Previous PageTable Of Contents

Pelajaran 7:
Kepastian Mengenai Pahala Kekal

Pengajaran tentang Bema

Pelajaran berikut ini yang akan membahas mengenai Pahala dan Takhta Pengadilan Kristus merupakan doktrin utama dalam Perjanjian Baru. Ajaran ini sering diabaikan, atau kalaupun diajarkan sering disalahartikan karena menyebut tentang “pengadilan” yang meruakan terjemahan dari bahasa Yunaninya. Mengenai hal ini, Samuel Hoyt berkomentar:

Di kalangan gereja masa kini tampak adanya silang pendapat mengenai sifat pengadilan atau pemeriksaan yang dilakukan ketika seseorang menghadap takhta pengadilan Kristus. Perkataan “takhta pengadilan Kristus” bisa mengakibatkan kesimpulan keliru mengenai sifat dan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Kekeliruan yang biasa muncul adalah bahwa Allah akan menjatuhkan ganjaran yang setimpal dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh orang-orang percaya, yang berakibat penjatuhan hukuman sebagai pembalasan atas dosa-dosa mereka.12

Kita akan melihat nanti bahwa meskipun dalam Pengadilan akan membawa akibat-akibat serius, namun Takhta Pengadilan Kristus itu bukanlah tempat penjatuhan hukuman terhadap dosa-dosa orang-orang percaya, melainkan pemberian pahala bagi orang-orang percaya yang ditentukan berdasarkan kesetiaan dan amal baktinya.

Dalam 1 Tesalonika 2:19-20, Rasul Paulus mengakui bahwa ia termotivasi oleh fakta tentang pemberian pahala-pahala pada kedatangan Kristus bagi orang-orang percaya. Hal ini selalu disinggungnya dalam setiap fasal suratnya ini dan juga menjadi pokok bahasan utama dalam 2 Tesalonika. Memang peristiwa kedatangan Kristus kedua kali dan maknanya bagi dunia dan diri kita secara pribadi merupakan pokok penting dalam Perjanjian Baru.

1 Tesalonika 2:19-20 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.

Juga penting diperhatikan dalam ayat-ayat terakhir Kitab Wahyu, sebagai kitab terakhir, kita menemukan perkataan ini dari Tuhan kita: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Wah. 22:12).

Kendati keselamatan merupakan pemberian Allah, namun tersedia pula pahala-pahala yang akan diberikan karena kesetiaan kita kepada Tuhan atau hilang karena ketidaksetiaan kita. Pemberian pahala merupakan faktor pendorong bagi kehidupan Kristen. Namun kita perlu memahami sifat pahala-pahala dengan benar agar kita pun termotivasi secara benar. Sebagian orang menjadi agak risih bila membicarakan tentang pahala-pahala karena pokok ini seakan lebih menekankan “jasa” kita manusia dari pada “kasih karunia” Allah, dan juga mereka berpendapat bahwa melayani Tuhan itu harus dilakukan berdasarkan kasih dan untuk kemuliaan Allah.

Memang kita harus melayani Tuhan berdasarkan kasih kepadaNya dan untuk kemuliaan Allah. Pemahaman mengenai sifat pahala-pahala itu akan membantu kita ke arah itu. Namun demikian kita tidak bisa menghindar dari kenyataan bahwa Alkitab menjanjikan pahala bagi kita. Allah mengaruniakan keselamatan untuk kita. Itu merupakan pemberian Allah melalui iman, namun juga Ia memberikan pahala untuk setiap perbuatan baik kita. Allah, berdasarkan kemurahanNya, telah memberikan sarana bagi kita untuk melayani Dia. Allah jugalah yang mengerjakan di dalam kita kemauan maupun pekerjaan berdasarkan kasih karuniaNya, namun keputusan untuk mau melayani, dan ketekunan kita dalam melakukannya merupakan tanggung jawab dan peran kita. Allah melihat hal-hal ini sebagai perbuatan yang patut diberi pahala. Coba simak ayat-ayat berikut ini:

Filipi 2:12-13 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

1 Korintus 3:11-15 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

1 Korintus 15:10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Kolose 1:29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Roma 14:10-11 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah."

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Wahyu 3:11-12 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu. Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.

Roma 14:10 dan 2 Korintus 5:10 berbicara tentang “takhta pengadilan.” Ini adalah terjemahan dari istilah Yunani, Bema. Meskipun istilah Bema digunakan dan Injil-Injil dan Kisah Para Rasul tentang sebuah panggung tempat penguasa Romawi duduk untuk menjatuhkan vonis, namun penggunaannya dalam surat-surat Paulus lebih tepat menggambarkan penggunaan aslinya. Orang-orang Yunani menggunakan Bema sebagai tempat pemberian medali (piala) dalam sebuah perlombaan atau pertandingan olah raga.

Roma 14:10 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Istilah Bema diambil dari pertandingan-pertandingan Isthmian di mana para kontestan olah raga bertanding untuk mendapatkan piala. Piala atau medali diberikan menurut penilaian atau pengawasan para hakim yang mengamati apakah setiap peraturan pertandingan telah dipatuhi dengan baik. Pemenang yang telah bertanding sesuai aturan akan dipanggil naik ke atas panggung yang disebut Bema. Di atas panggung itu, hakimnya akan mengalungkan kalung yang terbuat dari dedaunan ke atas kepalanya sebagai tanda kemenangan.

2 Timotius 2:5 Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.

1 Korintus 9:24-25 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

Juga ia tidak akan menghukum mereka, misalnya, dengan kerja paksa.

Dengan kata lain, Bema itu merupakan tempat pemberian mahkota atau pahala. Di tempat itu akan ditetapkan apakah pelomba itu akan menerima mahkota atau akan kehilangan mahkota lewat proses penilaian. Bema bukan tempat penghukuman atas dosa-dosa yang dilakukan orang-orang percaya. Pandangan ini tidak konsisten dengan karya Kristus di salib yang telah selesai dikerjakanNya untuk membayar hukuman atas dosa-dosa mereka. Chafer dan Walvoord mengomentari hal ini dengan sangat jelas:

Mengenai dosa, Kitab Suci mengajarkan bahwa seorang anak Tuhan, berdasarkan kasih karuniaNya, telah terlepas dari hukuman (Yoh.3:18; 5:24; 6:37; Rom. 5:1; 8:1; 1 Kor. 11:32); juga karena kedudukannya di hadapan Allah, dan karena hukuman atas seluruh dosa-dosanya – masa lampau, sekarang, dan yang akan datang (Kol. 2:13) telah ditanggung oleh Kristus, Pengganti kta yang sempurna, maka orang percaya tidak hanya terlepas dari hukuman melainkan juga diterima dalam kesempurnaan Kristus berdasarkan keberadaannya di dalam Kristus (1 Kor. 1:30; Ef. 1:6; Kol. 2:10; Ibr. 10:14) serta dikasihi oleh Allah sebagaimana Kristus dikasihi (Yohanes 17:23).14

Selain itu, mengenai Bema, Chafer menulis, “Dapat dikatakan bahwa pengadilan itu sama sekali tak berkaitan dengan permasalahan dosa, melainkan lebih berkaitan dengan pemberian pahala (mahkota) dari pada penolakan karena kegagalan.”15

Pelaksanaan Bema terjadi segera setelah rapture (pengangkatan orang percaya) atau kebangkitan orang percaya, sebagaimana dinyatakan dalam 1 Tesalonika 4:13-18:

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Argumentasi atau Alasan-Alasan Yang Mendukung Pandangan Ini:

(1) Dalam Lukas 14:12-14, pahala itu dikaitkan dengan kebangkitan dan pengangkatan orang percaya.

