MENU

Where the world comes to study the Bible

2. Manusia Suatu Trinitas (Roh, Jiwa, Tubuh)

Pengajaran Kristen tentang Keabadian tidak bisa dipisahkan dari pengertian tiga bagian dari manusia. Sebagian besar orang berpikir bahwa manusia hanya terdiri dari tubuh saja. Ada bahaya kalau manusia berpikir seperti itu. Dalam keinginannya memenuhi kebutuhan tubuh ada kecenderungan manusia melupakan bagiannya yang abadi. Ada seseorang yang mengabaikan kehidupan setelah kematian, tapi disaat ditempat tidur menunggu kematian mereka sadar bahwa mereka lebih dari sekedar fisik.

Ada pemikiran yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari 2 komponen yaitu: tubuh dan roh. Dalam pemikiran penulis pandangan ini bisa menciptakan kebingungan dalam pikiran setiap orang Kristen. Walau jiwa dan roh sangat berhubungan sampai sangat sulit membedakan keduanya, tapi hanya ada satu kesimpulan logis: yaitu “jiwa” dan “roh” tidak sama. Alkitab membuat perbedaan itu.

Manusia terdiri dari tiga bagian karena dia diciptakan dalam gambar dan rupa Tuhan. “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Genesis 1:26). Kita tahu bahwa Tuhan adalah Tritunggal. Roh Kudus jelas dinyatakan dalam salam penutup surat kedua kepada Jemaat Korintus: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Corinthians 13:14). Tuhan sendiri berkata, dalam “Perintah Agung”: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matthew 28:19). Diciptakan dalam gambar dan rupa Tuhan, manusia juga adalah trinitas. Dia adalah mahluk rohani yang berbeda dari tubuh dimana itu tinggal.

Dua bagian Alkitab berikut ini jelas meneguhkan fakta manusia terdiri dari tiga bagian yaitu roh, jiwa, dan tubuh:

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Thessalonians 5:23).

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum (tubuh); ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Hebrews 4:12).

Selain pengajaran sesat dari “saksi Yehova” dan sekte lainnya bahwa “manusia tidak memiliki jiwa,” Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan atas tiga bagian yaitu roh, jiwa, dan tubuh seperti Tuhan sendiri adalah Tritunggal dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Trinitas dari manusia merupakan bagian penting gambaran hubungan antara dia dan Tuhan. Hidup tidak sepenuhnya fisik dan tubuh bukan keseluruhan dari manusia. Dan juga baik tubuh, jiwa, dan roh tidak bisa dengan sendirinya membentuk manusia secara keseluruhan, tapi harus “roh dan jiwa dan tubuh” Ini harus dipikirkan dengan serius dan disetujui sebelum kita mengerti ketepatan masalah hidup setelah mati. Dalam bab pembukaan ini kita membatasi materi kita pada roh dan jiwa dan tubuh akan dibahas dibab berikut tentang kebangkitan.

Roh

Kata “roh” digunakan untuk berbagai arti. Kapanpun kata “Roh” muncul, itu menggunakan huruf besar, artinya hanya satu. Itu menandakan Pribadi ketiga dari Tritunggal, Roh Tuhan. Kata “roh” dengan huruf kecil bisa memiliki banyak arti. Itu bisa menunjuk pada roh manusia yang merupakan salah satu bagian manusia juga bisa Roh Tuhan. Atau itu bisa menunjukan roh jahat dari setan. Kita membatasi penggunaannya hanya untuk menunjuk roh manusia, salah satu bagian dari nature manusi.

Ketiga bagian manusia bisa digambarkan dengan beberapa cara. Dr. Clarence Larkin menggunakan 3 lingkaran (Rightly Dividing The Word, hal 86). Lingkaran terluar untuk tubuh manusia, lingkaran tengah untuk jiwa, dan yang terdalam untuk roh. Saat ini baik untuk mengutip dari buku Dr. Larkin:

Dilingkaran terluar “Tubuh” berhubungan dengan dunia materi melalui 5 cara yaitu “melihat,” “mencium,” “mendengar,” “merasa” dan “meraba.”

Pintu masuk “Jiwa” adalah “imajinasi,” “kesadaran,” “Ingatan,” dan “perasaan.’

“Roh” menerima kesan dari luar dan hal materi melalui jiwa. Indra dari “Roh” adalah “Iman,” “Pengharapan,” “Hormat,” “Doa” dan “Pujian”

Dalam keadaan sebelum kejatuhan “Roh” manusia diiluminasi dari sorga, tapi saat kejatuhan manusia, dosa menutup pintu Roh, dan ruang roh menjadi ruang yang mati dan tetap begitu bagi hati yang belum dilahirbaru, sampai Hidup dan kuasa Roh Kudus masuk kedalam ruang itu dengan Hidup dan Terang kuasa hidup baru dalam Kristus Yesus.

Itu kemudian menjadi tempat kesadaran akan Tuhan, tempat pribadi manusia dimana kelahiran baru terjadi. Dr. James R. Graham berkata bahwa tempat aktivitas Roh Kudus, dan bagian manusia yang menarik Tuhan, adalah roh manusia. Rasul Paulus memberikan Firman Tuhan mengenai hal ini, bagian yang sangat disayangkan diabaikan. Mengutip dari 64 pasal kitab Yesaya Paulus menulis:

Tetapi seperti ada tertulis: Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.

Sebagian orang berhenti disini dan mengabaikannya. Tapi Paulus melanjutkan:

Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah (1 Corinthians 2:9-11).

