Previous PageTable Of ContentsNext Page

Pelajaran 2 — Jatuhnya Manusia
Kejadian 3:1--5:32

Pendahuluan

Pada tanggal 20 Juli 1969, keluarga kami tiba di rumah orang tua saya di Washington sete;ah perjalanan yang selalu kami lakukan setiap tahun dari Texas. Kami tiba persis ketika Lunar Module, “Eagle”, mendarat di bulan. Kami mendengar kata-kata bersejarah yang diucapkan oleh Neil Armstrong:

“Ini adalah satu langkah kecil bagi seseorang; satu langkah besar bagi umat manusia.”

Ini adalah suatu waktu dalam sejarah yang takkan segera kami lupakan, namun peristiwa ini tak dapat dibandingkan dengan peristiwa yang kita pelajari hari ini. Kalau saya dapat mengatakannya dengan cara saya sendiri,saya akan menjelaskan dosa Adam dan Hawa di taman Eden seperti ini:

“Itu adalah satu kesalahan kecil bagi seseorang; satu kejatuhan besar bagi umat manusia.”

Saya akan mulai dengan menunjukkan bahwa Alkitab memandang Adam dan Hawa sebagai manusia yang nyata secara konsisten, manusia pertama yang tinggal di bumi. Kisah tentang dosa mereka bukanlah fabel, namun suatu fakta dalam sejarah. Tuhan Yesus berbicara tentang Adam dan Hawa sebagai manusia nyata (Matius 19:3-6), sama seperti ketika Ia berbicara tentang Nuh (Matius 12:38-41). Paulus berbicara banyak tentang Adam dan Hawa, dan dosa mereka (Roma 5:12-21; 1 Korintus 11:2-12; 2 Korintus 11:3; 1 Timotius 2:8-15). Saat kita membaca cerita Musa mengenai kejatuhan manusia, kita membaca cerita tentang dua orang yang dosanya mempengaruhi seluruh umat manusia. Kisah mengenai kejatuhan manusia adalah kisah yang mendasar di seluruh Alkitab dan dalam “jalannya kisah keselamatan.” Mari kita mendengarkan dengan seksama, dan memperhatikan pelajaran-pelajaran yang ada disini untuk kita pelajari.

Setting

Kejadian 2:4-25

Sementara fokus kita berada di Kejadian 2:4-5:27, saya ingin mengingatkan Anda pada pasal pertama kitab Kejadian. Disini Musa memberitahu kita bahwa Tuhan menjadikan ciptaanNya melalui FirmanNya:

“Tuhan berfirman...... dan jadilah demikian.”

Dengan iman kita mengerti bahwa alam semesta dijadikan oleh perintah Tuhan, sehingga apa yang kelihatan berasal dari yang tidak kelihatan (Ibrani 11:3, penekanan oleh saya).

Teman saya, Randy Zeller, merangkumnya demikian: “Dalam Kejadian 1, Firman Tuhan adalah sarana dengan mana dunia telah dijadikan; dalam pasal 2, Tuhan memerintahkan Adam untuk memerintah dan tidak memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat; dalam pasal 3, Firman Tuhan ditentang oleh iblis dan dilanggar oleh Adam dan Hawa.” Jika Firman Tuhan dapat membuat ciptaan menjadi ada, pastilah ia dapat dipercaya, dan harus ditaati. Maka pasal 1 menyiapkan dasar bagi kejatuhan dalam pasal 3.

Kejadian 2 mengambil tema penciptaan, namun dari sudut pandang yang berbeda. Dalam pasal 1, semua yang diciptakan Tuhan dinyatakan “baik” atau “amat baik”. Mulai dari ayat keempat pasal 2, kita menemukan bahwa kisah penciptaan diceritakan kembali, tapi dari perspektif yang berbeda. Kisah penciptaan tidak dimulai dari dari awal, dari hari pertama, tapi dari hari ketiga, saat kehidupan tumbuh-tumbuhan diciptakan. Dalam pasal 1, penciptaan (atau kosmos-keteraturan) berasal dari kekacauan. Dalam pasal 2, penciptaan berasal dari kebutuhan. Perhatikan hal-hal yang masih kurang dalam pasal 2:

Tak ada semak atau tumbuh-tumbuhan 9 (ayat 5)

Tak ada hujan (ayat 5)

Tak ada manusia (ayat5)

Tak ada pasangan bagi Adam (ayat18-25)

Kejadian 2 menjelaskan bagaimana Tuhan menyediakan kebutuhan-kebutuhan ciptaanNya. Sepengetahuan saya, tak akan ada kehidupan tumbuh-tumbuhan tanpa air. Pada saat itu, tampaknya belum ada hujan. Lalu bagaimana tumbuh-tumbuhan dapat bertahan hidup? Tuhan memelihara melalui “kabut” (dalam beberapa terjemahan) atau “sumber air” (NET Bible). Secara teknis, kita tidak bisa mengatakan, “sebuah sungai mengalir melalui taman Eden;” kita harus mengatakan, “sebuah sungai bersumber di Eden” (lihat Kejadian 2:10). Sungai itu kemudian terbagi menjadi 4 cabang (ayat 10-14). Jika pemahaman saya mengenai hal ini benar, maka masih ada kebutuhan kedua--yaitu kebutuhan akan adanya manusia untuk mengairi taman itu. Kabut akan berfungsi seperti hujan yang akan mengairi taman itu dengan atau tanpa adanya manusia. Namun sebuah sumber air akan menimbulkan suatu kebutuhan akan adanya saluran saluran pengairan dan pengolahan. Maka timbullah kebutuhan akan manusia, juga kebutuhan akan air, jika taman ini hendak dilanjutkan keberadaannya. Tuhan menyediakan kedua kebutuhan ini; Ia menyediakan sumber air (yang menjadi sumber air dari sungai yang ada di taman Eden), dan Ia menyediakan Adam (yang akan mengairi dan mengusahakan taman tersebut).

Namun masih ada satu kebutuhan besar lain, yaitu kebutuhan akan adanya pasangan bagi Adam. Saat Allah menciptakan dunia satwa, Ia menciptakan jantan dan betina, sehingga mereka dapat berkembang biak dan memenuhi bumi (1:22,24). Menurut saya, Tuhan dengan sengaja menuntun Adam untuk menyadari kebutuhannya akan seorang pasangan. Untuk itu, Tuhan membawa setiap mahluk hidup ke hadapan Adam untuk diberi nama. Pemberian nama ini adalah ungkapan kuasa Adam atas hasil ciptaan Tuhan, karena ia diciptakan menurut rupa Allah dan diperintahkan untuk berkuasa atas seluruh ciptaan Tuhan. Namun pemberian nama ini mempunyai maksud lain--ia memperjelas fakta bahwa Adam masih belum lengkap tanpa adanya pasangan bagi dirinya sendiri.

Saya dapat membayangkan bagaimana hal itu terjadi. Tuhan membawa beraneka hewan pada Adam untuk diberi nama, sepasang demi sepasang. Adam dapat melihat singa jantan, dengan tubuh yang lebih besar dan rambut yang mengesankan, dan ia dapat melihat singa betina bersamanya. Jika singa itu sudah mulai “berbuah dan berlipat ganda,” Adam melihat bagaimana mereka berkembang biak. Segera Adam pasti menyadari bahwa semua hewan datang berpasangan--jantan dan betina. Adam pastilah menyadari bahwa ia jantan. Ia menyadari bahwa ia memerlukan betina, jika ia ingin “berbuah dan berlipat ganda.” Ketika ia melihat kesekitarnya, ia melihat banyak “pasangan yang serasi,” tapi tak ada satupun mahluk yang cocok dengannya. Bagaimana ia bisa menjalankan mandat yang diterimanya jika ia tak punya pasangan? Kebutuhan ini kini menjadi nyata.