Lukas 14:12-14 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

(2) Dalam Wahyu 19:8, ketika Tuhan datang kembali bersama dengan mempelaiNya di akhir masa Tribulasi, tampak mempelai wanita telah diberi pahala atau mahkota. Pahalanya digambarkan sebagai kain lenan halus, perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus. Perkataan ini menunjukkan akibat dari pemberian pahala.

Wahyu 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.).

(3) Dalam 2 Timotius 4:8 dan 1 Korintus 4:5, pahala itu berkaitan dengan “hariNya” atau hari kedatangan Tuhan. Sekali lagi hal ini menunjuk kepada peristiwa yang disebutkan dalam 1 Tesalonika 4:13-18.

2 Timotius 4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.

Jadi urutan peristiwanya adalah (a) pengangkatan, termasuk pemuliaan atau kebangkitan tubuh kita, (b) pengangkatan ke angkasa untuk pergi bersama-sama dengan Tuhan, (c) menghadap pengadilan Bema dan (d) pemberian kompensasi atau pahala.

Bema itu akan terjadi di angkasa di hadapan hadirat Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:

1 Tesalonika 4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan

Wahyu 4:2 Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.

Wahyu 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.).

Setiap ayat yang berbicara tentang Bema selalu terkait dengan orang-orang percaya atau jemaat Tuhan. Perhatikan penekanan tentang perbuatan-perbuatan baik.

Roma 14:10-12 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah." Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah..

1 Korintus 3:12-15 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

1 Tesalonika 2:19-20 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.

1 Timotius 6:18-19 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.

Titus 2:12-14 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.

Peristiwa kebangkitan yang berkaitan dengan pemberian pahala kepada orang-orang kudus masa Perjanjian Lama akan terjadi setelah masa Tribulasi, yakni setelah orang-orang kudus masa gereja berada di surga, kemudian diberikan pahala, dan kembali bersama dengan Tuhan untuk menghakimi isi bumi ini (lihat juga Mat. 24).

Wahyu 19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.).

Daniel 12:1-2 Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu. Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.

Semua orang percaya, tanpa melihat tingkat kerohanian mereka, akan diangkat dan menghadap pengadilan Bema untuk mempertanggung-jawabkan kehidupan mereka. Pada saat itu akan ditentukan apakah mereka akan menerima pahala atau kehilangan pahala. Sebagian menganut pandangan partial rapture (pengangkatan parsial) mengajarkan bahwa hanyalah mereka yang memiliki tingkat kerohanian tertentu yang berlayak mengalami pengangkatan. Ini terjadi sebagai hukuman bagi orang-orang percaya yang berbuat dosa. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, pandangan ini tidak hanya bertentangan dengan karya Kristus yang telah selesai dikerjakanNya untuk membayar hukuman bagi dosa-dosa, melainkan juga bertentangan dengan ajaran dalam 1 Tesalonika 5:8-17:

Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.

Perhatikan ayat 9 dan 10. Konteksnya berbicara tentang kembalinya Kristus bagi jemaatNya —peristiwa pengangkatan (1 Tes. 4:13-18). Pengangkatan merupakan sarana kelepasan kita dari murka yang dinyatakan dalam fasal 5:1-3. Selain itu, perkataan “berjaga-jaga atau tidur” dalam ayat 10 menunjuk kepada kondisi spiritual atau moral, bukan apakah orang itu hidup atau mati pada saat Kristus datang, seperti dijelaskan dalam 4:13-14. Ini jelas terlihat dalam konteks 5:4-8 dan perubahan istilah dalam bahasa Yunani yang digunakan Paulus untuk istilah “tidur.” Dalam 5:10, Paulus menggunakan istilah Yunani katheudo, bukan koimao, yang bermakna metaforis dalam 4:13-14 mengenai kematian jasmani. Meskipun istilah katheudo digunakan untuk tidur secara jasmani atau kematian, istilah ini juga biasa digunakan untuk menggambarkan sikap apathi spiritual atau kelalaian terhadap perkara-perkara rohani. Ini jelas terlihat dalam konteks fasal 5. Jadi kesimpulannya adalah ini: Berdasarkan karya Kristus yang telah selesai dikerjakanNya secara sempurna di atas salib (perhatikan perkataan “yang sudah mati untuk kita” dalam ayat 10), entah kita berjaga-jaga secara rohani atau tidak, kita akan hidup bersama-sama dengan Dia melalui pengangkatan untuk menghadap pengadilan Bema.

Hakimnya tak lain adalah Tuhan Yesus Kristus yang pada masa sekarang pun sedang mengamati kehidupan kita. Ia jugalah yang akan mengadakan penilaian terhadap setiap perbuatan kita dan kehidupan kita secara keseluruhan ketika kita menghadap Pengadilan Bema. Dalam Roma 14:10, Rasul Paulus menyebut penilaian ini sebagai saat Bema Allah sedangkan dalam 2 Korintus 5:10, Paulus menyebutnya sebagai Bema Kristus. Kesimpulannya adalah Yesus yang adalah Allah akan menjadi hakim kita dan pemberi pahala bagi kita.

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

Roma 14:10 Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

Tujuan dan alasan pengadilan Bema ini merupakan pokok yang paling santer dibicarakan, khususnya karena pembahasannya akan mengarah kepada aspek-aspek praktis pengadilan Bema ini. Pertanyaan-pertanyaan penting yang biasanya muncul adalah: Mengapa kita harus menghadap Bema? Apakah hanya untuk penerimaan pahala atau kehilangan pahala? Apakah ada hukuman yang dijatuhkan? Akan adakah dukacita yang dialami? Apakah dasar pelaksanaan Bema itu? Apakah karena dosa, perbuatan-perbuatan baik atau apa?

Di kalangan gereja masa kini, muncul silang pendapat mengenai sifat dari pengadilan Bema itu. Penggunaan istilah “takhta pengadilan,” kurangnya pemahaman latar belakang historis dan kulturis mengenai Bema dan teologia yang kabur mengenai karya Kristus di salib merupakan faktor-faktor penyebab perbedaan-perbedaan pendapat ini. Dalam hal ini Allah hanya dipandang sebagai pemberi pembalasan terhadap dosa-dosa orang percaya atau dosa yang tidak diakui.

Sebagai tinjauan singkat ketiga pandangan ini, saya ingin mengutip tulisan Samuel L. Hoyt dalam Bibliotheca Sacra.

Sebagian sarjana Alkitab melihat takhta pengadilan ini sebagai tempat yang diwarnai dukacita mendalam, ketakutan, dan tempat Kristus akan membeberkan seluruh dosa-dosa orang percaya ( dosa-dosa yang tidak diakui) di hadapan orang-orang kudus yang telah dibangkitkan dan mengalami pengangkatan. Sebagian lagi malah mengemukakan bahwa orang-orang Kristen harus mengalami semacam penderitaan karena dosa-dosa mereka pada saat menghadapi pengadilan ini.

