Previous PageTable Of Contents

Pelajaran 4:
Hikmat Allah

Pendahuluan

Baru-baru ini beberapa anggota gereja kita menghadiri pertemuan Ligonier tahun 1994. Diantara pembicarannya adalah Charles Colson dan R. C. Sproul. Pembicara favorite saya adalah mantan professor saya, Dr. Bruce Waltke, yang berbicara mengenai, “What Does God Require,” dari Micah 6:8. Setelah eksposisi yang sangat baik, Dr. Waltke memberi kesempatan bertanya. Satu pertanyaan mengenai kata-kata tertentu yang digunakan dalam teks asli dari Micah 6:8. Saat dia mendengar perkataan itu, Dr. Waltke memiringkan kepala kebelakang, menutup matanya, dan bersiap menjawab.

Duduk disebelah saya adalah teman dan rekan sepelayanan, Mark Sellers, yang baru mendengar Dr. Waltke untuk pertama kali. Sangat terkesima, terutama dengan cara Dr. Waltke bersiap menjawab pertanyaan, Mark berkata, “Saat dia menutup matanya, dia secara mental membaca teks itu, kan?” “Ya,” jawab saya, “dengan satu tambahan penting . . . dia secara mental membuka gulungan teks Ibrani dalam pikirannya.” Saya yakin bahwa inilah yang terjadi.

Dr. Waltke adalah salah satu ekspositor Alkitab favorite saya, dan hal pertama yang selalu mempengaruhi saya adalah cintanya yang besar pada Allah. Kedua adalah cinta dan komitmennya pada teks Alkitab. Dia adalah manusia yang memiliki pengetahuan PL yang sangat luar biasa.

Suatu sukacita melihat hikmat dan pengetahuan dalam manusia. Betapa lebih besarnya itu saat kita menemukan hikmat dan pengetahuan Allah yang tidak terbatas. Indahnya karakter Allah adalah setiap atributnya saling mengisi. Kita telah membahas kuasa Allah yang tak terbatas—Kemaha kuasaanNya—yang memampukan Dia untuk melakukan apapun yang Dia pilih. Kita lebih jauh akan mempelajari kebaikan Allah, yang menjadi motivasi setiap tindakan Allah terhadap mereka yang percaya, juga anugrah umumnya terhadap yang tidak dan yang percaya. Sekarang kita membahas hikmatNya yang tak terbatas. Saat kita membahas atribut ini bersamaan—kebaikan, hikmat, dan kuasa Allah—kita mendapat penghiburan dan penguatan yang besar.

Pengajaran Alkitab terhadap kita, adalah Dia itu maha berhikmat.

13 “Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian” (Job 12:13).

28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. (Isaiah 40:28).

33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Romans 11:33; see also Job 9:1-4; 36:5; Isaiah 31:1-2).

Tuhan itu berhikmat, hikmatnya tak terbatas:

5 “Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi” (Job 36:5).

5 Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga (Psalms 147:5).

Hikmat Allah itu lebih tinggi dari hikmat manusia:

8 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Isaiah 55:8-9; see also Job 28:12-28; Jeremiah 51:15-17).

Hanya Tuhan saja yang berhikmat:

25 Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, --menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, 26 tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman-- 27 bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin (Romans 16:25-27; see also 1 Timothy 1:17; Jude 1:25).

Tuhanlah sumber hikmat:

6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Proverbs 2:6).

20 Berkatalah Daniel: "Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan!” (Daniel 2:20).

5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya (James 1:5).

Apa itu Hikmat?

Kita bisa menyingkat arti dari kata ‘hikmat’ dengan kata ‘tahu bagaimana’ Hikmat didasarkan atas pengetahuan. Sering, hikmat dan pengetahuan disebutkan secara bersamaan (lihat Jeremiah 10:12; 51:15; Luke 1:17 (AV); Romans 11:33; 1 Corinthians 1:24; 2:5; Colossians 2:3; Revelation 5:12; 7:12). Hikmat tidak bisa ada tanpa suatu pengetahuan akan setiap tujuan atau rencana. Sebagai contoh, membangun suatu Disneyland di Eropa terlihat sebagai suatu bencana. Jika usaha ini gagal seperti kelihatannya, karena itu didirikan dan dibangun tanpa pengetahuan akan beberapa data yang sangat penting. Beberapa detil yang penting dibuat yang terbukti sangat fatal bagi usaha ini. Tuhan adalah maha bijak dan juga maha tahu.