Bertolak belakang dengan pasal 1, kata Tuhan tentang keadaan Adam: “Tidaklah baik...” (2:18). Adam tak dapat menjalani panggilannya seorang diri. Ia harus memiliki pasangan yang serasi dengannya (secara fisik dan juga yang lain). Tuhan menyediakan kebutuhan manusia dengan cara yang sangat menakjubkan. Ia tidak menciptakan seorang istri bagi Adam dari debu tanah; Tuhan menciptakan istri bagi Adam dari dagingnya sendiri. Tuhan membius Adam dan mengambil satu tulang rusuknya, membuat seorang perempuan dari daging dan tulang rusuk itu. Mereka adalah “satu daging.” Karena alasan inilah Musa kemudian berkata,

23 Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” 24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu (Kejadian 2:23-25).

Dalam penciptaan yang orisinil, Adam dan Hawa tak punya orang tua, dan mereka mempunyai satu daging. Mereka benar-benar “satu daging.” Hal ini memberikan pola bagi pernikahan-pernikahan di masa mendatang, sama seperti Tuhan beristirahat pada hari Sabat akan menjadi pola bagi umat manusia (lihat Kejadian 2:1-3). Saat seorang laku-laki dan perempuan menikah, mereka akan menjadi “satu daging” yaitu dengan persekutuan tubuh. Namun mereka juga akan menunjukkan kesatuan yang lebih mendalam, sesuatu yang dimulai dengan pernikahan yang pertama. Karena Adam dan Hawa tak mempunyai orang tua, dan menjadi satu daging, maka setiap suami dan istri akan menjadi satu daging dengan meninggalkan dan dengan bersatu. Mereka akan meninggalkan orang tua mereka, bukan dengan menghindari mereka, atau mengabaikan mereka (lihat Markus 7:9-13), namun dengan tidak tinggal dibawah kuasa orang tua mereka seperti dahulu. Karena Tuhan mempersatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan bersama sama dalam suatu pernikahan, tak ada seorangpun yang boleh ikut andil merusak persatuan tersebut.

Inti dari pasal 2 adalah bahwa Tuhan akan menyediakan setiap kebutuhan dasar ciptaanNya. Semak dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air, dan Tuhan menyediakan sumber air dan seorang manusia untuk mengairi taman itu. Adam memerlukan pasangan, dan Tuhan secara ajaib memenuhi kebutuhannya. Kita harus belajar dari pasal 2 bahwa Tuhan menyediakan kebutuhan ciptaanNya, dengan caraNya, pada waktuNya, dan dengan jalan yang tidak kita duga. Tentulah kita dapat melihat kalau saja manusia memerlukan “pengetahuan yang baik dan yang jahat,” Tuhan pastilah sudah memberikannya. Kita juga melihat bahwa pengetahuan ini tidak untuk didapatkan dengan jalan memakan buah terlarang.

Pasal 2 mempersiapkan jalan bagi kisah kejatuhan dalam pasal 3 dengan cara yang berbeda. Dalam pasal 2lah perintah Tuhan mengenai puhon-pohon di taman diberikan. Tuhan menciptakan sebuah taman, dan dalam taman ini Ia menyediakan setiap pohon yang baik. Dalam taman ini setiap pohon “menyenangkan untuk dipandang dan baik untuk dimakan.” Ini berarti bahwa pohon terlarang juga menyenangkan untuk dipandang dan enak untuk dirasakan. Pohon terlarang itu pasti juga “menyenangkan untuk dipandang dan baik untuk dimakan.” Tuhan tidak melarang Adam memakan buah pohon ini karena pohon ini buruk, dengan buah yang buruk, tapi karena Tuhan tidak ingin Adam memperoleh pengetahuan baik dan jahat dengan memakan buah pohon ini.

Perintah Tuhan pada Adam ringkas dan jelas. Adam bertugas untuk merawat dan memelihara taman. Ia dapat makan dengan bebas dari semua pohon dalam taman, kecuali dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Tuhan berkata bahwa jika Adam memakan buah pohon ini, pasti ia akan mati pada hari itu juga. Pohon pengetahuan baik dan jahat berada tepat di tengah-tengah taman, bersama dengan pohon kehidupan. Karena itu Adam berhadapan dengan sebuah pilihan, pilihan antara hidup dan mati. Kita tahu bahwa pada saat perintah ini diberikan, Adam masih seorang diri, karena Hawa belum diciptakan. (Hal ini diperjelas dengan fakta bahwa kata “kamu” dalam ayat 17 berbentuk tunggal, bukan jamak.) Hal ini berarti bahwa merupakan tanggung jawab Adamlah untuk menyampaikan perintah Allah pada Hawa.

Godaan dan Kejatuhan

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati.” 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Bagi saya, kita belum benar benar membaca 3 pasal Alkitab sebelum kita bertemu dengan kisah kejatuhan manusia, an penjelasan mengenai kejatuhan yang sebenarnya hanyalah sepanjang tujuh ayat. Labih dari itu, Adam bertanggung jawab atas kejatuhan tersebut, namun hampir seluruh kejatuhan yang sebenarnya digambarkan oleh apa yang dilakukan oleh Hawa. Kejadian ini terjadi begitu cepat dan begitu mudah, dan tampaknya juga tanpa adanya perlawanan atau keraguan. Bagaimana ini bisa terjadi? Tak ada yang memiliki kehidupan lebih baik daripada Adam dan Hawa. Mereka tak memiliki sifat dosa, yang mendorong mereka menuju kejahatan. Mereka memiliki semua hal yang mereka perlukan, dan mereka hidup dalam dunia yang sempurna. Jadi bagaimana Adam dan Hawa dapat dibujuk untuk melanggar perintah Allah dan merusak segalanya?

Jawabannya ada beberapa bagian. Kita dapat melihat dari teks bahwa ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang. Kita belum diperkenalkan pada iblis sebelum ini, namun ular pasti merupakan mahluk ciptaan Tuhan, dan karena itu Adam pasti sebelumnya telah memberinya nama. Iblis sendiri adalah mahluk ciptaan (Yeheskiel 28:13,15). Kejatuhan iblis dijelaskan dalam Yesaya 14:12-15 dan Yeheskiel 28:12-15. Dalam teks kita, ia menunjukkan kecerdikannya dengan beberapa cara.

Pertama, iblis memutuskan untuk menyerang manusia melalui “penolongnya”, Hawa. Saya percaya iblis melakukan ini karena ia merasa bahwa jika ia berhasil membujuk Hawa untuk melanggar perintah Allah, Adam akan cenderung untuk mengikuti Hawa. Iblis juga pasti mengetahui bahwa Tuhan tidak memberikan perintahNya mengenai buah terlarang secara langsung kepada Hawa, namun memerintahkannya kepada Adam. Karena itu informasi yang diterima Hawa berasal dari tangan kedua. Hawa juga tidak terlibat dalam pemberian nama hewan-hewan, yang akan memperkuat fakta bahwa manusia berkuasa atas ciptaan Tuhan (dan karena it berkuasa juga atas ular). Adam akan lebih peka terhadap kedurhakaan ular, yang berani menipu perempuan itu dan membujuknya untuk melanggar perintah Allah.