Di pihak lain, sebagian lagi yang menganut kronologi eskatologis yang sama berpendapat bahwa peristiwa ini merupakan semacam upacara pemberian penghargaan. Mahkota akan diberikan kepada setiap orang percaya. Akibatnya setiap orang Kristen akan dipenuhi rasa syukur untuk mahkota yang diterimanya, sehingga ia tidak akan berasa malu.

Para sarjana Alkitab lainnya mengemukakan pandangan tengah. Mereka mengakui adanya pengadilan atau pemeriksaan namun hal yang lebih ditekankan adalah aspek penghargaan dalam pengadilan tersebut. Mereka menekankan pentingnya kesetiaan dan ketekunan dalam kehidupan Kristen sekarang ini namun menolak konsep adanya penjatuhan hukuman jasmaniah dalam pengadilan Bema. Yang ditekankan adalah bahwa setiap orang Kristen harus mempertanggung-jawabkan kehidupannya di hadapan Kristus yang mahatahu dan kudus. Segala perbuatan yang dilakukan menurut kekuatan daging ini tidak akan mendapatkan pahala, namun segala perbuatan yang dilakukan dalam kuasa Roh Kudus akan mendapatkan pahala. Mereka yang menganut pandangan ini percaya bahwa orang-orang Kristen akan dimuliakan di hadapan Kristus tanpa sifat berdosa. Demikian pula setiap orang percaya akan berdiri tanpa rasa bersalah karena ia telah dibenarkan dalam Kristus. Tak perlu ada lagi hukuman jasmani karena Kristus telah menanggung seluruh murka Allah terhadap dosa-dosa orang-orang percaya selama-lamanya.16

Saya percaya pandangan yang terakhir ini lebih sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Alasan-alasannya akan dibahas ketika kita mempelajari tentang sifat, tujuan dan dasar pengadilan Bema. Namun untuk saat ini, agar kita tidak menarik kesimpulan yang keliru, kita perlu selalu ingat bahwa Firman Allah mengajarkan adanya konsekuensi-konsekuensi temporal (sekarang) dan futural (akan datang) terhadap dosa atau ketidaktaatan kita. Meskipun dosa kita tidak akan dihukum ketika menghadap Bema karena Kristus telah menanggungnya bagi kita, namun kita tak boleh meremehkan dosa, mengingat konsekuensi-konsekuensinya yang serius.

Uraian berikut ini tidaklah mendalam, karena hanya bertujuan untuk menunjukkan bahwa dosa dalam kehidupan orang percaya bukanlah hal yang kecil.

Dosa yang diperbuat orang percaya akan mengakibatkan hilangnya persekutuan yang akrab dengan Tuhan dan hilangnya sukacita dan damai.

Mazmur 32:3-4 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela.

Kita tidak boleh memandang disiplin dari Tuhan sebagai hukuman. Disiplin dari Allah sebagai Bapa kita bertujuan mendidik dan memperbaiki anak-anakNya. Terkadang disiplin ini datang dalam bentuk ujian, pencobaan, kegagalan, dan kesusahan, yang Ia gunakan untuk memperbaiki dan melatih kita. Namun apabila kita tetap terus berbuat dosa, itu akan menambah kemalangan kita. Namun tujuan disiplinNya selalu untuk mengembalikan kita kepadaNya. Apabila orang percaya tidak mau bertobat, ini dapat saja meningkat menjadi dosa yang membawa maut (kematian) seperti yang dialami Ananias dan Safira (Kisah 5), dan beberapa orang percaya di Korintus yang tidak mau mengakui dosa mereka dan membereskannya dengan Tuhan.

Ibrani 12:5-11 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

1 Korintus 11:28-30 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

1 Yohanes 5:16-17 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Bila kita tak mau menyelesaikan dosa kita melalui pengakuan yang jujur, kita mendukakan Roh Kudus dan memadamkan kuasaNya di dalam kehidupan kita. Selain itu, akibatnya kita akan menjalani kehidupan ini dalam kekuatan dan keinginan daging, bukannya dengan iman kepada Allah. Kita akan mengandalkan cara kita sendiri dalam mengahadapi setiap permasalahan hidup. Tentu saja sikap dan cara seperti ini hanya akan menghasilkan perbuatan-perbuatan daging dengan segala akibatnya yang dahsyat dan sia-sia. Firman Tuhan mengajarkan bahwa apabila kita tidak tinggal di dalam Dia, yakni hidup dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan, kita tak akan dapat berbuat apa-apa dan hidup kita akan hampa.

Galatia 3:1-5 Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?

Galatia 5:1-5 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.

Galatia 5:19-21, 26 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.… . dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

Yeremia 2:12-13 Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.

Yohanes 15:1-7 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Bila keinginan kita sendiri yang mengendalikan kehidupan kita, bukannya Tuhan, kita akan menjadi tidak sensitif terhadap orang lain sehingga hilang kesempatan untuk melayani. Dengan kata lain, kita kehilangan visi. Orang-orang Kristen duniawi tidak memiliki visi selain hanya mengejar ambisi atau urusan pribadi mereka sendiri.

Yohanes 4:34-38 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Orang-orang percaya yang duniawi dan dikuasai keinginan daging (karnal) biasanya hanya dikendalikan oleh keinginan-keinginan diri mereka sendiri. Mungkin tepat dan cocok sekali topik tentang hal mementingkan diri sendiri dan pahala-pahala dibahas di sini karena sebagian orang memandang pahala sebagai hal yang mengarah kepada kepentingan diri sendiri dan bersifat karnal.

Galatia 5:16-17 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Zane Hodges memiliki pemikiran yang baik mengenai konsep ini:

Kitab Suci tidak mengajar kita untuk tidak tertarik kepada kebahagiaan atau kesenangan diri kita. Keinginan untuk melepaskan diri dari hukuman kekal itu sendiri merupakan minat pribadi yang sah dan penting. Naluri untuk menjaga dan memelihara kehidupan kita pun demikian. Juga kesenangan dan penikmatan bukanlah pengalaman-pengalaman yang haram.

Ketika Allah menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, Ia menyediakan bagi mereka “berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya” (Kej. 2:9). Mereka dapat menikmatinya dengan leluasa asalakan mereka tidak memakan buah dari pohon yang dilarang. Demikian pula, Paulus meberkata kepada orang-orang kaya bahwa “Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” (1 Tim. 6:17).

Mementingkan atau mengasihi diri sendiri tak boleh diartikan hanya sebagai pengejaran kepentingan diri kita sendiri. Hal ini harus diartikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri menurut cara kita sendiri, bukannya menurut cara Allah. Oleh karena “kasih” merupakan sifat yang baik yang merupakan bagian dari iman Kristen, sering kali hal mementingkan diri sendiri diartikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri yang melanggar hukum kasih.17

Mengejar kepentingan (keinginan) diri sendiri menurut cara atau petunjuk Allah adalah hal yang sah. Namun orang yang hanya bersikap mementingkan diri sendiri biasanya terlalu dikuasai oleh keinginan dirinya sendiri dengan mengorbankan orang-orang lain dan kehendak Allah. Paad saat Adam dan Hawa makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, tindakan mereka itu mencerminkan keterpusatan kepada keinginan diri sendiri. Sikap tersebut adalah dosa dan dapat disamakan dengan penyembahan berhala. Ketika mereka ditempatkan di taman yang indah itu dan menikmati buah pohon-pohon dengan segala keindahan dan kenyamanan taman itu, mereka bertindak menuruti keinginan (selera) diri mereka sendiri namun mereka melakukannya dengan bergantung kepada Tuhan dan dalam ketaatan kepadaNya.

