagi kita, dan bukannya dikuasai oleh kecemasan atas situasi yang diijinkan oleh Gembala kita untuk kita jalani.

Kesimpulan

Bagaimana seharusnya kita, sebagai umat yang mengaku mengenal Gembala yang agung dan Tuan Rumah yang murah hati itu, menanggapi setiap pengujian yang sulit dan kacau yang diijinkan-Nya menimpa kita? Kita dapat menanggapinya seperti yang dilakukan pengusaha ikan dari Newfoundland yang saya ceritakan di atas… seseorang yang dengannya saya berbicara hari itu di telepon. Kita dapat menjadi sedemikian terobsesi dengan masalah dan kecemasan akan masa depan sehingga kita mengabaikan Allah dan menganggap diri kita tidak dapat memperoleh penggembalaan-Nya yang setia dan penuh kemurahan bagi kita. Kita dapat menjadi marah dengan-Nya karena telah mengijinkan hal-hal itu menimpa kita ketika kita merasa tidak melakukan apa-apa yang layak untuk mendapatkan hukuman. Namun, gambaran dari Daud mendorong kita untuk menanggapi persoalan kita dengan cara yang berbeda. Daud berkata bahwa ketika kita cemas akan berbagai situasi atau tentang apapun yang menjadi masalah, kita seharusnya mempercayai Allah sebagai Gemabla yang setia dan bersukacita di dalam anugerah-Nya bagi kita. Hasilnya saya pikir adalah bahwa kita akan mampu memahami, sebagaimana Daud memahami, bahwa sesuai dengan karakter Gembala kita yang setia, kebaikan dan kemurahan belaka akan mengikuti kita sepanjang hidup kita!

Related Topics: Devotionals, Comfort

Report Inappropriate Ad