Tiga Pertanyaan Penting

Oleh:
Greg Herrick
Translator: Cecilia Nino

Dulu aku senang sekali berenang dan aku membayangkan kalau aku akan menjadi perenang kawakan suatu hari kelak ( Kamu takkan pernah menyangka kalau melihat badanku sekarang. Tolong jangan berkomentar). Karena orang tuaku adalah anggota militer, aku tinggal di dekat sebuah markas militer angkatan udara. Dan seperti kebanyakan, kalau tidak semua, markas militer di Kanada, markas ini memiliki beberapa kolam renang dalam ruang dan juga luar ruang. Saat aku masih berumur awal belasan tahun, aku sering bermain bersama teman-temanku disana. Tapi aku juga dekat beberapa danau (sulit sekali jika kita tumbuh besar di Nova Scotia dan tidak tinggal di dekat danau danau yang banyak terdapat disana). Saat itu aku mempunyai seorang teman yang orang tuanya memiliki sebuah rumah di salah satu tepi danau danau tersebut. Maka pergilah kami bergerombol ke danau itu untuk memancing, berenang dan sekedar bersenang senang.

Pada suatu kali aku dan temanku saling menantang untuk berenang menyeberangi danau yang ditiup angin sepoi sepoi. Aku segera (tanpa berpikir panjang) menerima tantangan untuk berenang jarak setengah mil ini dan kami bersama sama mempersiapkan diri untuk berlomba. Karena aku sudah terbiasa berenang di kolam renang markas militer, aku merasa bahwa perlombaan ini akan dapat kujalani dengan mudah. Tapi ternyata tidak. Anda tahu, ternyata ada perbedaan antara air kolam yang tenang dan air danau yang berarus. (Aku baru tahu saat itu.) Ada ombak di danau-ombak yang besar-jika angin bertiup lebih kencang. Seperti juga banyak hal dalam hidupku, aku belajar melalui pengalaman pahit. Mungkin Anda juga demikian.

Saat itu aku dan temanku terjun ke danau dan memulai perjalanan menyeberangi danau bersamaan. Pada awalnya, aku berenang dengan baik, namun tak lama kemudian Tim sudah berada di depanku. Aku tak mampu menyusul dia; lagi pula Tim lebih tua tiga tahun dariku. Tiba tiba kemungkinan kalah dari perlombaan ini tak lagi menjadi masalah bagiku. Sementara aku sedang menarik nafas, ada ombak yang datang menyiram Kapaau dan aku menghirup banyak air. Pernahkah Anda mengalami hal ini? Anda berada jauh dari pantai, lelah, kehabisan nafas, dan kemudian menelan banyak air? Tidak menyenangkan!

Aku mulai merasa tercekik dan tak dapat bernafas. Dalam sekejab, situasi menjadi begitu buruk. Dengan cepat aku menyadari bahwa aku dalam "kesulitan" dan tak ada yang dapat ketakutan. Walaupun aku tercekik, aku berusaha untuk berteriak pada Tim. Tapi mungkin dia akin mengira aku sedang bergurau (berusaha memperlambat lajunya supaya aku bisa menyusulnya) atau mungkin dia sama sekali tidak mendengar suaraku karena angin. Kenyataannya aku sedang tenggelam ketika temanku mencapai aku. Entah kenapa, Tim menoleh ke belakang untuk melihat aku ada dimana. Saat ia tak melihat aku, dia panik dan cepat cepat berenang kembali ke arahku. Sewaktu ia mencapai aku, aku sudah berada di bawah permukaan air. Untunglah kondisi tubuh Tim amat prima, ia seorang binaragawan. Ia menangkap tanganku dan menarikku ke atas sehingga aku dapat bernafas. Singkatnya, ia menyelamatkan hidupku. Dengan bantuannya aku dapat kembali ke pantai.