Perilaku duniawi akan berakibat rusaknya hubungan-hubungan dan membawa penderitaan terhadap orang-orang di sekitar kita – keluarga kita, sahabat-sahabat kita, teman-teman sekerja kita, dan teman-teman seiman kita dalam tubuh Kristus.

Galatia 5:15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.

Ibrani 12:15-17 Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Tentu saja tidak semua sakit penyakit, kelemahan, atau penderitaan selalu disebabkan oleh perbuatan dosa, namun hal itu bisa saja terjadi dan bahkan sering kali terjadi.

1 Korintus 11:29-30 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

1 Yohanes 5:16-17 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Amsal 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Amsal 14:30 Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

Akan ada orang percaya yang kehilangan pahala sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:

1 Korintus 3:13-15 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Pengadilan Bema itu tidak bersifat menghukum. Bema bukan penghakiman orang percaya karena sesuatu perbuatan dosa yang dilakukannya.

Kitab Suci mengajar bahwa bagi orang percaya, keadilan Allah terhadap dosa orang percaya, telah digenapi Kristus secara sempurna untuk selama-lamanya di atas salib. Apabila Allah harus menghukum lagi orang percaya untuk dosa-dosanya yang telah dibayar oleh Kristus, berarti Allah menuntut dua pembayaran untuk dosa sehingga hal ini akan bertentangan dengan keadilanNya. Konsep tentang penghukuman dosa orang percaya mengaburkan kecukupan dan khasiat kematian Kristus di atas salib.18

Kristus telah membayar hukuman bagi dosa-dosa orang percaya pra dan pasca pertobatan. Orang percaya dapat kehilangan pahala yang seharusnya ia terima, namun ia tidak tidak harus menjalani hukuman lagi untuik “membayar” dosa-dosanya.

Kitab Suci mengajar bahwa setiapdosa, yang diakui maupun tidak diakui, telah diampuni dan dibereskan melalui karya Kristus di salib, sehingga orang percaya tidak perlu diperhadapkan lagi dengan dosa-dosanya pada pengadilan Bema. Ayat-ayat berikut menjelaskan prinsip mendasar mengenai sifat dari Karya Kristus yang sempurna dan lengkap itu.

Ibrani 10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

Roma 5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Kolose 2:10 dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.

Ibrani 8:12 Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.".

Ibrani 10:17-18 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

Yesaya 38:17 Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu.

Yesaya 44:22 Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!

Mazmur 103:12 sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

Kita tidak akan mengalami hukuman lagi. Mengapa? Karena Kristus telah menanggung hukuman kita dengan menanggung kutuk karena kita.

Roma 5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Yohanes 3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Jika demikian mengapa kita harus mengakui dosa kita? Dan mengapa Allah harus menghukum orang-orang percaya karena dosa yang tidak diakui seperti halnya Ananias dan Safira dalam Kisah 5 dan beberapa orang percaya di Korintus dalam 1 Korintus 11:28? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan permasalahan yang sama sekali lain atau berbeda.

Dosa yang tidak diakui ada kaitannya dengan persekutuan kita dengan Tuhan selama kita berada dalam kehidupan di dunia ini, tidak berkaitan dengan kedudukan kita di hadapan Allah. Dosa yang tidak diakui akan menghambat persekutuan dan pengendalianNya atas kehidupan kita. Sebagaimana Amos 3:3 mengatakan, “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” Jelas jawabannya adalah tidak.

Pengakuan berarti kita setuju dengan Allah mengenai dosa kita dan dalam pengakuan ini kita mau menunjukkan keinginan kita untuk kembali berada di bawah kontrol Allah. “Pengampunan sehari-hari bagi mereka yang termasuk dalam keluarga Allah harus dibedakan dengan pengampunan yudisial dam posisional terhadap dosa-dosa seseorang yang terjadi pada saat ia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus” (Hoyt, hal.38). Kita perlu membedakan antara pengampunan horisontal dan pengampunan vertikal ketika Allah membenarkan kita dan memberikan kita kedudukan karena Kristus.

Ayat-ayat Kunci:

Ibrani 12:5-11 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

1 Korintus 11:28-32 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai sifat hukuman atas orang-orang percaya selama dalam kehidupan ini. Ini berupa pengenaan disiplin yang bertujuan memperbaiki dan mengembalikan kita kepada persekutuan yang akrab dengan Allah. Ayat-ayat ini juga penyebab utama pengenaan disiplin itu yakni karena kegagalan kita dalam membereskan dan mengakui dosa. Dosa selalu menghalangi persekutuan kita dengan Allah.

Perkataan dalam 1 Korintus 11:32, “dihukum bersama-sama dengan dunia” kemungkinan besar menunjuk kepada penghukuman yang disebut dalam Roma 1:24 dst., yakni kebobrokan moral dan semakin hancurnya nilai-nilai moral manusia ketika mereka menjauh bahkan menentang Tuhan. Demikian juga yang terjadi dalam kehidupan orang-orang percaya, namun melalui disiplin, Allah berupaya menghentikan prosesnya.

1 Korintus 11:32 Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Roma 1:24-32 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.

Allah tidak menghukum dosa-dosa kita dalam arti mengharuskan kita membayar hukuman bagi dosa itu.

Kitab Suci mengajar bahwa kematian Kristus sudah cukup dan telah memenuhi secara sempurna murka Allah terhadap dosa orang percaya. Permasalahan dosa dalam kaitannya dengan keadilan Allah telah terpenuhi selama-lamanya melalui pengorbanan AnakNya. Hukuman terhadap dosa-dosa orang percaya telah dibayar penuh oleh Kristus, sebagai pengganti orang percaya. Orang percaya telah menjalani pengadilan, dan telah dijatuhi hukuman melalui penggantinya yaitu Yesus Kristus. Allah tak mengharuskan lagi pembayaran hukuman untuk dosa untuk kedua kalinya karena pembayarannya telah lunas dibayar oleh Kristus. Orang percaya dipandang oleh Bapa sebagai orang yang telah mengenakan pakaian kebenaran Kristus. Karena itu Allah tak melihat alasan lagi untuk mendakwa orang Kristen secara hukum karena semuanya telah digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Karena itu ketika orang percaya menghadap takhta pengadilan Kristus, hukuman untuk dosa-dosa orang percaya tak perlu dijatuhkan lagi.19

Namun Allah mendisplin kita seperti halnya seorang bapa mendisiplin anak-anaknya, dengan maksud mengembalikan kita kepada persekutuan dan membentuk kita menjadi serupa dengan gambaran AnakNya. Jadi ini merupakan persoalan keluarga.

Bema merupakan tempat penilaian kualitas dari setiap pekerjaan orang percaya apakah baik atau buruk. Setiap pekerjaan kita akan dinilai apakah berkenan sehingga patut diberi imbalan pahala, atau tak berkenan, sehingga tak patut mendapatkan pahala. Sebenarnya proses penilaian itu sudah sedang berlangsung sekarang ini oleh Tuhan (Lihat Wah. 2-3).