Lebih jauh, ular mendekati Hawa seakan akan ia adalah pencari atau pembelajar. Ia datang kepada Hawa dengan pertanyaan yang tampak lugu. Ia tampak bersedia untuk dikoreksi jika ia salah. Serangannya tidak secara langsung berhadap-hadapan melawan perintah Allah, tapi dengan siasat licik.

Sebagai tambahan, ular tampak seolah olah seperti seorang teman yang memikirkan kepentingan Hawa. Iblis tidak memberitahukan maksudnya yang sebenarnya. Ia tidak datang sebagai penipu atau pembunuh, walaupun sebenarnya itulah identitas aslinya (Yohanes 8:44). Ia datang sebagai seorang teman, sebagai pihak ketiga yang tak berkepentingan yang hanya memikirkan kepentingan Hawa, memberitahukan pengetahuan yang tidak dimiliki Hawa.

Kelicikannya tampak dengan kemampuannya untuk mengubah sama sekali sudut pandang Hawa, sehingga ia memilih untuk melanggar perintah Allah daripada taat pada perintahNya. Iblis ini begitu liciknya sehingga ia dapat membujuk Hawa untuk lebih percaya padanya, dan pada kata-katanya, daripada pada Tuhan, dan firmanNya. Disini secara singkat digambarkan apa yang dilakukan oleh iblis:

Awalnya, iblis tampak merendah dan “dapat diajar,” namun dengan segera ia menjadi percaya diri dan berkuasa. Ia tampak seperti seseorang yang tahu apa yang sedang dibicarakannya, seseorang yang dapat dipercaya.

Iblis memancing hasrat sensual Hawa. Hawa pasti telah melihat keelokan buah pohon itu dan membayangkan kenikmatan rasanya, namun buah ini terlarang. Hawa melihat buah ini sebagai buah yang menarik, titik.

Iblis secara tersamar menciptakan keraguan akan Allah dengan mengecilkan kasih karuniaNya, dan dengan mendorong Hawa untuk memandang Allah sebagai Allah yang pelit, yang tidak mau memberikan sesuatu yang benar-benar baik kepada Hawa.

Iblis membuat Hawa meragukan Firman Tuhan dan mempercayai jaminan iblis (“Kamu pastilah tidak akan mati!”).

Iblis membujuk Hawa untuk mementingkan dirinya sendiri di atas segalanya, dan bertindak sendiri diluar suaminya dan Tuhan, untuk meraih apa yang dianggapnya sebagai yang terbaik.

Iblis memakai Hawa untuk membawa suaminya pada dosa.

Tindakan Adam lebih mengherankan daripada tindakan istrinya. Kita tahu dari kata-kata Paulus dalam Perjanjian Baru bahwa ada perbedaan yang mendasar antara dosa Adam dan dosa istrinya: Hawa tertipu, tapi Adam tidak (2 Korintus 11:3; 1 Timotius 2:14). Jika Adam tidak tertipu, lalu mengapa ia tidak mentaati Allah? Dan mengapa peristiwa Adam memakan buah terlarang tampak hanya sebagai catatan kecil saja atas kisah dosa Hawa?

Kita tahu dari Kejadian 3:17 bahwa Tuhan mempersalahkan Adam karena ia menuruti perkataan Hawa. Adam tidak memimpin; ia mengikuti. Ia melakukan apa yang disuruhkan istrinya kepadanya, dan tidak mentaati perintah Allah kepadanya. Sungguh menyedihkan untuk mengakui bahwa tampaknya jika dilihat dari ayat 6, Adam selama itu berada bersama Hawa, juga pada saat Hawa menawarkan kepadanya beberapa buah terlarang.

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya (Kejadian 3:6, penekanan oleh saya).

Tidaklah mengherankan Adam begitu cepat memakan buah terlarang itu! Ia berada disana selama itu. Adam seharusnya berkuasa atas ciptaan Tuhan. Adam seharusnya memimpin istrinya (yang prioritasnya atas Hawa tampak dengan diciptakan lebih dulu, dengan menjadi sumber kehidupan Hawa, dan dengan memberi nama Hawa), dan bersama sama dengan Hawa, berkuasa atas ciptaan Tuhan. Namun kita melihat bahwa Adam berdiri diam disitu sementara mahluk itu menipu istrinya dan menghujat Allah. Bagaimana ia bisa berbuat demikian? Apakah ia terlalu takjub akan kecantikan Hawa hingga ia menurutinya, karena itu secara sengaja melanggar perintah Allah? Kita mungkin takkan tahu mengapa Adam menuruti istrinya, tapi kita tahu bahwa ia menuruti istrinya, dan karena itu ia berdosa.

Konfrontasi dan Kutukan

8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan Allah diantara pohon-pohonan dalam taman. 9 Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Dimanakah engkau?” 10 Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” 11 FirmanNya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” 12 manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan disisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” 13 Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”

14 Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu:

“Karena engkau berbuat demikian,

terkutuklah engkau diantara segala ternak

dan diantara segala binatang hutan;

dengan perutmulah kau akan menjalar

dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

15 Aku akan mengadakan permusuhan

antara kau dan perempuan ini,

antara keturunanmu dan keturunannya;

keturunannya akan meremukkan kepalamu

dan keturunanmu akan meremukkan tumitnya.”

16 FirmanNya kepada perempuan itu:

“Susah payahmu waktu mengandung akan kubuat sangat banyak;

dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu;

namun engkau akan berahi kepada suamimu

dan ia akan berkuasa atasmu.”

17 Lalu FirmanNya kepada manusia itu:

“Karena engkau mendengar perkataan istrimu

dan memakan dari buah pohon

yang telah kuperintahkan kepadamu: Jangan makan daripadanya,

maka terkutuklah tanah karena engkau;

dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu dari tanah

seumur hidupmu:

18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu,

dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makanmu;

19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu,

sampai engkau kembali lagi menjadi tanah,

karena dari situlah engkau diambil;

sebab engkau debu

dan engkau akan kembali menjadi debu.”

Perhatikan urutan konfrontasi dan kutukan Tuhan. Rantai perintah adalah Tuhan - Adam - Hawa - ular. Urutan kejatuhan adalah ular - Hawa - Adam. Saat Tuhan mengkonfrontasi dosa ini, pertama kali Ia mengkonfrontasi Adam (3:9-12), lalu Hawa (3:13). Setelah Tuhan menanyai Adam dan Hawa, Tuhan tidak menanyai ular. Tuhan sama sekali tidak berusaha menyelamatkan si ular. Urutan kutukan jatuh berdasarkan urutan kejatuhan, sehingga ular dikutuk pertama kali, lalu Hawa, dan kemudian Adam.

Perhatikan juga bahwa Adam dan istrinya tidak mencari Tuhan tapi bersembunyi dariNya. Mereka menutupi ketelanjangannya dengan daun pohon ara, dan menyembunyikan diri diantara pohon pohon di taman. Tuhanlah yang mencari pendosa-pendosa pertama ini. Dan begitulah yang terjadi seterusnya. Tak ada seorangpun yang mencari Tuhan; Tuhan yang mencari para pendosa untuk menyelamatkan mereka:

“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. 11 Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah” (Roma 3:10b-11). 9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan orang hilang” (Lukas 19:9-10).