Tuhan mengetahui segala sesuatu. Para teolog menggunakan istilah “omniscient” saat berbicara mengenai pengetahuan Allah yang tak terbatas. Tuhan mengetahui segala sesuatu. Dia tahu apa yang dipikirkan manusia (see Ezekiel 11:5; Luke 5:21-22). Dia tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Dia bahkan mengetahui apa yang bisa terjadi, dibawah keadaan apapun (sebagai contoh, lihat, 1 Samuel 23:10-12; 2 Kings 8:10). Tuhan tidak bisa merancangkan rencana yang buruk dalam mendatangkan rencana dan janjiNya karena Dia tahu segala sesuatu. Kemaha tahuanNya mendasari hikmatNya.

Hikmat tidak hanya sekedar pengetahuan, tapi ‘tahu bagaimana caranya’ Hikmat Allah memampukan Dia untuk ‘tahu melakukan’ apapun (see 2 Peter 2:9). Hikmat diikuti keahlian untuk merumuskan suatu rencana dan menjalankan itu dalam cara yang terbaik dan paling efektif. Bezalel adalah seorang pemahat, seorang yang memiliki ‘hikmat’ yang luar biasa dalam seni memahat bagi Tabernacle (see Exodus 31:1-5). Joshua diberikan hikmat untuk tahu bagaimana memimpin bangsa Israel (Deuteronomy 34:9). Solomon meminta hikmat dan pengetahuan yang diperlukan untuk memerintah Israel (2 Chronicles 1:7-12).

A. W. Tozer dan J. I. Packer mendefinisikan hikmat sebagai berikut:

“Didalam hikmat Kitab Suci, saat digunakan pada Tuhan dan manusia yang baik, selalu mengandung konotasi moral yang kuat. Itu dibayangkan sebagai kemurnian, kasih, dan baik … Hikmat, diantara hal lainnya, adalah kemampuan membuat akhir yang sempurna dan mencapai akhir itu melalui cara yang paling sempurna. Itu melihat akhir dari permulaan, sehingga tidak perlu menebak atau menerka. Hikmat melihat segala sesuatu terfokus, setiap bagian dalam hubungan yang benar dengan semua, dan mampu mencapai tujuan dengan ketepatan yang sempurna.”17

“Hikmat adalah kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan untuk memilih, sisi praktis dari kebaikan moral. Hal seperti itu hanya ditemukan kepenuhannya didalam Tuhan. Dia saja yang secara alami dan sepenuhnya berhikmat.”18

Hikmat Allah didalam Alkitab

Saat berbicara mengenai hikmat Allah, suatu gambaran lebih berharga dari pada ribuan kata. Saat kita melihat beberapa bagian Alkitab yang berbicara mengenai hikmat Allah, kita akan mencoba untuk mempertajam definisi hikmat Allah dan menunjukan hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari.

Saya harus mengakui kalau saya tidak pernah mempertimbangkan peristiwa kejatuhan didalam Kejadian dalam kerangka hikmat Allah. Tapi, jelas bahwa keinginan Hawa untuk hikmat berkontribusi terhadap kejatuhannya:

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya (Genesis 3:1-6, emphasis mine).

Ayat 6 memberitahu pembaca tentang bagaimana Hawa mengerti pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Dia mengerti itu sebagai sesuatu yang baik, baik untuk makanan. Dia melihat itu sebagai sesuatu yang menarik untuk dilihat dan menginginkannya karena dia percaya buah pohon itu bisa membuat dia berhikmat.

Mari kita perjelas: cara Hawa mengerti buah terlarang dipohon itu bukan realitas. Hawa sekarang melihat buah dipohon itu seperti yang setan ingin dia lihat. Dia melihat pohon itu menarik karena dia ditipu:

13 Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. 14 Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. 15 Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan (1 Timothy 2:13-15).

Buah dari pohon itu tidak baik untuk dimakan, karena Tuhan telah melarang Hawa dan suaminya untuk memakannya. Dan buah pohon itu juga tidak membuat seseorang bijak. Pohon itu mampu melakukan sesuai dengan namanya. Pohon itu tidak disebut ‘pohon hikmat’ tapi “pohon pengetahuan akan yang baik dan jahat.” Memakan buah pohon itu memang memampukan Adam dan Hawa untuk ‘mengetahui yang baik dan jahat.”