Seringkali diperlukan seseorang yang lebih kuat atau lebih besar kuasanya dari kita untuk membantu kita di saat kita memerlukan pertolongan, bukan? Dan pada saat Anda tenggelam dalam situasi situasi kehidupan, Anda tak memerlukan nasihat yang baik, Anda memerlukan seorang penyelamat! Hanya itu saja. Pada suatu malam di TV, saluran berita menyiarkan video seorang pria yang hanyut di sungai yang berarus deras. Sementara ia terbanting banting dibawa air, kepalanya muncul ke permukaan air tiap beberapa detik, Anda hampir dapat merasakan betapa tanpa harapannya keadaan ini. Tak ada seorangpun yang berada di dalam helikopter dapat menolong. Orang ini memerlukan pertolongan dengan segera. Ada beberapa orang yang berniat baik di sepanjang tepian sungai itu meneriakkan masihat kepadanya: "Berenanglah kemari!" "Peganglah dahan itu!" "Berenanglah lebih keras!" Namun, lagi-lagi, nasihat seperti ini--walaupun maksudnya baik--tetap saja sama sekali tak ada gunanya bagi seseorang yang berada di bawah kekuasaan ribuan ton air yang mengalir dengan deras. Dalam situasi seperti ini, Anda tak bisa berenang kesini atau kesana, bermanuver, atau melakukan sesuatu yang lain. Anda berada di bawah belas kasihan sang air; Anda memerlukan seorang penyelamat.

Pada saat ini beberapa dari saudara berada dalam situasi yang paling sulit dalam hidup saudara. Anda berada di tengah suatu danau, tenggelam, dan tampaknya tak ada seorangpun yang mendengar suara Anda minta tolong. Anda terperangkap dalam peristiwa peristiwa menyakitkan perut yang mengalir deras, berharap bahwa seseorang akan melemparkan tali penyelamat pada Anda. Anda merasa seperti seekor kelinci yang terperangkap, lelah dan kehabisan tenaga setelah berusaha menyelamatkan diri dari perangkap sang pemburu berkali kali. Semakin banyak Anda memukul mukul dan bergerak, semakin erat kawat situasi yang tak memungkinkan menjerat saudara.

Dalam keadaan yang menyakitkan dan menekan seperti ini, setidaknya ada tiga pertanyaan yang tak henti hentinya menggigit gigit jiwa kita yang lemah, menyingkapkan luka luka hati dan ketakutan kita: "Apakah Tuhan itu baik?" "Apakah Dia perduli?" "Apakah yang Dia inginkan dariku?" Seperti seekor kucing yang memanjat tirai ruang tamu, yang membuat pemilik kucing itu merasa sebal, pertanyaan pertanyaan kecil ini mencakari serabut serabut jiwa kita sembari merayap naik hingga akhirnya bertengger dalam kesadaran kita. Setiap hari pertanyaan pertanyaan ini berperang dengan hati nurani kita. Hanya pencobaan-pencobaan dan krisis serius yang benar benar menguji komitmen kita terhadap kebaikan, kehadiran, pemeliharaan dan kehandalan Tuhan.

Pada titik inilah banyak dari kita imannya berkurang, dukungan kita menurun dan harapan kita memudar bagaikan celana jins tua. Kita merasa marah pada Tuhan. Kita menganggap orang lain lugu dan tidak memahami penderitaan kita. Respon mereka terasa seperti basa basi dan tidak berguna seperti orang orang yang berdiri di tepian sungai itu berteriak pada orang yang hanyut di sungai. Dan lagi lagi pertanyaan pertanyaan tersebut muncul dalam hati kita: Apakah Tuhan itu baik? Apakah Dia perduli? Apakah yang Dia inginkan dariku?

Aku tidak tahu apa tepatnya yang sedang Tuhan lakukan dalam hidup saudara, namun aku tahu bahwa jika Anda percaya pada Yesus Kristus Tuhan kita, Kapten jiwa saudara mungkin sedang membawa saudara ke tempat tempat yang sebenarnya ingin saudara hindari, mengubah saudara menjadi seperti Kristus dan memuliakan namaNya melalui semua ini. Dia baik dan Dia sungguh perduli. Janganlah meragukan hal ini (Rom 8:28-29)! Dan ketahuilah secara pasti, bahwa tak ada sesuatupun dalam hidup ini yang sanggup memisahkan saudara dari Dia dan dari kasihNya yang mengatasi segala sesuatu (Rom 8:38-39). Namun Ia menggunakan pencobaan pencobaan yang paling berat untuk menggulingkan dasar rasa percaya diri kita, untuk menjinakkan keinginan diri kita yang susah untuk dikendalikan, dan untuk memperdalam komitmen kita terhadap kehendak kehendakNya agar kita mendapat bagian dalam kekudusanNya. Ia ingin agar saudara memiliki karakter spiritual, moral (dan kelak fisiknya juga, yaitu pada saat kebangkitan dan pengudusan tubuh kita) seperti Yesus Kristus sendiri. Dalam hal hal inilah terdapat kebahagiaan yang sejati dan abadi.