Kutukan ular dua kali lipat. Yang pertama, ia akan “menggigit debu”, kita akan mengatakannya demikian. Pada mulanya ular pastilah berdiri dengan tegak, karena kutukannya ia merayap di atas debu sebagai mahluk yang paling terkutuk dari semua mahluk. Kutukan terbesar adalah nubuat akan kehancurannya secara total dalam ayat 15b:

“Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan keturunanmu akan meremukkan tumitnya.”

Orang Kristen mengerti bahwa ini adalah nubuatan pertama tentang kedatangan Juru Selamat, yang merupakan Adam terakhir (Roma 5:12-21; 1 Korintus 15:45). Sang Juru Selamat akan merupakan “keturunan perempuan itu:” Ia akan merupakan manusia (dan tentu saja, ilahi). Satu dari keturunan Hawa akan “meremukkan kepala” ular, sementara juga “kakiNya akan remuk.” Injakan tumit Sang Juru Selamat ke kepala ular akan menghancurkan si ular, namun juga akan meremukkan tumit Sang Juru Selamat. Inilah nubuatan pertama kayu salib Tuhan kita, dimana kekalahan iblis dinyatakan (lihat Yohanes 12:31).

Kutukan Hawa dan Adam jatuh dalam area fokus atau kontribusi utama mereka. Walaupun tak dinyatakan secara jelas dalam teks kita, kita tahu bahwa kutukan Adam jatuh ke atas semua keturunannya laki-laki, sama seperti kutukan Hawa jatuh ke atas semua keturunannya perempuan. Baik Adam maupun Hawa akan menjalani susah payah. Hawa akan mengalami susah payah ketika melahirkan anaknya; Adam akan bersusah payah mengusahakan makanannya. Sebagai tambahan, Hawa akan berhasrat untuk berkuasa atas suaminya, namun ia harus berada di bawah kuasa suaminya (3:16). Kata-kata terakhir dalam Kejadian 4:7 sama persis dengan kata kata dalam 3:16:

“Engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan berkuasa atasmu” (3:16) “Ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (4:7)

Ada orang yang mengartikan Kejadian 3:16 secara lain, namun bagi saya Tuhan telah membuat kutukan Hawa setimpal dengan dosanya, yaitu memimpin suaminya, bukannya mengikuti dia.

Kutukan Adam berkaitan dengan tanah yang telah diperintahkan Allah untuk diusahakannya. Karena ia menuruti perkataan istrinya, Adam akan menemukan bahwa tanah akan berkurang kesuburannya. Sekarang, menanam tanaman untuk dimakan akan membutuhkan kerja keras. Kurasa kita bisa mengatakan bahwa mulai dari titik ini ia harus bersaing dengan penyakit, serangga dan dengan rumput--semua hal yang harus dihadapi para tukang kebus saat ini. Sebagai tambahan, Adam akan kembali ke tanah (demikian juga Hawa). Ini adalah bagian dari upah dosa, yang telah dikatakan Tuhan pada Adam sebelumnya.

Terkadang saya mendengar orang membicarakan pekerjaannya dengan kata-kata yang sangat idealistis. Kurasa mereka menginginkan pekerjaan mereka seperti pekerjaan bagi Adam, sebelum kejatuhan manusia. Apakah pekerjaan Anda kurang memuaskan? Apakah pekerjaan Anda menuntut sesuatu dari Anda yang tak Anda sukai? Apakah Anda harus bekerja keras dengan jam kerja yang panjang? Semua itu adalah bagian dari kutukan Adam. Ini normal. Mengharapkan terlalu banyak dari pekerjaan adalah sama dengan mengharapkan bahwa kutukan Adam tidak menimpa Anda. Tidak bisa. Hal ini bukan berarti bahwa Anda tidak bisa menikmati pekerjaan Anda, tapi hal ini berarti bahwa pekerjaan menjadi lebih banyak “kerja” daripada sebelum kejatuhan manusia.

Akibat Dari Kejatuhan Manusia

Akibat-akibat dari kejatuhan segera nampak. Beberapa dari akibat ini “tak terlihat” dalam arti bahwa perintah Tuhan kepada Adam dalam 2:16-17 tidak menjelaskan semua akibat jika Adam tidak taat. Beberapa dari akibat kejatuhan merupakan akibat langsung dari kutukan yang diucapkan Allah, beberapa bukan. Contohnya, dalam Kejadian 2:25 kita diberitahu bahwa sebelum kejatuhan, baik Adam maupun Hawa telanjang tapi mereka tidak merasa malu. Setelah kejatuhan, Adam dan Hawa segera menyadari ketelanjangan mereka dan cepat-cepat menutupinya. Mereka merangkai daun pohon ara menjadi satu untuk menutupi ketelanjangan mereka (Kejadian 3:7), dan mereka berusaha bersembunyi dari Tuhan diantara pohon pohon di taman (3:8). Dosa mereka menghasilkan rasa bersalah dan malu, yang tak dapat mereka tutupi.

Sebagai tambahan rasa malu mereka, Adam dan Hawa juga mengalami pemisahan dari Tuhan. Mereka menarik diri, berusaha bersembunyi dari Tuhan seperti yang telah saya sebutkan di atas. Namun sebagai tambahan atas hal ini, Tuhan menghalau mereka dari taman, Ia menempatkan malaikat-malaikat untuk menjaga pintu gerbang, sehingga mereka tak dapat kembali ke taman dan memakan buah dari pohon kehidupan (3:23-24).

Tuhan telah memperingatkan Adam bahwa kematian akan menjadi akibatnya jika ia memakan buah terlarang, dan kita melihatnya secara pasti dalam 3:19-5:27. Tuhan mengatakan pada Adam bahwa ia akan mati (3:19). Kematian akan terus berlanjut jauh sesuadah Adam. Kematian kini telah memasuki semua mahluk hidup di dunia.

19 Sebab dengan sangat rindu seluruh mahluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 20 Karena seluruh mahluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 21 tetapi dalam pengharapan, karena mahluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. 22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala mahluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita (Roma 8:19-23)

Hewan-hewan dengan mana Tuhan membuat kulit penutup bagi Adam dan Hawa haruslah mati (3:21). Dalam Kejadian 4, hal-hal berubah dari buruk menjadi lebih buruk. Pemberontakan Adam terhadap Tuhan dicerminkan dan dilipat gandakan dalam pemberontakan Kain terhadap Tuhan, dan dalam pembunuhan adiknya, Habel. Reaksi Kain terhadap kemarahan Tuhan penuh kasih karunia menampakkan keangkaraan Kain. Tuhan tidak menganggap Kain maupun persembahannya berkenan dihadapanNya, namun Ia memberitahu Kain apa yang dapat dilakukannya untuk meralat keadaannya. Reaksi Kain adalah kemarahan, dan ia menumpahkan kemarahan itu pada adiknya dan ia membunuhnya, dan ia menolak untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan adiknya. Karena itu Kain dikutuk untuk hidup sebagai pengelana.