Hikmat bukat ‘mengetahui baik dan jahat’ Hikmat adalah mengetahui baik daripada yang jahat. Memakan buah terlarang memang membuat Adam dan Hawa mengetahui kejahatan. Mereka mengetahui kejahatan melalui pengalaman.19 Hal terburuk adalah Adam dan Hawa memiliki kesadaran baru akan ‘baik dan jahat,’ tapi perhatikan apa yang terjadi dalam proses. Apa yang jahat menjadi ‘baik’ dimata mereka. Memakan buah yang dilarang Tuhan. Memakan buah adalah melakukan kejahatan. Dan melalui penipuan setan, Hawa melihat ‘jahat’ (berdasarkan definisi Allah) sebagai ‘baik’ (dalam pengertian dia, seperti yang diberikan setan).

Setelah memakan buah terlarang, hal yang tadinya ‘baik’ dilihat sebagai kejahatan. Saat Allah membuat Adam dan kemudian istrinya Hawa, mereka (seperti seluruh ciptaan Allah) adalah baik dimataNya. Mereka diciptakan telanjang, dan mereka tidak malu. Ketelanjangan mereka adalah baik dalam keadaan tidak berdosa. Tapi saat mereka berdosa dengan memakan buah dipohon itu, mereka malu akan ketelanjangan mereka dan mencoba menutupi diri mereka. Ketelanjangan mereka tidak lagi ‘baik’ tapi ‘tidak baik’ Dan hubungan yang mereka nikmat dengan Allah yang baik. Tapi saat mereka tidak menaati Dia, mereka mencoba bersembunyi dari hadiratNay daripada menikmatinya. Mengapa? Karena ‘kebaikan’ ini (menikmati Allah) sekarang ‘tidak baik’ Mereka mengetahui baik dan jahat, tapi sekarang labelnya telah ditukar. Apakah setan tidak bersalah melakukan apa yang Tuhan larang?

20 Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit! (Isaiah 5:20).

Satan meyakinkan Hawa bahwa dengan memakan buah terlarang dia akan “menjadi seperti Allah, mengetahui baik dan jahat” (verse 5). Dosa setan adalah mencoba “menjadi seperti Allah” dengan cara dan usahanya (Isaiah 14:14). Saya takut motivasi Hawa juga serupa. Kebenarannya adalah dengan memakan buah dari “pohon pengetahuan akan yang baik dan jahat” tidak membuat Hawa “seperti Allah.” Memakan buah itu adalah ketidaktaatan; itu adalah dosa. Tuhan itu benar, dan seseorang tidak bisa menjadi seperti Dia dengan berbuat dosa. Hawa tertipu, seperti yang ditunjukan Paulus dalam 1 Timothy 2:14.

Tapi apakah salah Hawa ingin menjadi bijak? Jelas itu bukan dosa, benarkah? Saat ‘pengetahuan’ adalah pengetahuan akan kejahatan, maka pengabaian adalah akibatnya. Tapi apakah Allah ingin membuat Adam dan Hawa tidak menyadarinya? Apakah Dia melarang mereka untuk menjadi bijak? Sama sekali tidak! Allah ingin Adam dan Hawa memiliki hikmat akan apa yang baik dan mengabaikan apa yang jahat:

19 Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat (Romans 16:19).

‘Hikmat’ Satan adalah pengetahuan akan ‘baik’ dan ‘jahat’. Dan dalam mengetahui kejahatan, Adam dan Hawa terpisah dari kenikmatan akan yang ‘baik’

Adam dan Hawa diberikan semua kesempatan dan dorongan dari Tuhan untuk mengenalNya, menjadi seperti Dia, dan menjadi berhikmat terhadap semua yang baik. Mari kita memperhatikan cara Tuhan membuat semua ini menjadi mungkin. Pertama, mereka bisa bijak mengenai apa yang baik dengan menjadi murid dari ciptaan:

24 Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. 25 Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. 26 Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya (Psalms 104:24-26).

5 Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya (Psalms 136:5).

19 Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, 20 dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun (Proverbs 3:19-20).

22 “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. 23 Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. 24 Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. 25 Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; 26 sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. 27 Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, 28 ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, 29 ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, 30 aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; 31 aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.” (Proverbs 8:22-31).