Bema juga adalah tempat penghilangan atau penghancuran buah-buah yang tak berkenan yang digambarkan dengan simbol kayu, rumput kering, dan jerami. Setiap perbuatan, pikiran, dan motif yang jahat, maupun setiap perbuatan baik yang dikerjakan berdasarkan kekuatan daging akan hangus terbakar seperti halnya kayu, rumput kering dan jerami dalam api, karena semuanya tak berlayak untuk diberi pahala. Mengapa? Kita akan menemukan jawabannya ketika kita menyelidiki tentang dasar penerimaan atau hilangnya pahala.

Pengadilan Bema juga merupakan tempat pemberian imbalan pahala kepada orang-orang percaya untuk setiap perbuatan baik yang telah mereka kerjakan. Hal ini terlihat dalam simbol emas, perak dan batu permata yang sangat berharga dan dapat bertahan dalam ujian api tanpa hangus terbakar. Jenis pekerjaan dalam kategori ini adalah pekerjaan-pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan kendali Roh Kudus.

1 Korintus 3:13-15 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Perkataan “nampak” dalam bahasa Yunani adalah phaneros yang berarti “dikenal, kelihatan, dinyatakan.” Perkataan “hari itu” menunjuk kepada hari pelaksaaan Bema yakni setelah pengangkatan jemaat atau orang-orang percaya. Perkataan “menyatakannya” adalah deloo yang berarti “memperjelas, membuatnya menjadi nyata atau jelas.” Istilah Yunani lain untuk “nampak” yang digunakan di sini adalah apokalupto yang berarti “membukakan.” “Ujiaan” adalah dokimazo yang berarti “menguji untuk diadakan penilaian.” “Kualitas” adalah hopoion, suatu keterangan tentang mutu untuk mengetahui “apa jenisnya.”

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

“Menerangi” dalam bahasa Yunani adalah photizo, yang berarti “membawa sesuatu kepada terang, membuatnya kelihatan.” Istilah “memperlihatkan” adalah phaneroo, berarti “menyatakan, membukakan.” Pokok utama di sini sangat jelas terlihat dalam dua ayat berikut ini yaitu: Bahwa Tuhan akan menilai kualitas dan sifat dari setiap pekerjaan kita.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Wahyu 22:12 "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”

Ada beberapa ayat yang menunjukkan aspek negatif dari Bema yang perlu penjelasan. Dalam ayat-ayat ini ada pernyataan seperti “memberi pertanggungan jawab bagi dirinya,” “menderita kerugian,” “malu” dan “mendapat pembalasan untuk setiap perbuatan .... baik atau jahat.”

Akankah orang-orang percaya mengalami rasa malu, sedih, menyesal ketika menghadap Bema? Jika demikian, bagaimana kita menyesuaikan pernyataan-pernyataan ini dengan ayat seperti Wahyu 7:17, “Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka”, dan Wahyu 21:4, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu,” atau dengan Yesaya 65:17, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”?

Efek-efek negatif pengadilan Bema adalah sebagai berikut:

Kerugian yang disebutkan dalam 1 Korintus 3:15 menunjukkan hilangnya pahala bukan keselamatan karena ayat berikutnya menjelaskan tentang hal ini. Perhatikan bahwa perkataan “ia akan menderita kerugian” lebih tepat diartikan “rugi dalam arti tidak menerima pahala.”

1 Korintus 3:15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Diskualifikasi yang disebutkan dalam 1 Korintus 9:27 berarti didiskualifikasi dari pahala, bukan kehilangan keselamatan. Ini tampak lebih jelas dalam konteks dan analogi yang digunakan mengenai pertandingan olahraga Yunani.

1 Korintus 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Perkataan “apa yang patur diterimanya” dalam 2 Korintus 5:10 menunjukkan penerimaan pahala atau hilangnya pahala. Kata kerja yang digunakan di sini adalah komizo yang berarti “memikul dengan selamat,” “memikulnya sebagai barang rampasan.” Dalam bentuk middle voice seperti dalam ayat ini, istilah ini berarti “memikul untuk diri sendiri,”20 atau “menerima kembali apa yang menjadi miliknya.”21

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Matius 25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.

Efesus 6:8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.

Makna pemberian pahala ini juga jelas terlihat dalam istilah-istilah Yunani yang digunakan dalam 2 Korintus 5:10. Istilah “baik”, agathos artinya berharga seperti buah yang baik sedangkan istilah “jahat” – phaulos — artinya buruk (busuk), seperti buah busuk yang tak dapat dimakan. Maknanya istilah-istilah inii bukan baik dalam pengertian benar lawan jahat karena berdosa. Bila arti ini yang dimaksudkan oleh Paulus maka lebih tepat menggunakan istilah kalos, “baik” dan kakos, “jahat.” Untuk perbuatan-perbuatan baik, yang berharga, ibarat buah yang baik, kita akan menerima imbalan pahala (mahkota), sedangkan untuk perbuatan-perbuatan jahat, busuk dan tak berharga, tidak akan mendapat imbalan pahala.

Pengertian ini mungkin dapat dilukiskan seperti seorang siswa yang mengerjakan tugas pelajaran yang buruk sehingga mendapat nilai yang buruk. Hasil pekerjaannya yang jelek atau buruk itu mendapatkan imbalan yang sesuai dengan kualitas pekerjaannya. Jika buruk, nilainya juga buruk, jika baik, nilainya baik. Ketika saya belajar di Seminari Theologia Dallas, ada sebuah tulisan di kantor bagian akademik yang mengatakan, “Keselamatan adalah oleh anugerah ...... Penamatan adalah oleh pekerjaan.”

Istilah lain yang menunjukkan aspek negatif dari Bema terdapat dalam 1 Yohanes 2:28. Ayat ini pasti menunjuk kepada Bema. Dalam ayat ini dikemukakan kita beroleh keberanian karena kita tinggal di dalam Kristus. Sedangkan rasa malu di hadapan Tuhan merupakan akibat kegagalan untuk tetap tinggal di dalam Dia.

1 Yohanes 2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

“Anak-anakku” merupakan perkataan kasih sayang yang diucapkan Yohanes tentang para pembacanya dan panggilan ini mengartikan bahwa mereka adalah orang-orang yang sudah mengalami kelahiran baru.

Perkataan “tinggal di dalam Dia” sinonim dengan bersekutu dengan Dia. Ini yang menjadi pokok pembicaraan utama dalam suratnya ini (1:3-7). Tinggal di dalam Dia berarti menjadikan kehidupan Kristus sebagai sumber kehidupan kita dan mentaatiNya sebagai akibat penyerahan kita kepadaNya. Inilah dasar pemberian pahala. Bila kita tidak tinggal di dalam Dia maka kita akan kehilangan pahala. Perihal tinggal di dalam Kristus atau berserah penuh kepadaNya merupakan pokok yang penting kita ingat.

Kata “supaya” menunjukkan tujuan, yaitu kedatangan Kristus dengan segala maknanya bagi kita.

Kemudian perkataan “apabila Ia menyatakan diriNya.” Kata “apabila” menunjuk kepada saat kedatangan Tuhan yang dapat saja terjadi sewaktu-waktu. Aspek kondisional dari pernyataan dalam ayat ini tak meragukan realita kedatangan Kristus, melainkan aspek waktunya (kapan) yang bisa terjadi setiap saat. Istilah “menyatakan” menunjuk kepada peristiwa pengangkatan yang akan membawa kita untuk menghadap Bema.