Garis keturunan Kain menunjukkan bagaimana dosa Adam, dan kemudian dosa Kain, bergabung menjadi satu. Musa secara singkat melewati anak laki-laki Kain, Henokh, dan anak laki-lakinya, Mehuyael, dan anak laki-laki Mehuyael, Metusael. Kisah keturunan Kain berakhir di Kejadian 4:18-24 dengan kisah Lamekh, anak laki-laki Metusael. Perhatikan bahwa Lamekh mempunyai dua istri, bukan satu (4:19), dan bahwa ia menyombongkannya:

23 Berkatalah Lamekh kepada kedua isrinya itu: “Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai istri-istri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataaanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak; 24 sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat” (Kejadian 4:23-24)

Lamekh tidak melihat dosa Kain sebagai sesuatu yang jahat, namun ia melihatnya sebagai suatu standard yang ingin disainginya. Apakah Kain membunuh saudaranya dalam kemarahannya? Lamekh membunuh seseorang karena orang itu melukainya, sebenarnya, orang yang dibunuh Lamekh itu adalah seorang yang masih muda yang dengan suatu cara atau yang lain melukai Lamekh (tanpa disengaja?). Reaksi Lamekh tidak sesuai dengan ukuran kesalahan orang muda itu. Karena ketakutannya jika ia sebagai seorang pengembara akan dilukai orang, Tuhan mengutuk siapa saja yang melukai Kain. Lamekh menantang siapa saja untuk mempersulit dia maka dia akan membalasnya berkali lipat! Keturunan Kain jatuh dengan sangat cepat.

Berlawanan dengan garis keturunan Kain, kita diperkenalkan dengan garis keturunan yang lain--garis keturunan Seth. Mari kita memikirkan Adan dan Hawa sejenak. Mereka punya dua anak laki-laki, satu dari mereka adalah orang yang ilahi; sedang yang lain (Kain) tidak. Dapatkah Anda membayangkan Adam dan Hawa berpikir, “Ini pastilah “keturunan” ku yang akan menyelamatkan kami, dan menghancurkan iblis?” Betapa harapan mereka kandas saat Habel dibunuh. Bertahun tahun telah berlalu, karena usia Adam sudah mencapai 130 tahun waktu Seth dilahirkan (5:3). Adam dan Hawa pasti merasa bahwa Seth adalah pengganti Habel dan berharap bahwa dialah “keturunan” perempuan yang dijanjikan (Kejadian 3:15). Seth mempunyai anak laki-laki bernama Enos, dan Enos mempunyai anak laki-laki bernama Kenan. Anak laki-laki Kenan bernama Mahalaleel. Mahalaleel menjadi ayah Yared, dan Yared adalah ayah dari Henokh. Henokh kemudian menjadi ayah dari Metuselah. Metuselah menjadi ayah Lamekh, dan Lamekh adalah ayah Nuh.

Orang-orang ini hidupnya amat panjang jika dibandingkan dengan standard hidup saat ini. Adam hidup selama 930 tahun, misalnya, dan Metuselah 969 tahun. Tapi Musa tak ingin kita hanya belajar bahwa orang-orang ini berumur panjang; Musa ingin memberitahu kita bahwa nasib setiap orang-orang ini sama--mati. Berkali-kali kita membaca, “lalu dia mati.” Pastilah Musa mengulang kata kata ini untuk menunjukkan bahwa Firman Allah pada Adam benar adanya. Upah dosa adalah maut. Tidak hanya Adam yang mati karena dosanya, namun semua keturunannya juga mati.

Secercah titik terang dari seluruh kegelapan ini adalah Henokh. Henokh “berjalan bersama Tuhan” kita diberitahu (Kejadian 5:24). Dia tidak mati, tapi diangkat ke surga. Secara literal, “dia tidak ada lagi”--ia menghilang begitu saja pada sutu hari. Ini adalah cara Allah untuk mengatakan pada kita bahwa Ia setia menyelamatkan. Dosa Adam dan Hawa telah membawa kematian bagi semua orang, namun kasih karunia Allah juga membawa keselamatan dari kematian. Henokh adalah buah sulung dari mereka yang tidak akan merasakan kematian. Ia tidak mengikuti sistem peraturan yang ada, dan ia juga tak mengikuti hukum apapun. Ia hanya “berjalan bersama Tuhan” dan “tidak ada lagi.” Henokh secara strategis ditempatkan dalam pasal 5 untuk mengingatkan kita bahwa walaupun “upah dosa adalah maut,” “karunia Tuhan adalah hidup kekal.” Di tengah dosa manusia dan penghakiman Tuhan, ada harapan akan keselamatan kita dari maut.

Pengobatan

Dosa Adam dan Hawa membawa akibat-akibat dan kutukan, tidak hanya pada Adam dan Hawa, tapi juga pada semua keturunan mereka. Adakah harapan bagi Adam dan keturunannya? Adakah harapan bagi kita? Memang ada. Ironisnya, pengobatannya berhubungan sangat erat dengan kutukan itu. Tuhan menghalau Adam dan Hawa dari taman Eden, dan walaupun ini merupakan hukuman atas dosa mereka, hal ini juga merupakan tindakan kasih karunia Allah. Jika mereka tetap diijinkan untuk tinggal di taman Eden, mereka pasti akan memakan buah pohon kehidupan. Masalahnya adalah jika mereka memakan buah itu, mereka akan hidup selamanya, sebagai mahluk yang terkutuk. Betapa nasib yang amat buruk! Tuhan juga memasukkan kematian sebagai bagian dari kutukanNya, namun ini juga merupakan bagian dari pengobatan yang dari Tuhan. Satu-satumya jalan keluar dari kehidupan dan akibat-akibat dosa adalah kematian. Kematian hewan-hewan korban merupakan cara untuk menunda penghakiman, sampai Tuhan memberikan jalan keluar yang permanen. Pada akhirnya kematian Sang Juru Selamat di atas kayu saliblah yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosa mereka. Lebih jauh lagi, kebangkitanNya menjamin keselamatan orang percaya dari cengkeraman maut. Sebagai bagian dari kutukan Tuhan, Hawa akan mengalami kesakitan yang amat besar pada saat ia melahirkan anaknya, namun kabar yang amat bagus adalah bahwa melalui kelahiran seorang anak Sang Juru Selamat akan datang, Dia yang akan meremukkan tumitnya pada saat meremukkan kepala iblis.

Dan maka di tengah-tengah teks yang berbicara tentang dosa dan akibat-akibatnya ini ada harapan dalam pasal-pasal pertama Kitab Kejadian. Adam mengemukakan harapan saat ia menamai istrinya Hawa, “karena dialah yang menjadi ibu semua yang hidup”(3:20). Bagi saya tampaknya Adam telah mulai melihat harapan dalam janji yang ada di Kejadian 3:15. Sebagai “ibu semua yang hidup” Hawa juga adalah ibu dari Juru Selamat yang dijanjikan. Sementara Kain dan keturunannya adalah sumber duka cita dan kekecewaan bagi Adam dan Hawa, Seth merupakan sumber harapan. Dari keturunannyalah Sang Penyelamat akan datang. Hal ini diperjelas dengan pengangkatan Henokh, yang berjalan bersama Tuhan dan “tak ada lagi.” Inilah manusia ilahi yang berada di luar cengkeraman maut. Dia adalah simbol harapan bagi semua yang mau berjalan bersama Tuhan. Dan pada akhirnya, adalah Nuh, yang tentang dia dituliskan:

28 Setelah Lamekh hidup seratus delapan puluh dua tahun, ia memperanakkan seorang anak laki-laki, 29 dan memberi nama Nuh kepadanya, katanya: “Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah yang telah terkutuk oleh Tuhan” (Kejadian 5:28-29).