Maka itu, Bapamu mengasihimu. Jangan pernah meninggalkan kebenaran ini dan memberi kemenangan pada iblis. Kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus memberitakan kebenaran itu pada kita, sekali untuk selamanya, bahwa Tuhan mengasihi kita dan telah membuat kasihNya menjadi nyata pada kita melalui RohNya (Rom 5:1-8). Pada saat pencobaan-pencobaan menjauhkan kita dan Tuhan, kematian Yesus menggantikan kita merupakan megaphone ilahi yang terus menerus menyiarkan: "Tuhan mengasihimu!" "Tuhan mengasihimu!" "Pulanglah!"

Karena itu, walau saya tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam hidup saudara saat ini, saya mengetahui satu hal: kasih Tuhan yang teguh bagi saudara merupakan batu penjuru dimana rumah Anda bersama sama telah dibangun. Sekali lagi, kematian dan kebangkitan Kristus menjawab pertanyaan apakah Tuhan itu baik dan apakah Dia perduli. Jawabannya adalah "Ya" dan "Ya."

Saya juga mengetahui bahwa saya mempelajari sesuatu yang sangat berharga pada hari itu di danau: ada saat dimana Anda membutuhkan seorang penyelamat, bukan sekedar nasihat, sebaik apapun nasihat itu. Ada saat saat dalam hidup ini dimana Tuhan harus keluar dari surga untuk saudara atau segalanya akan berakhir. Sekali lagi, saya tak hanya berbicara tentang perjuangan hidup sehari-hari yang kita hadapi--betapapun menyulitkannya masalah-masalah itu--tapi situasi situasi mustahil dimana hanya Tuhan saja yang dapat menyelamatkan kita. Ia melakukannya bagi kita di atas kayu salib dan mengalahkan musuh terbesar kita, maut. Namun Ia juga ingin melakukannya sekarang bagi kita dalam "bahaya bahaya serius yang mematikan" dalam kehidupan ini. Rasul Paulus mengatakan dalam suatu kesempatan bahwa ia telah mengalami suatu pencobaan yang luar biasa hingga ia putus harapan, bahkan terhadap hidup itu sendiri; dalam hatinya ia metazoan "hukuman mati." Tapi, katanya, "hal itu terjadi supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Tuhan yang membangkitkan orang orang mati" (2 Kor 1:9). Karena itu, kemenangan Tuhan Yesus atas maut merupakan paradigma atas bagaimana Tuhan mengatasi "pencobaan ketakutan" yang menimpa kehidupan kita saat ini. Ini benar-benar merupakan kabar baik bagi kita yang sudah tak lagi memiliki harapan.

Dengan memikirkan keadaan Anda yang sekarang ini, apapun itu, saya ingin memberikan suatu cerita yang menarik bagi saudara, sebuah kisah keselamatan dari Tuhan yang luar biasa. Ini adalah sebuah kisah yang menjawab secara tuntas pertanyaan pertanyaan yang mengganggu kita di saat saat yang paling sulit: Apakah Tuhan itu baik? Apakah Dia perduli? Apakah yang diinginkanNya dariku? Doa saya adalah bahwa sementara saudara merenungkan cerita ini, di dalam hadirat Tuhan, Ia sendiri yang akan menuliskan jawaban permanen atas pertanyaan tersebut di dalam jiwa saudara. Barangkali saudara tidak menghadapi pasukan yang agresif--seperti orang orang dalam cerita ini--Anda masih tetap menghadapi suatu situasi yang tampaknya sudah tak ada harapan lagi. Sekali lagi, doaku adalah bahwa Anda dapat "melihat" Tuhan dalam kisah ini bekerja dalam hidup saudara sekarang.