“Kita beroleh keberanian percaya.” Istilah Yunani untuk “keberanian” adalah parresia yang berarti “keberanian berbicara.” Meskipun tak ada dari kita yang sempurna namun kesetiaan atau ketekunan untuk tetap tinggal dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan memberikan kepastian (jaminan) penerimaan pahala.

“Dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya (kehadiranNya).” Perhatikan beberapa hal dalam kalimat ini. Menurut kata kerjanya dalam bahasa Yunani yang berbentuk aorist subjunctive, serta arti dari kata kerjanya sesuai tata bahasanya, ini menunjuk kepada perbuatan (tindakan) pada masa yang akan datang, bukan tindakan yang sedang berlangsung. Bentuk kata kerjanya adalah pasif. Artinya orang yang disebut di sini akan menjadi objek penerima tindakan, yaitu orang itu akan dipermalukan. Namun bagaimana caranya? Ada dua pandangan yang dikemukakan:

(1) Orang percaya yang tidak tinggal di dalam Dia akan malu di hadapan Tuhan, atau Ia akan dipermalukan oleh Tuhan. Pandangan ini agak bersifat punitif (menghukum) dan kurang cocok dengan tujuan Bema itu dan juga tidak sesuai dengan janji Tuhan bahwa orang percaya tidak akan mengalami hukuman.

(2) Orang percaya yang tidak tinggal di dalam Dia akan dipermalukan melalui pembeberan perbuatannya di hadapan pengadilan Bema. Namun perasaan malu ini muncul oleh kesadarannya sendiri akan kegagalan dan dosanya yang telah mengakibatkan hilangnya pahala. Namun semuanya ini hanya berlangsung sementara berdasarkan ayat-ayat berikut:

Wahyu 7:17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

Wahyu 21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Yesaya 56:12 "Datanglah," kata mereka, "aku akan mengambil anggur, baiklah kita minum arak banyak-banyak; besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi!"

Hoyt menyimpulkan dengan baik ayat-ayat ini sebagai berikut:

Alkitab mengemukakan bahwa akan ada tingkat perasaan malu yang bervariasi ketika menghadap pengadilan Bema. Ini bergantung kepada tingkat ketidaksetiaan setiap orang percaya. Karena itu setiap orang percaya harus berupaya hidup berkenan kepada Tuhan dalam segala hal. Meskipun perasaan malu ini telah dialami orang-orang percaya selama di dunia ini, namun mereka juga perlu menyadari apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pemahaman tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang ini menjadi sumber sukacita yang luar biasa bagi orang-orang percaya. English mengemukakan penjelasan yang seimbang tentang pokok ini sebagai berikut.

Sukacita pasti akan menjadi perasaan yang mendominasi kehidupan bersama dengan Tuhan; namun saya percaya ketika perbuatan-perbuatan kita menjadi nyata pada pengadilan Bema itu, akan ada dukacita yang bercampur dengan sukacita. Kita akan merasa malu ketika kita menderita kerugian. Namun kita juga akan bersukacita ketika menyadari bahwa pahala-pahala yang diberikan juga merupakan bentuk ekspresi lain dari kasih karunia (anugerah) Tuhan kita; karena pada hakekatnya kita sebenarnya adalah hamba-hamba (pelayan-pelayan) yang tidak berguna.22

Unsur-unsur penyesalan, dukacita, rasa malu memang tak dapat dihindari ketika kita menghadap Hakim kita pada pengadilan Bema. Namun dukacita ini bersifat relatif karena orang-orang Kristen yang paling saleh sekalipun sadar bahwa pasti akan ada sesuatu dalam kehidupannya yang menyebabkan ia berdukacita atau menyesal ketika berhadapan dengan terang kekudusan Allah yang tak terhampiri. Jika demikian, ini berarti bahwa orang Kristen yang paling saleh sekalipun juga akan mengalami dukacita. Namun ini bukanlah gambaran Perjanjian Baru mengenai surga. Perasaan yang mendominasi surga adalah sukacita dan syukur. Meskipun tak dapat disangkal bahwa akan ada tingkat dukacita dan penyesalan, namun ini bukanlah perasaan yang mendominasi dalam sepanjang kekekalan.

Kondisi emosional orang-orang percaya adalah kebahagiaan yang sempurna dan kekal. Perasaan ini terbit dari kesadaran akan fakta-fakta yang terjadi yang dialami secara pribadi. Pengharapan akhirnya akan berubah menjadi realita bagi mereka yang telah ditebus dari perhambaan dosa dan kebinasaan dan memasuki terang kemuliaan anak-anak Allah (Rom. 8:18-25). Penghapusan kutuk, penderitaan dan kematian (maut) juga akan menghapus dukacita, air mata dan ratap tangis (Wah. 21:4).

Takhta Pengadilan Kristus dapat disamakan dengan acara wisuda. Pada hari wisuda itu akan ada tingkat perasaan kecewa dan penyesalan karena seorang mahasiswa mungkin tidak belajar baik atau bekerja lebih keras. Namun pada hari wisuda itu, perasaan yang mendominasi adalah sukacita, kesenangan, bukan penyesalan atau kekecewaan. Para wisudawan tidak meninggalkan ruangan dengan menangis karena tidak mendapatkan nilai yang lebih baik. Sebaliknya mereka diliputi rasa syukur karena mereka telah berhasil tamat, dan mereka senang dengan apa yang mereka telah capai. Terlalu menekankan aspek dukacita dan penyesalan ketika menghadap Takhta Pengadilan Kristus sama dengan menjadikan surga itu neraka. Terlalu menekankan aspek dukacita sama dengan menjadikan makna kesetiaan itu menjadi kabur atau hampa.23

Apakah yang dimaksud dengan pahala-pahala? Apa penjelasan Alkitab tentang pahala-pahala ini? Hal yang kita pelajari tentang pahala-pahala dalam Kitab Suci agak bersifat umum:

(1) Janji tentang mahkota. Mahkota biasanya digunakan sebagai simbol kemenangan, kekuasaan dan tanggungjawab.

(2) Janji tentang harta surgawi. Ini menekankan nilai dan jaminan kekal mahkota itu.

Matius 6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.

1 Petrus 1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

(3) Janji tentang penghargaan atau pujian. Ini nyata dalam ayat-ayat yang menjelaskan tentang pemberian pahala dalam bentuk ucapan pujian seperti “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia …”

Matius 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lukas 19:17 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.

1 Korintus 4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

(4) Janji-janji kepada mereka yang menang. Ini menunjukkan pahala-pahala khusus bagi orang-orang percaya yang menang atas berbagai pencobaan dan ujian dari pada sekedar janji umum bagi seluruh orang percaya.

Wahyu 2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

Wahyu 2:11 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."

Wahyu 2:17 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya."

Wahyu 2:26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;

(5) Janji tentang tanggung jawab dan kekuasaan atas milik Tuhan.

Matius 19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Matius 24:45-47 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.

Matius 25:21, 23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu....... Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lukas 19:17-19 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.

Lukas 22:29-30 Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Wahyu 2:26 Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.