Ia adalah seorang penyelamat, namun Juru Selamat yang dijanjikan Tuhan masih belum datang, dan untuk sementara waktu masih belum akan datang. Jalannya drama penyelamatan Tuhan masih berisi lebih banyak pasal lagi. Walaupun demikian, harapan akan Sang Juru Selamat telah ada.

Pelajaran yang Terkandung dalam Kisah ini bagi Israel

Pertanyaan pertama yang harus kita tanyakan adalah, “Apa yang harus dipelajari para pembaca pertama kisah ini dari sini?” Apa yang disampaikan Tuhan pada generasi kedua bangsa Israel yang telah meninggalkan tanah Mesir, dan yang akan segera memasuki Tanah Perjanjian?

Pertama, bangsa Israel kuno diingatkan akan fakta bahwa mereka “cenderung untuk berbelok” dari jalur ketaatan. Jika Adam dan Hawa yang belum terjatuh dalam dosa saja begitu cepat tergelincir jatuh ke dalam dosa, apalagi mereka yang kini telah mewarisi sifat yang telah tercemar akan sangat mudah sekali terjauh ke dalam dosa. Tuhan tidak memilih bangsa Israel karena kesalehan mereka, tapi karena kasih karuniaNya. Baiklah setiap orang Israel untuk berjaga-jaga karena mereka telah mengetahui betapa mudahnya jatuh ke dalam dosa.

Kedua, bangsa Israel harus diperingatkan akan bahayanya disesatkan oleh wanita-wanita asing. Tuhan memberikan perintah-perintah tegas berkenaan dengan orang-orang Kanaan, yang perilaku seksualnya sangat jahat. Anda dapat mengingat ketika orang-orang Moab tak bisa mengalahkan orang Israel dengan cara membayar Bileam untuk mengutuki bangsa Israel (lihat Bilangan 22-24), mereka mengalami keberhasilan ketika melakukannya melalui godaan seksual (Bilangan 25). Salomo, yang amat bijaksana, hatinya berpaling dari Tuhan karena istri-istri asingnya (1 Raja-raja 11:1). Baiklah para pria bangsa Israel belajar bahwa wanita dapat menyesatkan mereka, terutama para wanita asing yang menyembah ilah-ilah lain. Jika Adam dapat disesatkan oleh istrinya, yang diciptakan sebagai penolongnya, pikirkan apa yang akan terjadi jika mereka menikahi wanita yang tidak mengenal Tuhan.

Ketiga, bangsa Israel harus belajar bahwa mengikuti Tuhan butuh penyangkalan seksual bukan memuaskannya. Saat Paulus menulis surat pada orang-orang percaya di Korintus, ia memberitahu mereka bahwa mereka perlu belajar pengendalian diri dan penyangkalan diri. Oleh karena ketetapan hati mereka untuk memuaskan nafsu kedagingan mereka hingga mereka memilih untuk memakan daging persembahan bagi patung berhala, walaupun hal ini dapat menjadi batu sandungan bagi saudara yang lemah (lihat 1 Korintus 8:1-13). Paulus memberi contoh dari penyangkalan dirinya sebagai teladan untuk diikuti oleh orang orang percaya di Korintus (lihat 1 Korintus 9). Kemudian pada ayat-ayat penutup dalam pasal 9, ia meminta mereka untuk melakukan disiplin diri. Lalu Paulus mengingatkan mereka akan kegagalan bangsa Israel di tengah padang belantara yang disebabkan karena mereka terlalu sibuk memuaskan nafsu kedagingan mereka:

24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! 25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. 26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.

27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1 Korintus 9:24-27)

1 Aku mau, supaya kamu mengetahui saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. 2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibabtis dalam awan dan dalam laut. 3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama 4 dan mereka smeua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. 5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan pada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. 6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, 7 dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersuka ria.” 8 Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga dalam satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. 9 Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. 10 Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. 11 Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, dimana zaman akhir telah tiba. 12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, berhati-hatilah supaya ia jangan jatuh! 13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus 10:1-13).

Hawa dibohongi sehingga ia percaya bahwa berusaha memuaskan keinginannya sendiri lebih penting daripada ketaatan pada perintah-perintah Tuhan. Saya percaya bahwa Adam tidak tertipu, namun dia juga memilih untuk memuaskan keinginan-keinginannya daripada taat pada perintah Tuhan. Bangsa Israel akan digoda dengan cara yang sama, dan kisah kejatuhan manusia ini berfungsi sebagai peringatan bagi mereka.

Keempat, bangsa Israel harus dibuat terkesan dengan pentingnya mentaati perintah-perintah Tuhan dan dengan akibat-akibat yang menyakitkan bila tidak taat. Pada dasarnya Tuhan memberikan satu perintah pada Adam, yang gagal ditaatinya. Bangsa Israel mendapatkan jauh lebih banyak instruksi dalam Hukum Musa. Baiklah bangsa Israel belajar dari Adam dan Hawa bahwa ketidak taatan terhadap perintah-perintah Allah berakibat pada penghakiman.

Kelima, bangsa Israel, seperti Adam dan Hawa ketika sudah tua, menghadapi dua pilihan. Di tengah-tengah taman itu ada dua pohon: pohon kehidupan dan pohon pengetahuan baik dan jahat. Pada dasarnya kita dapat mengatakan bahwa di hadapan Adam dan Hawa terdapat kebutuhan untuk memilih antara hidup dan mati. Bangsa Israel pada zaman Musa menghadapi pilihan-pilihan yang persis sama:

1 “Maka apabila segala hal ini berlaku atasmu, yakni berkat dan kutuk yang telah kuperhadapkan kepadamu itu, dan engkau menjadi sadar dalam hatimu ditengah-tengah segala bangsa, kemana Tuhan, Allahmu, menghalau engkau, 2 dan apabila engkau berbalik kepada Tuhan, Allahmu, dan mendengarkan suaraNya sesuai dengan segala yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, baik engkau maupun anak-anakmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, 3 maka Tuhan, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan akan menyayangi engkau. Ia akan mengumpulkan engkau kembali dari segala bangsa, dimana Tuhan, Allahmu, telah menyerakkan engkau. 4 Sekalipun orang-orang yang terhalau daripadamu ada di ujung langit, dari sanapun Tuhan, Allahmu, akan mengumpulkan engkau kembali dan dari sanapun ia akan mengambil engkau. 5 Tuhan, Allahmu, akan membawa engkau masuk ke negeri yang telah dimiliki nenek moyangmu, dan engkaupun akan memilikinya pula. Ia akan berbuat baik kepadamu dan menbuat engkau banyak melebihi nenek moyangmu. 6 Dan Tuhan, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup. 7 Tuhan, Allahmu, akan menjatuhkan segala sumpah serapah itu kepada musuhmu dan pembencimu, yang telah mengejar engkau. 8 Engkau akan mendengarkan kembali suara Tuhan dan melakukan segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini. 9 Tuhan, Allahmu, akan melimpahi engkau dengan segala kebaikan dalam segala pekerjaanmu, dalam buah kandunganmu, dalam hasil ternakmu dan dalam hasil bumimu, sebab Tuha, Allahmu, akan bergirang kembali karena engkau dalam keberuntunganmu, seperti Ia bergirang karena nenek moyangmu dahulu-- 10 apabila engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dengan berpegang pada perintah dan ketetapanNya, yang tertulis dalam kitab Taurat ini dan apabila engkau berbalik kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.”