Kisah ini diambil dari 2 Tawarikh 20. Peristiwa yang luar biasa ini, yang mencakup 30 ayat, kita secara pribadi diundang oleh Roh Kudus, untuk pengajaran, iman dan penyembahan kita, untuk mendengar pembelaan Tuhan atas seorang raja dan rakyatnya--sebuah pemerintahan dan rakyatnya dibuat bertekuk lutut oleh suatu ancaman pembunuhan massal yang mendadak. Bencana sudah di depan mata, kehilangan jiwa dan kejatuhan mengincar suatu bangsa bagaikan segerombolan serigala lapar. Tanpa terkecuali--para istri dan anak anak, dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah--semua berdiri diam di hadapan Tuhan, menantikan jawabanNya. Kata "tanpa harapan" tak cukup untuk menjabarkan keadaan yang amat buruk disana. Mungkin saudara merasa seperti itu saat ini. Jangan keliru; ada saatnya dalam setiap kehidupan kita waktu kita merasa tak berdaya, di tengah danau, megap megap mencari udara, tenggelam di bawah air. Barangkali Anda telah kehabisan tenaga, takut dan ngeri terhadap kehidupan itu sendiri. Sekali lagi, mungkin saudara berada di sana saat ini. Bisa menyangkut hal keuangan, kesehatan, kekerasan, obat obatan, pemerintahan di negeri saudara atau apapun juga. Setiap orang Kristen perlu berteriak minta tolong meminta keselamatan yang dari Tuhan--keselamatan yang hanya dapat diberikan olehNya.

Kisah dalam 2 Tawarikh ini khusus diberikan oleh Roh Tuhan untuk semua generasi umat Tuhan; kisah ini menunjukkan sampai seberapa jauh Tuhan akan bergerak untuk menyelamatkan mereka yang disebutNya sebagai milikNya. Mari kita lihat garis besar cerita ini. Kisah ini dibuka dengan situasi yang buruk dan kepastian akan adanya perang, pertumpahan darah, kehancuran, penderitaan (20:1-4) dan ditutup dengan nyanyian dan damai (20:18-30). Dalam perubahannya dari keluh kesah menjadi suka cita pasal ini serupa dengan Mazmur, merenung selagi mereka menjalani pengalaman dasar orang pilihan Tuhan yang berjalan melalui daratan perjuangan yang pahit hingga akhirnya sampai ke tempat aman penuh sukacita akin iman terhadap Tuhan. Kisah utama di antaranya terdiri tiga bagian. Pertama, penulis berkisah tentang doa Raja Yehosafat yang berpusat pada Tuhan dalam pasal 20:5-13. Perhatikan panggilan sang raja terhadap kekuasaan Tuhan yang tiada tandingannya (ayat 6) dan maksud perjanjianNya bagi umatNya (ayat 8-10). Baru setelah itu, setelah pengakuan akan siapa Tuhan itu, raja yang bijak ini menutup doanya dengan permohonan keselamatan pada Tuhan (ayat 10-13; lihat Matius 6:9-13). Kedua, kita diberitahu jawaban Tuhan pada pasal 20:14-19. Wow! Segera setelah puasa dan doa, Roh Tuhan segera bergerak, masuk ke dalam Yahaziel dengan penuh kekuatan. Tuhan memerintahkan umatNya untuk mendengarkan (sesuatu yang tak pandai kita lakukan) dan dengan suatu pergerakan yang nyaris tak dapat dipercaya, memproklamasikan bahwa perang ini bukan lagi peperangan mereka, tapi peperangan Tuhan! (20:15,22)! Ia memberikan damai dalam setiap hati mereka dan memerintahkan mereka agar tidak merasa takut karena Ia yang akan berperang bagi mereka! Teman temanku, ada beberapa situasi dalam hidup ini yang hanya dapat dihadapi oleh Tuhan. Yang diminta Tuhan hanyalah agar mereka beriman, mempercayai setiap perkataanNya melalui nabi nabiNya, berjalan mengenakan pakaian perang dan memuji namaNya yang kudus (ayat 18-22). Ketiga, kisah ini ditutup dengan kemenangan Tuhan dan umat Tuhan ikut berkemenangan (20:20-27). Tak ada yang baru bukan? Tuhan menang dan semua orang benar yang berhubungan denganNya dalam iman akan berkemenangan pula. Ketiga pertanyaan kita telah terjawab!

Demikian kata pembuka saya bagi pasal tersebut. Berikut telah dicantumkan agar Anda dapat membaca dan belajar dari pasal ini. Reguklah dalam dalam kasih karunia Tuhan dan dengarkan suaraNya di tengah pusaran badai. Semoga saudara dapat melihat tangan Tuhan bergerak dalam situasi yang sedang saudara hadapi, membawa terang dimana ada kegelapan, sukacita dimana ada kesedihan, kemenangan dimana bencana seperti tak lagi dapat dihindari. Semoga Tuhan memberimu mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar... dan jawaban atas ketiga pertanyaan mendasar kita-- jawaban yang dibuat khusus untukmu. Ia senang berbicara secara langsung pada anak-anakNya (Yoh 10:14).