12 Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya (Jeremiah 10:12).

15 Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit dengan akal budi-Nya. 16 Apabila Ia memperdengarkan suara-Nya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaan-Nya (Jeremiah 51:15-16).

Apakah Adam dan Hawa berharap menjadi berhikmat? Maka biarlah mereka mempelajari ciptaan dimana mereka merupakan bagiannya. Apakah mereka ingin mengetahui yang ‘baik’? Maka biarlah mereka mengetahuinya dalam ciptaanNya:

24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. 25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (Genesis 1:24-25).

Apakah Adam dan Hawa ingin mengetahui yang ‘baik’ dan menjadi bijak, seperti Allah? Maka biarlah mereka mengambil setiap kesempatan yang Tuhan berikan bersama dengan Dia dalam suatu persekutuan dan hubungan yang manis. Sepertinya Allah setiap hari berjalan didalam taman bersama dengan Adam dan istrinya (Genesis 3:8). Dan pada saat mereka berdosa dengan tidak menaatiNya, mereka mencoba untuk menghindar dari hadapanNya. Betapa banyak yang telah mereka pelajari dari Dia dan tentang Dia!

Apakah Adam dan Hawa ingin menjadi bijak dan pengertian? Maka biarlah mereka menaati Allah:

6 “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi’” (Deuteronomy 4:6).

10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya (Psalms 111:10).

Satan menipu Hawa dengan membuatnya percaya kalau ketidaktaatan merupakan jalan menuju kepada hikmat tapi yang benar adalah kebalikannya. Hikmat bukan akibat dari ketaatan atau hasil dari ketaatan. Kita menaati Allah bukan karena kita sudah cukup berhikmat untuk melakukan itu, tapi karena kita percaya pada Allah dan HikmatNya yang dinyatakan dalam perintahNya. Melalui ketidaktaatan pada Allah, Adam dan Hawa menunjukan ketidakpercayaan mereka pada Allah dan hikmatNya yang tidak terkira.

Terakhir, Adam dan Hawa bisa menjadi berhikmat dengan memakan buat dari pohon lain, seperti pada tempatnya, mungkin lebih terhormat, ditengah taman – pohon kehidupan. Pengertian kita akan Kejadian 3 sangat diperkaya dengan mempertimbangkan Amsal 3.

1 Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, 2 karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. 3 Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, 4 maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. 5 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 6 Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. 7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; 8 itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu. 9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. 11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. 12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. 13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, 14 karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. 15 Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. 16 Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. 17 Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. 18 Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia. 19 Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, 20 dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun. (Proverbs 3:1-20, emphasis mine).

Dari penyelidikan singkat akan teks ini, beberapa kebenaran bisa dilihat dan menjadi tafsiran yang menolong bagi Kejadian 3 dan kejatuah manusia. Pertama, kita didorong untuk menginginkan hikmat sebagai sesuatu yang bernilai tertinggi (see verses 13-18). Hikmat ilahi sangat diinginkan. Setan membalikan keinginan Hawa kearah yang berlawanan—yang membawa dia dari hikmat pada kebodohan—dari hidup pada kematian. Kedua, kita diberitahu bahwa hikmat ilahi nyata dalam ciptaan (verses 19-20). Adam dan Hawa memiliki semua ciptaan dihadapan mereka untuk mengajarkan mereka tentang hikmat Allah. Tuhan tidak menahan hikmatNya dari mereka, tapi menyatakan itu dihadapan mereka. Ketiga, Hikmat tidak mencegah disiplin, tapi mengakui itu sebagai bukti kasih Allah (verses 11-12). Hawa dibawa untuk percaya kebalikannya. Setan menyatakan Allah menahan buah terlarang karena Dia mementingkan diri sendiri dan tidak kasih. Keempat, Hikmat adalah hasil dari ketaatan (verses 1-2). Satan meyakinkan Hawa kalau hikmat merupakan hasil dari ketidaktaatannya. Kelima, untuk mendapat hikmat sejati, kita harus berhenti mempercayai diri kita dan perkiraan kita akan apa itu ‘baik’ tapi percaya pada hikmat Allah dan perintahNya. Keenam, kita harus melihat hikmat sebagai suatupohon kehidupan” (verses 2, 18). Saya tidak berpikir kalau gambaran mengenai ‘pohon kehidupan’ adalah suatu kebetulan. Memakan buah dari ‘pohon kehidupan’ adalah cara menujuk hikmat, dimana setan mengubah focus dan keinginan Hawa pada pohon ini kepada pohon terlarang.