11 “Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. 12 Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? 13 Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita, supaya kita melakukannya? 14 Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.

15 “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, 16 karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu, di negeri kemana engkau masuk untuk mendudukinya. 17 Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, 18 maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah engkau akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, kemana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. 19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, 20 dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suaraNya dan berpaut padaNya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka” (Ulangan 30:1-20, penekanan oleh saya).

39 Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang sanggup melepaskan dari tanganKu. 40 Sesungguhnya, Aku mengangkat tanganKu ke langit, dan berfirman: Demi Aku yang hidup selama-lamanya, 41 apabila Aku mengasah pedangKu yang berkilat-kilat, dan tanganKu memegang penghukuman, maka Aku membalas dendam kepada lawanKu, dan mengadakan pembalasan kepada yang membenci Aku. 42 Aku akan memabukkan anak panahKu dengan darah, dan pedangKu akan memakan daging: darah orang-orang yang mati tertikam dan orang-orang yang tertawan, dari kepala-kepala musuh yang berambut panjang. 43 Bersorak-sorailah, hai bangsa-bangsa karena umatNya, sebab Ia membalaskan darah hamba-hambaNya, Ia membalas dendam kepada lawanNya, dan mengadakan pendamaian bagi tanah umatNya.”

44 Lalu datanglah Musa bersama sama dengan Yosua bin Nun dan menyampaikan ke telinga bangsa itu segala perkataan nyanyian tadi. 45 Setelah Musa selesai menyampaikan segala perkataan itu kepada seluruh orang Israel, 46 berkatalah ia kepada mereka: “Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini. 47 Sebab perkataan ini bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu, dan dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di tanah, kemana kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya” (Ulangan 32:39-47, penekanan oleh saya).

Secara sederhana, jika bangsa Israel ingin hidup, mereka harus mentaati printah Tuhan; Jika mereka tidak taat, mereka akan mati. Sederhana sekali. Dan dengan demikian bangsa Israel kuno diperhadapkan dengan pilihan yang sama dengan Adam dan Hawa. Apakah mereka akan memilih kehidupan, atau mereka akan memilih kematian?

Pelajaran bagi Kaum Pria dan Wanita Masa Kini

Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil, dan saya hanya dapat menjabarkan yang berikut ini.

Pertama, teks kita menjelaskan alasan dibalik penderitaan, kesedihan dan ketidakadilan di dunia ini. Ada beberapa orang yang dengan tololnya berkata, “Aku menolak untuk mempercayai Tuhan yang baik dan maha kuasa, tapi mengijinkan adanya penderitaan dan ketidak adilan.” Tuhan tidak menciptakan dunia yang tidak adil, atau penuh dengan kesedihan. Ia menciptakan dunia yang sempurna. Ia juga menciptakan sebuahdunia dimana manusia dapat memilih apakah dia mau mentaati perintah Allah atau tidak. Dosa manusialah yang membawa penyakit, penderitaan, kematian dan ketidak adilan. Fakta bahwa Tuhan menghukum dosa menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang adil, bahwa kitalah yang penuh dengan dosa, layak ditimpa murkaNya. Saat kita melihat kesekeliling kita dan melihat begitu banyak hal yang tidak seharusnya demikian, kita harus mengakui bahwa penyebab semua ini adalah dosa-ketidak taatan manusia pada perintah Tuhan. Dosa dan penderitaan memberitahu kita bahwa ada sesuatu yang benar benar salah pada kita, bukan pada Tuhan.

Kedua, kejatuhan manusia di taman Eden merupakan alasan dari beberapa perintah Tuhan pada kita pada masa kini. Mengapa kaum wanita diperintahkan untuk tetap tinggal diam di gereja atau diperintahkan untuk tidak memimpin laki-laki? Paulus memberitahu kita bahwa ini disebabkan karena kejatuhan Adam dan Hawa di taman Eden:

9 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, 10 tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. 11 Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. 12 Aku tidak mengijinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengijinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. 13 Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. 14 Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. 15 Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan (1 Timotius 2:9-15).

34 Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. 35 Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya pada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. 36 Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang? (1 Korintus 14:34-36)

Saya tahu bahwa pasti banyak orang non-Kristen (dan beberapa orang Kristen juga) yang akan mengatakan, “Itu tidak masuk akal! Paulus tak berhak menuntut hal seperti ini. Ini tak masuk akalku bagiku, dan aku takkan melakukannya!” Marilah saya menunjukkan bahwa ini tepat seperti kelakuan dan respon Hawa. Perintah-perintah yang diberikan pada perempuan tidaklah didasarkan pada keinferioran perempuan. Perintah ini berakar pada kejatuhan manusia dan kutukan Tuhan. Respon kita menunjukkan ketaatan atau ketidaktaatan kita pada Tuhan. Benar-benar sederhana.

Ketiga, kita sekarang mengetahui obat dari kutukan Tuhan. Orang akan bertanya, “Mengapa Tuhan mengijinkan akibat dari dosa Adam jatuh ke atas seluruh umat manusia?” “Mengapa adil bagiku untuk menderita untuk apa yang dilakukan oleh Adam?” Saya akan mengatakan bahwa sebagian besar dari penderitaan saya disebabkan karena dosa-dosa saya sendiri, bukan dosa Adam. Tapi dengan mengatakan demikian, kasih karunia Tuhan mengijinkan tindakan dari satu orang ini untuk mempengaruhi saya. Ini merupakan kasih karunia karena Ia juga bertujuan agar tindakan dari Seorang yang lain, Adam yang terakhir, untuk membalik akibat-akibat dari dosa Adam yang pertama:

12 Sebab itu, sama seprti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. 13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. 14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai dengan zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. 15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. 16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. 17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. 18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. 19 jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. 20 tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran mejadi semakin banyak; dan dimana dosa bertambah banyak, disana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, 21 supaya, sama seperti dosa berkuasa di alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (Roma 5:12-21).

42 Demikian pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. 43 Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44 Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. 45 Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi mahluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. 46 Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. 47 Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari surga. 48 Mahluk-mahluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan mahluk-mahluk surgawi sama dengan dengan Dia yang berasal dari surga. 49 Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang surgawi (1 Korintus 15:42-49).

Adam adalah Adam yang pertama, yang dosanya membuat semua umat manusia menjadi pendosa. Yesus Kristus adalah “Adam yang terakhir.” Ia digoda di setiap area, tapi tidak seperti Adam, Tuhan kita tak pernah gagal (Ibrani 2:18; 4:15). CaraNya menghadapi godaan iblis (Matius 4:1-11; Lukas 4:1-12) bertolak belakang dengan Adam, dan ini telah memberi kita banyak pengertian mendalam tentang cara menghadapi godaan. Ia telah digoda, namun tidak berdosa. Ia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21). Dosa Adam membawa semmua yang ada bersamanya (seluruh umat manusia) ke dalam kutuk; pembenaran Kristus membuat semua yang ditemukan berada didalam Dia dibenarkan. Kita menghadapi dua pilihan: apakah kita akan tetap tinggal didalam Adam, dan dengan demikian hidup dibawah kutuk, atau apakah kita akan ditemukan di dalam Kristus dengan mempercayaiNya, yang hasilnya adalah hidup kekal.