(1) Pesta Perjamuan. Dalam sebuah pesta, setiap orang yang diundang menyantap makanan dengan porsi yang berbeda-beda, namun setiap orang puas dan kenyang. Setelah mengalami pemuliaan, kita tak lagi memiliki sifat berdosa yang biasanya memproduksi perasaan dengki, atau iri, atau kemarahan, atau kepahitan, atau ketidakpuasan. Semua orang percaya akan diliputi perasaan kagum akan Allah dan keadaan kita yang telah mengalami pemuliaan.

(2) Seorang anak lelaki pada pertandingan baseball. Setiap anak lelaki yang menyenangi olah raga baseball mengidamkan untuk menjadi pemain dalam suatu turnamen baseball, dan ia tak akan iri atau marah apabila ia tidak menjadi bintang lapangan. Ia pasti akan merasa puas hanya dengan bisa masuk sebagai salah satu pemain dan ia akan senang dengan peran apa saja yang diberikan kepadanya.

(3) Acara wisuda. Semua wisudawan akan hadir dan diliputi perasaan bahagia karena dapat mengikuti penamatan. Namun ketika ijazah diberikan, mungkin ada dukacita yang dialami, namun dukacita itu akan dengan sendirinya tenggelam oleh sukacita yang menguasai acara itu.

(4) Karunia-karunia rohani kita. Pahala-pahala yang akan kita terima dapat disamakan dengan karunia-karunia rohani yang kita terima. Pahala-pahala itu akan dipandang lebih sebagai tanggung jawab atau sebagai kesempatan dari pada sekedar sebagai tanda penghargaan atau medali yang dikenakan kepada tentara yang telah berjasa. Ingatlah bahwa seluruh mahkota kita akan diserahkan di bawah kaki Kristus, karena hanya Dia yang berlayak menerimanya. Dalam Matius 25:21, 23 dan Lukas 19:17-19 menyatakan bahwa pahala itu bisa berupa kekuasaan atas banyak kota. Mungkin pula kekuasaan atas suatu kawasan di jagat raya ini. Semua orang percaya akan mendiami kerajaan millenium dan mewarisi kekekalan bersama dengan Tuhan. Sebagian akan memerintah dengan Dia, namun sebagian tidak karena kehilangan pahala.

Wahyu 4:10-11 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Matius 25:21-23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lukas 19:17-19 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.

(5) Dalam Kitab Suci, jemaat Tuhan disebut sebagai imamat yang rajani. Ini mungkin menunjukkan tentang kekuasaan kita. Kita mungkin akan memerintah bersama Kristus atas suatu galaxi, benda angkasa di langit, dan yang pasti atas malaikat-malaikat, dan dunia.

1 Korintus 6:2-3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari

1 Korintus 4:8 Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu.

Tak diragukan bahwa kita akan memerintah atas sesuatu bagian dalam kerajaan millenium dan kerajaan kekal sebagaimana dinyatakan dalam Matius 25:21; Lukas 19:17-19 (lihat di atas).

Daniel 7:18, 22, 27 sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya.… 22 sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan.… . 27 Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.

Ini adalah mahkota seorang pemenang, yang berbentuk kalung dari dedaunan yang dikenakan oleh Hakim pada Pengadilan Bema kepada seorang atlit yang menang. Istilah ini digunakan untuk mahkota yang dijanjikan bagi orang-orang percaya karena kesetiaan mereka dalam kehidupan Kristen.

Ini adalah mahkota seorang raja. Istilah ini digunakan untuk ketujuh diadema yang dikenakan oleh Binatang dalam Wahyu 12:3 dan 13:1. Sebagai bukti bahwa Kristus adalah Raja di atas segala raja, Ia mengenakan diadema pada waktu kedatanganNya kembali ke dunia.

Wahyu 19:21 Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka.

Tuhan Yesus adalah Pemenang, dan kemenangan kita sebenarnya adalah kemenanganNya yang kita peroleh melalui iman. Mahkota diberikan sebagai pahala atas kesetiaan kita dalam memanfaatkan anugerah Allah dan kemenangan Kristus dalam kehidupan kita. Mahkota-mahkota ini mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita agar tetap tinggal di dalam pokok anggur.

Mahkota duri ini berbicara tentang karya Kristus di salib yang sekaligus mengartikan kemenanganNya atas dosa, Setan, dan maut.

Matius 27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!"

Markus 15:17 Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.

Yohanes 19:2, 5, 2 Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu; … 5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"

Ini menjelaskan tentang sifat seluruh mahkota. Ini berbeda dengan mahkota-mahkota di dunia ini yang hanya bersifat sementara. Mahkota ini khusus diberikan bagi mereka setia dan tekun dalam perlombaan iman dan menunjukkan pengendalian diri dalam melayani Tuhan.

1 Korintus 9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

Mahkota ini diberikan kepada mereka yang giat bersaksi dan melayani. Di satu sisi jemaat di Tesalonika merupakan mahkota Paulus, dan ketika menghadap Bema akan ada sukacita serta kebanggaan atas kehadiran mereka di surga.

1 Tesalonika 2:19 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?

Filipi 4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

Namun apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia menyebut jemaat Tesalonika sebagai mahkotanya? Berdasarkan penggunaan istilah “mahkota” (stephanos, mahkota pemenang) dalam ayat-ayat lain, dan fakta bahwa orang-orang percaya akan meletakkan mahkota-mahkota mereka di hadapan Tuhan, Paulus mungkin memikirkan tentang sebuah mahkota pribadi yang ia akan terima karena keberhasilannya dalam mengantar orang kepada Kristus. Meskipun dalam ayat ini Paulus tidak mengatakan bahwa ia akan menerima mahkota, namun pemikiran ini tersirat dalam ayat ini dan juga dalam ayat-ayat lain. Meskipun mereka yang telah dihentarnya kepada Kristus mungkin belum hidup sesuai yang diinginkan Tuhan, namun menyaksikan keberadaan dan kehadiran mereka di surga membawa sukacita yang sangat besar.

Wahyu 4:10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu,

Mahkota ini diberikan kepada mereka yang sabar menanggung ujian (pencobaan) dan godaan (Yak. 1:12; Wah. 2:10). Mahkota yang dimaksud di sini bukan kehidupan kekal karena kehidupan kekal diberikan melalui iman kepada Kristus. Mahkota ini merupakan pahala yang mereka terima karena kesabaran dalam menanggung pencobaan dan kemenangan atas godaan.

Yakobus 1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Wahyu 2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.

Yohanes 4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

Roma 3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus;

Roma 5:15-17 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

Mahkota ini merupakan pahala yang diberikan kepada mereka yang setia dan giat menggunakan karunia-karunia dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam melayani pekerjaan Tuhan. Dan juga mahkota ini diberikan kepada mereka yang merindukan kedatanganNya. Perhatikan bahwa kedua hal ini tak dapat dipisahkan. Merindukan kedatanganNya sama dengan hidup dalam terang kedatanganNya.

2 Timotius 4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Mahkota kemuliaan dijanjikan kepada para penatua atas kesetiaan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab menggembalakan jemaat.

1 Petrus 5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Oleh karena hanya Kristus yang berlayak dan karena kita hanya dapat berbuah apabila kita tinggal di dalam Dia dan membiarkan kehidupanNya mengisi kehidupan kita, maka setiap orang percaya akan meletakkan seluruh mahkotanya dihadapan Kristus sebagai pengakuan bahwa semua perbuatan dan pelayanan kita adalah karena kasih karuniaNya semata.