Kejatuhan Adam dan Hawa mungkin terlihat sudah lama, peristiwa yang tidak berhubungan dalam sejarah masa lampau, tapi jangan tertipu dengan pengertian ini. Kita harus banyak belajar dari peristiwa Hawa dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Seperti kata Paulus, kita harus mencari hikmat mengenai apa yang baik dan mengabaikan yang jahat: “aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat.(Romans 16:19b). Kita harus belajar menfokuskan keinginan kita pada apa yang baik dan mendisiplin keinginan yang membawa pada kehancuran kita:

6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (1 Corinthians 10:6).

11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. (1 Peter 2:11).

1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah (Psalms 42:1).

1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. 2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan (1 Peter 2:1-2).

Orang-orang Kristen pada masa kini berusaha untuk berhikmat, tapi seringkali bukan hikmat Allah yang mereka cari. Mereka mengabaikan fakta adanya hikmat yang salah yang harus ditolak:

13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. 14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! 15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. 16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. 17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. 18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai (James 3:13-18).

12 Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah. (2 Corinthians 1:12).

23 Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi (Colossians 2:23).

Hikmat Allah dan ‘hikmat’ manusia tidak sama’ mereka tidak sejalan. Memang, mereka berlawanan satu sama lain:

18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. 19 Karena ada tertulis: "AKU AKAN MEMBINASAKAN HIKMAT ORANG-ORANG BERHIKMAT DAN KEARIFAN ORANG-ORANG BIJAK AKAN KULENYAPKAN." 20 Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? 21 Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. 22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, 23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, 24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. 25 Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. (1 Corinthians 1:18-25).

1 Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. 2 Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. 3 Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. 4 Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, 5 supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. 6 Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. 7 Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita (1 Corinthians 2:1-7).

Kita pernah mendengar, ‘Semua kebenaran adalah Kebenaran Allah.’ Dalam satu pengertian, saya kita ini benar. Tapi satu-satunya ‘kebenaran’ yang kita kenal sebagai kebenaran adalah ‘kebenaran’ yang ada dalam Kristus, kebenaran yang dinyatakan dalam Firman Allah (John 17:17). Semua ‘kebenaran’ lain adalah klaim kebenaran yang bukan kebenaran. Satu-satunya hal yang kita ketahui mengenai ‘kebenaran’ lain adalah mereka bukan kebenaran, karena Allah telah menyatakan pada kita “segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia” (2 Peter 1:3-4).

Hikmat yang benar, hikmat yang merupakan ‘pohon kehidupan’ tidak datang dari bawah, dari manusia; itu datang dari atas, dari Allah. Terlalu banyak orang Kristen yang mencoba menjadi bijak dengan membaca dari sumber-sumber sekuler (kita bukannya harus menghindari semua bacaan sekuler, tapi kita jangan membaca ini untuk menjadi bijak). Dan lebih banyak lagi orang Kristen yang membaca buku dan karya yang ditulis oleh ‘para ahli Kristen,’ yang semata menyuarakan pemikiran sekuler yang dibaptis dengan istilah rohani. Mari kita menginginkan hikmat Allah seperti ‘pohon kehidupan,” dan mari kita melihat itu dalam Firman Allah dan mengejarnya melalui ketaatan akan perintahNya. Mari kita tidak mengusahakan hal yang mendatangkan kejatuhan.

6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Proverbs 2:6). 12 “Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan. 13 Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. 14 Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan. 15 Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. 16 Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi. 17 Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku. 18 Kekayaan dan kehormatan ada padaku, juga harta yang tetap dan keadilan. 19 Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan. 20 Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan, 21 supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka.” (Proverbs 8:12-21).

7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, 8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. 9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus 10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. (Ephesians 1:7-10).

8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 12 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. 13 Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu. (Ephesians 3:8-13).

Tuhan berjanji pada Abraham kalau melalui dia, dan keturunannya, semua bangsa diseluruh bumi akan diberkati (Genesis 12:1-3). Sepertinya hal ini akan terjadi melalui seluruh bangsa, tapi sejarah menjelaskan bangsa itu tidak akan tunduk pada Allah dan menolak serta memberontak melawan Allah. Bukan melalui keturunan(jamak) Abraham Tuhan mendatangkan berkat kepada dunia, tapi melalui keturunan(tunggal) Abraham—Jesus Christ:

16 Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus (Galatians 3:16).