Pesan dari teks kita ini mungkin dapat diringkas dengan lima istilah:

Iman. Akibat dari godaan yang dialami Adam dan Hawa ditentukan oleh pada siapa mereka memilih untuk percaya. Hal-hal yang mereka hadapi, bagi mereka, adalah tidak kelihatan. Mereka tak pernah melihat kematian, tidak benar-benar mengetahui apakah kehidupan itu. Mereka tidak tahu apakah “pengetahuan yang baik dan yang jahat.” Saat manusia jatuh ke dalam dosa di taman Eden, hal tersebuat disebabkan karena peletakan iman yang salah. Hawa mempercayai iblis, bukan Tuhan.

Firman Tuhan. Firman Tuhan diperhadapkan dengan kata-kata Iblis, dan Hawa memilih untuk percaya pada iblis. Firman Tuhan saja sudah cukup untuk menciptakan keberadaan alam semesta. Pertanyaannya adalah cukup atau tidakkah kata-kata iblis itu sebagai dasar hidup bagi Adam dan Hawa.

Ketaatan. Ujian yang diberikan Tuhan pada Adam dan Hawa adalah ujian ketaatan. Apakah mereka akan mentaati perintah Tuhan?

Kasih karunia. Tuhan adalah Tuhan yang penuh dengan kasih karunia sehingga Ia menciptakan dunia yang sempurna, dan menempatkan manusia di taman Eden. Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih karunia ketika Ia melarang Adam dan Hawa untuk makan dari buah pohon terlarang. Ia adalah Tuhan yang penuh kasih karunia ketika Ia mencari Adam dan Hawa, dan menunjukkan dosa mereka. Ia adalah Tuhan yang penuh kasih karunia ketika Ia menjanjikan kedatangan Sang Juru Selamat, yang akan sekali dan selamanya menghancurkan si jahat. Dalam Perjanjian Lama, dan juga dalam Perjanjian Baru, kasih karunia dapat ditemukan dalam setiap halaman.

Kepemimpinan. Kejatuhan manusia ke dalam dosa terjadi karena Adam gagal dalam memimpin, seperti yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya. Ia mendengarkan perkataan istrinya, bukannya memimpin dia, dan berkuasa atas si ular.

Sebagai kesimpulan, saya ingin menunjukkan sesuatu yang saya anggap sebagai suatu pelajaran yang sangat penting yang seharusnya kita pelajari dari kisah kejatuhan manusia. Ada dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka tidak percaya kalau Tuhan sanggup memenuhi segala kebutuhan mereka. Mereka merasa bahwa mereka harus bertindak sendiri diluar Tuhan, dan tidak mentaati FirmanNya, untuk memuaskan keinginan mereka. Hawa melihat buh terlarang sebagai sesuatu yang menggiurkan, dan ia bersedia untuk melanggar perintah Tuhan (walaupun ancamannya adalah kematian) untuk memuaskan kebutuhannya (menurut dia sendiri). Tampaknya Adam bersedia melanggar perintah Tuhan karena ia merasa bahwa dia memerlukan Hawa lebih daripada ia memerlukan Tuhan. Untuk apa lagi ia dengan sengaja melanggar perintah Tuhan dan mentaati perkataan Hawa?

Saya percaya bahwa Kejadian 2 ditulis untuk menunjukkan bahwa Tuhan mau dan mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar kita, dengan caraNya, dan dengan waktu yang dipilihNya. Semak dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air, dan Tuhan menyediakannya. Mereka memerlukan perawatan dan pengairan, dan Tuhan memenuhi kebutuhan tersebut. Adam memerlukan penolong, dan secara luar biasa Tuhan memberikan Hawa. Tuhan menyediakan segala keperluan dasar ciptaanNya.

Saat Tuhan kita digoda oleh iblis, Ia dituntun ke dalam padang gurun dimana Ia tidak mendapatkan makanan dan air (sama seperti bangsa Israel dituntun masuk ke padang gurun oleh Musa). Iblis menggunakan cara yang sama yang digunakanNya di taman Eden, ia berusaha memancing Yesus supaya bertindak secara independen di luar Tuhan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanNya. Tuhan kita menjawab bahwa manusia tidak hanya hidup dari roti saja, namun dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Tuhan. Ia tahu bahwa mentaati Tuhan jauh lebih penting dari makan. Ia tahu bahwa kebutuhan dasarNya adalah mentaati kehendak Bapa. Ia tahu bahwa jika Ia menyerahkan diriNya kepada Tuhan, dan mentaati perkataanNya, Tuhan akan menyediakan kebutuhan-kebutuhanNya.

Iblis menggoda Hawa, meyakinkan dia bahwa ia benar-benar memerlukan buah pohon terlarang. Hawa memerlukannya, pikir Hawa, karena buah itu bisa membuatnya bijaksana, membuatnya seperti Tuhan. Ia perlu mengetahui baik dan jahat. Saya cenderung untuk berpikir bahwa Tuhan sepenuhnya bermaksud untuk memenuhi kebutuhan ini, namun dengan caraNya sendiri, dan pada saatNya sendiri. Aku bertanya-tanya apakah Tuhan tidak bermaksud mengajar Adam mengenai baik dan buruk pada saat mereka berjalan-jalan di taman setiap harinya. Saya yakin bahwa mereka pada akhirnya akan mengenal baik dengan mengenal Allah, dan menyadari bahwa apa saja diluar yang menyenangkan Tuhan adalah jahat. Mereka akan belajar menjadi bijaksana dengan mengenal Allah lebih intim. Dengan cara ini, pengetahuan baik dan buruk akan menjadi sesuatu yang membawa berkat, sebagai hasil dari mengenal Tuhan. Ketidaktaatan terhadap Tuhan akan membawa pemisahan dari Tuhan, bukan keintiman yang lebih besar dengan Tuhan.

Berapa kali kita digoda dengan cara yang sama? Kita merasa kalau kita mempunyai suatu kebutuhan (setidaknya, kita merasakan suatu keinginan) yang belum dipenuhi oleh Tuhan. Kita harus mendekat pada Tuhan, percaya bahwa Dia akan menyediakan, atau menahan, apa yang kita inginkan, dengan menyadari bahwa “setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna,datangnya dari atas” (Yakobus 1:17). Tuhan hanya menahan hal-hal yang akan merugikan kita. Tapi seringkali kita, seperti Hawa, memilih untuk memuaskan keinginan-keinginan kita secara independen, bertindak diluar iman, dan mungkin secara langsung bertentangan dengan FirmanNya. Akibat dari pelanggaran seperti ini selalu mendatangkan malapetaka pada akhirnya.

Bukankah hal ini juga yang seharusnya dipelajari oleh bangsa Israel kuno? Mreka dituntun ke dalam padang gurun, dimana tidak ada makanan dan sedikit air. Tuhan berjanji untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Saat mereka gagal mempercayai dan mentaati Tuhan, selalu ada akibat-akibat yang menyakitkan. Tuhan sengaja membiarkan mereka dalam keadaan membutuhkan, untuk menguji mereka dan meningkatkan iman mereka:

1 “Segenap perintah, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, haruslah kamu lakukan dengan setia, supaya kamu hidup dan bertambah banyak dan kamu memasuki serta menduduki negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu. 2 Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintahNya atau tidak. 3 Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yng juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan (Ulangan 8:1-3).

Saat kita membutuhkan sesuatu, itu seringkali merupakan cara Tuhan untuk mengajar kita percaya dan taat. Kalau kita gagal melakukannya, kita mengulangi, sekali lagi, pelanggaran Adam dan Hawa di taman Eden.


Previous PageTable Of ContentsNext Page