Wahyu 4:10-11 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Ini adalah mahkota-mahkota kerajaan yang menunjukkan Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan atas segala yang dipertuan, yang satu-satunya berlayak dan berhak memerintah dan menghakimi dunia.

Wahyu 19:12 Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri.

Bagian ini mengakhiri pelajaran kita tentang berbagai cara Allah dalam memberikan kita jaminan kepastian tentang pemeliharaan dan kasihNya yang sempurna. Kita telah mempelajari bahwa jaminan kepastian dari Allah ini mencakup masa lampau keselamatan kita, masa sekarang dengan berbagai jenis kebutuhan hidup kita – misalnya, perlindungan, pemeliharaan setiap hari, keampunan, kemenangan atas dosa, dan tuntunan melintasi badai-badai kehidupan. Namun tidak berhenti di sini saja karena dalam pelajaran terakhir ini kita telah belajar bahwa jaminan kepastian dari Allah ini juga menembusi kekekalan masa yang akan datang. Melalui pelajaran ini kita juga mendapatkan kepastian bahwa segala jerih payah kita tidak sia-sia di dalam Tuhan. Allah mempunyai program untuk memberikan pahala kepada orang-orang percaya yang setia dalam pelayananNya dan menang karena iman kepada anugerahNya yang tak terbatas itu.

Tidaklah heran apabila penulis Ibrani menyebut keselamatan kita dalam Kristus sebagai “keselamatan yang sebesar” itu (Ibr. 2:3). Namun tepat pula apabila kita mengakhiri pelajaran ini dengan merenungkan peringatannya mengenai “keselamatan yang sebesar itu” yang telah kita peroleh. Ia mengatakan:

Ibrani 2:1-4 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

Kitab Suci, dengan perantaran malaikat, telah menyatakan mengenai umat Allah pada masa Perjanjian Lama bahwa mereka telah menerima pembalasan yang setimpal dari Allah karena ketidaktaatan mereka, namun janganlah kita berpikir bahwa sebagai umat masa Perjanjian Baru bahwa kita akan luput dari akibat-akibat seperti itu bila kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebegitu besar yang telah dikerjakan Kristus di atas salib bagi kita. Selain kita beroleh keselamatan, Allah juga memberikan kita kepastian kepastian mengenai pemeliharaanNya baik masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Sebagai abdi-abdi atau pelayan-pelayan yang baik dari berkat-berkat yang Allah, kita diberikan suatu tanggung jawab yang besar dan mulia untuk bertindak berdasarkan kehidupan baru yang telah kita terima dalam Kristus. Allah telah berkenan menjadikan kita resipien (penerima) keselamatan yang sebegitu besar itu.

Dalam kaitan dengan peringatan ini, Zane Hodges menjelaskan:

Apabila para pembaca tidak memandang kepada kemenangan akhir dan kelepasan yang telah dijanjikan yang adalah kemenangan akhir dari Anak Allah itu sendiri, mereka dapat mengharapkan pembalasan yang setimpal. Namun tentang sifat dari pembalasan itu tidak dijelaskan oleh penulis, namun agak sulit untuk mengatakan bahwa penulis berbicara tentang neraka dalam hal ini. Perkataan “kita” yang sering ditemukan dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa penulis pun memasukkan dirinya sendiri di antara mereka yang harus memperhatikan peringatan ini.

Tentu saja “keselamatan” yang disebutkan dalam ayat ini sama dengan dalam 1:14, yang mengindikasikan keikutsertaan para pembaca dalam kemenangan Putra Allah, karena adanya sebutan Ia memiliki “teman-teman sekutu” (lihat 1:9). Tuhan Yesus Kristus sendiri, ketika berada di bumi, banyak berbicara tentang kerajaanNya yang akan datang dan keikutsertaan para pengikutNya yang setia dalam pemerintahanNya dalam kerajaan itu (lihat, misalnya, Lukas 12:31-32; 22:29-30). Namun pengalaman keselamatan ini, yang pertama diberitakan oleh Tuhan, juga diteguhkan melalui berbagai mujizat dan tanda ajaib yang dikerjakan oleh mereka yang mendengarkanNya, yaitu murid-muridNya yang pertama. Dalam membicarakan hal ini, penulis Ibrani menganggap mujizat-mujizat ini sebagai kuasa-kuasa Zaman yang akan datang (lihat Ibr. 6:5) dan, tak berbeda dengan orang-orang Kristen pertama dalam Kitab Kisah para Rasul, mereka melihat mujizat-mujizat ini sebagai pekerjaan dari Dia yang berkuasa yang telah naik dan duduk di sebelah kanan Allah (lihat “tanda-tanda,” atau “mujizat-mujizat” dalam Kisah 2:43; 4:30; 5:12; 6:8; 8:6, 13; 14:3; 15:12; juga lihat 2 Kor. 12:12). Bahwa penulis berpikir tentang “dunia yang akan datang” juga dijelaskan dalam Ibrani 2:5.24

Pokok pembahasan di sini bukan mengenai hilangnya keselamatan, yang telah terjamin kekal dalam Kristus, melainkan penulis menyampaikan peringatan tentang kegagalan hidup oleh iman, kegagalan untuk ikut serta dalam kuasa dan kehidupanNya yang penuh kemuliaan, dan kegagalan dalam memandang kepada pahala-pahala kekal yang akan diterima dalam kerajaanNya yang akan datang.


12 Samuel Hoyt, “The Judgment Seat of Christ in Theological Perspective, Part 1,” Bibliotheca Sacra, January-March, 1980, electronic media, hal. 32.

13 Hoyt, 37.

14 Lewis Sperry Chafer, Major Bible Themes: 52 Vital Doctrines of the Scripture Simplified and Explained, direvisi oleh John F. Walvoord, Zondervan, Grand Rapids, 1974, hal. 282.

15 Lewis Sperry Chafer, Systematic Theology, Vol. 4: Ecclesiology-Eschatology, Dallas Seminary Press, Dallas, TX, 1948, hal. 406.

16 Hoyt, hal. 32-33.

17 Zane C. Hodges, “We Believe in: Rewards,” Journal of the Grace Evangelical Society, Vol. 4, No. 2, Autumn 1991, hal. 7.

18 Hoyt, hal. 33-34.

19 Hoyt, hal. 38.

20 G. Abott-Smith, A Manual Greek Lexicon of the New Testament, 3rd ed., T. & T. Clark, Edinburgh, 1937, hal. 252.

21 Fritz Rienecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament, ed. Cleon L. Rogers, Jr., Regency, Grand Rapids, 1976, hal. 468.

22 E. Schuyler English, “The Church At the Tribunal,” dalam Prophetic Truth Unfolding Today, ed. Charles Lee Feinberg, Fleming H. Revell Co., Old Tappan, NJ, 1968, hal. 29.

23 Samuel Hoyt, “The Judgment Seat of Christ in Theological Perspective,” Bagian 2, Bibliotheca Sacra, electronic media, hal. 131.

24 Zane Hodges, The Bible Knowledge Commentary, editor John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, Scripture Press, Wheaton, Illinois, 1983, 1985 hal. 783.

Previous PageTable Of Contents