Dan ‘keturunan-keturunan Abraham” bukan hanya keturunan fisik Abraham (see Romans 9:6-13) tapi keturunan rohani Abraham:

26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. 27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. 28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. 29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. (Galatians 3:26-29; see also Romans 4).

Bukan melalui ketaatan dari bangsa Israel orang non-Yahudi memiliki berkat keturunan Abraham; tapi melalui ketidaktaatan mereka:

30 Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, 31 demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan. 32 Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua (Romans 11:30-32).

Melihat kembali pada keselamatan yang Tuhan berikan dalam Kristus, bukan dan bahkan karena ketidaktaatan Israel, Paulus kagum akan hikmat Allah dalam merencanakan hal seperti itu:

33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! 34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? 35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? 36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! . Amen (Romans 11:33-36).

Hikmat Allah melebihi hikmat manusia dan bahkan imajinasi manusia. Tuhan mendatangkan apa yang telah dijanjikanNya melalui cara yang tidak pernah dibayangkan walau kita telah diberitahu lebih dulu. Hikmat Allah dilihat dalam hubungannya dengan bangsa Israel.

Paulus menunjukan dalam Efesus 1 tentang tujuan kekal Allah untuk mengumpulkan semua hal dalam Kristus. Didalam PL, kedatangan Yesus Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan secara bertahap dinyatakan secara detil. Ini dimulai dengan janji keselamatan dari dosa dan kekalahan setan melalui keturunan Hawa dalam Kejadian 3:15. Itu menjadi lebih jelas dalam perjanjian Abrahamic (Genesis 12:1-3) dan Davidic (2 Samuel 7:14). Didalam Mazmur (e.g. Psalm 22) dan Para Nabi (e.g. Isaiah 52:13–53:12), semakin banyak dikatakan mengenai Mesias, sampai Mikah 5:2, kita diberitahu mengenai tempat kelahiranNya.

Janji Allah mendatangkan keselamatan dan berkat tidak hanya kepada orang Yahudi tapi juga non-Yahudi. Dia menjanjikan Mesias yang adalah manusia, keturunan Hawa dan Abraham dan Daud, tapi juga Anak Allah. Dia memberitahu lebih dulu kedatangan Kristus dimana Dia akan ditolak dan menderita untuk dosa manusia (Psalm 22; Isaiah 52:13–53:12) dan kedatangan kemenangan Mesias untuk mengalahkan musuhNya (Psalm 2:7-9; 110). Janji yang kelihatannya bertentangan ini menjadikan tujuan Allah suatu misteri (see, for example, 1 Peter 1:10-12). Tapi dengan kedatangan Kristus, misteri terselesaikan. Dan sekarang, seperti kata Paulus dalam Efesus 1, semua terfokus pada Kristus. Semua tujuan Allah dan janjiNya berpuncak dalam Kristus. Dan sekarang, menggantikan kekaguman misteri masa lalu, kita diliputi dengan kekaguman akan hikmat Allah yang bisa membuat semua itu terjadi.

Tujuan kekal Allah adalah menyatakan hikmatNya kepada mahluk disorga juga pada gerejaNya. Tuhan tetap menjalankan rencanaNya, yang akan memuncak pada kedatangan AnakNya kedua kali dan mendirikan kerajaanNya diatas bumi. Saat rencana dan program ini selesai, keseluruhan hikmat Allah akan dinyatakan, dan hikmat ini akan dinyatakan sedemikian hebat sehingga mengisi pujian bagi Allah dalam kekekalan.

Apakah ada yang bertanya dasar bagi setiap pujian mahluk (sorga dan bumi) bisa selama ratusan tahun dinyatakan? Tidak heran Tuhan menunggu waktuNya untuk menyatakan dan menyelesaikan rencana agungnya dalam kekekalan, yang didalam puncaknya membuka hikmatNya yang tidak terbatas.