20:1 Setelah itu bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim. 20:2 Datanglah orang memberitahukan Yosafat: "Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di Hazezon-Tamar," yakni En-Gedi. 20:3 Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda untuk berpuasa. 20:4 Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada Tuhan. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari Tuhan.

20:5 Lalu Yosafat berdiri di tengah-tengah jemaah Yehuda dan Yerusalem di rumah Tuhan, di muka pelataran yang baru 20:6 dan berkata: "Ya Tuhan, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah di dalam surga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? Kuasa dan keperkasaan ada di dalam tanganMu, sehingga tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau. 20:7 Bukankah Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umatMu Israel, dan memberikannya pada ketakutan Abraham, sahabatMu itu untuk selama lamanya? 20:8 Lalu mereka mendiami tanah itu, dan mendirikan bagiMu tempat kudus untuk namaMu. Kata mereka: 20:9 Bila sesuatu malapetaka menimpa kami, yakni pedang, penghukuman, penyakit sampar atau kelaparan, kami akan berdiri di muka rumah ini, di hadapanMu, karena namaMu tinggal di dalam rumah ini, dan kami akan berseru kepadaMu di dalam kesesakan kami, sampai Engkau mendengar dan menyelamatkan kami. 20:10 Sekarang, lihatlah, bani Amon dan Moab, dan orang orang dari pegunungan Seir ini! Ketika orang Israel datang dari tanah Mesir, Engkau melarang mereka memasuki negerinya. Oleh sebab itu mereka menjauhinya dan tidak memusnahkannya. 20:11 Lihatlah, sebagai pembalasan mereka datang mengusir kami dari tanah milik yang telah Engkau wariskan kepada kami. 20:12 Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepadaMu.

20:13 Sementara itu seluruh Yehuda berdiri dihadapan Tuhan, juga segenap keluarga mereka dengan istri dan anak anak mereka. 20:14 Lalu Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dihinggapi Roh Tuhan di tengah tengah jemaah, 20:15 dan berseru: "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku Raja Yosafat, beginilah firman Tuhan kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah. 20:16 Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel. 20:17 Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana Tuhan memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, Tuhan akan menyertai kamu."

20: 18 Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh penduduk Yehuda dan Yerusalempun sujud di hadapan Tuhan dan menyembah kepadaNya. 20:19 Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan bani Korah bangkit berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan, Allah Israel, dengan suara yang sangat nyaring.

20:20 Keesokan harinya pagi pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: "Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada Tuhan, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh. Percayalah kepada nabi-nabiNya, dan kamu akan berhasil!" 20:21 Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk Tuhan dan memuji Tuhan dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!"

20:22 Ketika mereka mulai bersorak sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.20:23 Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh membunuh. 20:24 Ketika orang Yehuda tiba di tempat peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu. Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak ada yang terluput. 20:25 Lalu Yosafat dan orang-orangnya turun untuk menjarah barang barang mereka. Mereka menemukan banyak ternak, harta milik, pakaian dan barang barang berharga. Yang mereka rampas itu lebih banyak daripada yang dapat dibawa. Tiga hari lamanya mereka menjarah barang-barang itu, karena begitu banyaknya.

20:26 Pada hari kempat mereka berkumpul di Lembah Pujian. Disanalah mereka memuji Tuhan, dan itulah sebabnya mereka menamakan tempat itu Lembah Pujian hingga sekarang. 20:27 Lalu pulanglah sekalian orang Yehuda dan Yerusalem dengan Yosafat di depan. Mereka kembali ke Yerusalem dengan sukacita, karena Tuhan telah membuat mereka bersukacita karena kekalahan musuh mereka. 20:28 Mereka masuk ke Yerusalem dengan gambus dan kecapi dan nafiri, lalu menuju rumah Tuhan. 20:29 Ketakutan yang dari Allah menghinggapi semua kerajaan negeri negeri lain, ketika mereka mendengar, bahwa Tuhan yang berperang melawan musuh-musuh Israel. 20:30 Dan kerajaan Yosafat amanlah, karena Allahnya mengaruniakan keamanan kepadanya di segala penjuru.


Download Word Document