Dalam memikirkan teks Efesus 3, tiba-tiba terpikir oleh saya bahwa Tuhan seperti seorang penulis yang luar biasa, produser dan pengarah, walau saya tidak akan menekankan analogi ini lebih jauh. Didalam kekekalan, tulisan sejarah ditulis, dan tidak ada perbaikan. Rencana kekalNya diformulasikan dalam kebaikan dan hikmatNya. Orang Israel dan orang kudus dimasa lalu merupakan actor dan pemain dimasa lalu, dan orang kudus masa kini. Bahkan para malaikat, termasuk setan, terlibat dalam drama yang hebat ini. Setiap peran adalah pembagian atau, bagi yang bukan dispensation, suatu rencan Allah yang dikerjakan. Peran I dimulai dengan penciptaan para malaikat dan diakhiri dengan kejatuhan setan. Peran II dimulai pada penciptaan dunia dan manusia, dimulai dengan Adam dan Hawa. Peran II dimulai dengan pemanggilan Abraham. Peran IV dimulai dengan kelahiran bangsa Israel di Keluaran. Peran V dimulai dengan kedatangan Kristus yang pertama. Peran terakhir dimulai pada kedatangan Kristus yang kedua.

Tujuan dari drama yang panjang ini adalah mendemonstrasikan kemuliaan Allah. Didalam Efesus 3, Paulus berbicara mengenai tujuan Allah dimana Allah hadir bekerja untuk menyatakan hikmatnya melalui gereja. Saat peran atau pasal ini disempurnakan, seluruh ciptaan, termasuk malaikat, selamanya mengagumi akan hikmatNya dan memuji memuliakan Dia.

Apakah kita pernah bertanya mengapa Allah begitu lama memenuhi janjiNya dan menjawab doa kita? Itu karena dramaNya lebih besar dari kita, dan Dia telah memilih untuk memakai ribuan tahun untuk menyatakannya kepada penonton kosmik. Apakah kita pernah bertanya mengapa kita tidak bisa mengerti dengan tepat apa yang Tuhan lakukan, bagaimana dia menggunakan keadaan yang paling tidak biasa (didalamnya dosa dan pemberontakan manusia, kesakitan, kematian, kesedihan) untuk mencapai tujuanNya? Tuhan membuat hal ini jadi misteri karena Dia menciptakan dan menjaga keingintahuan penontonNya. Dia, penulis, produser, dan pengarah yang agung, menciptakan akhir yang luar biasa pada peran terakhir. Dia tidak memberitahu kita karena ini akan menghilangkan keingintahuan yang kuat (lihat 1 Peter 1:12; 1 Corinthians 11:10).

Apakah kita pernah berpikir mengapa Tuhan memberikan kita ujian dengan cara pribadi dan personal, suatu cara yang hanya kita sendiri sadari? Pemikiran kita salah! Ada, seperti kata penulis Ibrani pada kita, suatu “mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Hebrews 12:1) melihat sampai saat ini. Saat kita tahan ujian dan pencobaan dari hidup ini, tanpa mengetahui seperti Ayub, kita hanya percaya satu hal saja—Tuhan sendiri.. Saat hidup tidak masuk akal, kita harus melihat kepadaNya sebagai Pencipta dan Penyelesai dari iman kita, pada Dia yang memiliki rencana besar, rencana menytakan kemuliaanNya dan menyelesaikan apa yang baik bagi umatNya. Kita harus mempercayai kemahabijakannya.

Betapa suatu hak istimewa bagi kita menjadi bagian dari drama besar ini dan memiliki bagian dalam membawa pujian dan kemuliaan pada Tuhan kita! Hal ini dengan indah dikemukakan oleh A. W. Tozer:

“Dengan kebaikan Tuhan yang menginginkan kebaikan tertinggi bagi kita, hikmat Allah yang merencanakannya, dan kuasa Tuhan untuk mencapainya, apa kurangnya itu bagi kita? Jelas kita merupakan mahluk yang paling dicintai dari semua mahluk.”20


17 A. W. Tozer, The Knowledge of the Holy (San Francisco: Harper and Row, Publishers, 1961), p. 66.

18 J. I. Packer, Knowing God, p. 80.

19 In Genesis 4:1, we are told Adam “knew” his wife. This speaks not of intellectual knowledge, but of personal, intimate, and experiential knowledge. I believe “knowing” good and evil is the knowledge of evil which comes by experiencing it.

20 A. W. Tozer, The Knowledge of the Holy (San Francisco: Harper and Row, Publishers, 1961), p. 70.

Previous PageTable Of Contents