Manusia yang belum lahir baru mengetahuinya melalui “roh manusia” yang ada dalam dirinya. Jika sayang ini mengetahu fakta ilmiah, melalui roh manusia saya bisa menyelidiki, berpikir, dan mempertimbangkan bukti. Jika saya melakukan tugas itu, saya bisa menjadi seorang ilmuwan yang memperbaiki dunia dan mencapai banyak hal. Tapi, roh manusia saya “terbatas pada hal manusia saja.” Jika saya ingin tahu tentang Tuhan, roh saya yang mati tidak mampu mengetahuinya.

Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (1 Corinthians 2:14).

Roh manusia membutuhkan “percikan kelahiranbaru” sebelum bisa mengerti hal dari Tuhan. Natur roh manusia harus diperbaharui sebelum mengerti tentang Tuhan. Hanya ada satu hal yang menjaga roh manusia, itu adalah kehendak diri. Saat kehendak diserahkan, Roh Kudus berdiam dalam roh manusia. Dan saat hal itu terjadi kita akan mengetahuinya, Paulus berkata:

Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah (Romans 8:16 R.V.).

Banyak orang mengaku tidak mengetahui apapun dari Alkitab walau mereka kegereja dan membaca Alkitab teratur. Mungkin mereka tidak tahu kalau mereka belum lahir baru dan mereka perlu menyerahkan diri pada Roh Tuhan supaya Dia memperbaharui roh manusia mereka. Hal ini tidak bisa dimengerti yang diluar Kristus. Tuhan kita mengingatkan para murid,

Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi (Matthew 7:6).

Roh orang yang belum lahir baru tidak mampu mengerti hal dari Tuhan, seperti anjing menghargai hal suci, atau babi menghargai mutiara. Kita membaca bahwa “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya” (2 Peter 2:22). Ini karena anjing adalah anjing dan babi adalah babi. Tidak ada satupun kegiatan agama atau gereja bisa mengubah roh orang yang belum lahir baru. “Ingat,” kata Dr. G. Campbell Morgan, “jika dari belas kasihan yang salah anda mengijinkan manusia duniawi menyentuh hal kudus, untuk memegang mutiara Kerajaan, akhirnya mereka akan berbalik dan memecah anda. Inilah seluruh keruntuhan sejarah kekristenan, hal dimana kekristenan hancur. Kita memberikan hal kudus kepada anjing. Kita membuang mutiara Kerajaan kepada babi.” Pelayanan Gereja Kristus tidak boleh dipercayakan pada orang yang belum lahir baru, karena “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (John 3:6).

Alkitab berkata: “Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian” (Job 32:8). Disini kita diberitahu bahwa roh manusia yang diberikan pengertian. Materialistis mengatakan bahwa roh manusia adalah udara untuk bernafas, dan tubuh manusia tempat kepribadiannya. Tidak seperti itu. Roh manusia adalah kepribadianya dan itu yang membedakannya dari ciptaan lainnya. Jika “roh” berarti “nafas” Tuhan jelas tidak berhubungan dengannya sebagai suatu pribadi. Dia menyebut “Allah dari roh segala makhluk!” (Numbers 16:22), dan “Bapa segala roh” (Hebrews 12:9). Melalui rohnya orang Kristen melayani dan memuji Allah. Paulus bersaksi: “Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya” (Romans 1:9). Yesus berkata: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (John 4:24).

Jiwa

Manusia tidak hanya memiliki jiwa yang hidup tapi dialah jiwa yang hidup itu. Alkitab berkata: “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Genesis 2:7). Kita harus hati-hati agar tidak bingung mana yang rohani dan mana jiwa atau fisik. Kita melihat bahwa roh manusia merupakan tempat dimana Roh Kudus mengadakan regenerasi. Demikian juga jiwa merupakan tempat dimana setan beraktifitas menunjukan daya tariknya pada manusia.

Setan tahu bahwa dia menguasai fisik dan jiwa manusia. Maka dari itu dia tidak peduli jika manusia pergi kegereja dimana Roh Tuhan tidak ada. Dia tahu bahwa korbannya adalah manusia emosi, dan tidak peduli apakah emosi itu dipicu dari sentimentalisme atau bahkan sampai tangisan, selama roh manusia tidak berhubungan dengan Roh Kudus. Secara pribadi, saya percaya kalau setan lebih rela membuat manusia datang kegereja yang modern dimana disitu ada pujian yang salah daripada kerumah pelacuran. Jiwa merupakan tempat keinginan, perasaan, dan hasrat manusia; dan setan puas kalau dia bisa menguasainya. F. W. Grant berkata bahwa jiwa merupakan tempat kasih sayang, benar atau salah, benci, nafsu bahkan selera tubuh.

Hemor berkata pada Yakub, “Hati Sikhem anakku mengingini anakmu” (Genesis 34:8). Tentang Daud dan Yonatan tertulis: “berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri” (1 Samuel 18:1). Bagian ini menunjukan jiwa merupakan tempat kasih sayang. Tapi selain kasih jiwa juga bisa membenci. Kita membacanya “hati Daud benci” (2 Samuel 5:8).

Dalam jiwalah nafsu, keinginan dan selera daging muncul:

menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa (Peter 2:11).

Seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, demikianlah kabar baik dari negeri yang jauh.(Proverbs 25:25).

seumpama seorang yang lapar bermimpi ia sedang makan, pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga, sesungguhnya ia masih lelah, jiwanya masih dahaga (Isaiah 29:8).

Jiwa manusia, yaitu, keinginannya, tidak pernah mengarah pada Tuhan sampai roh dilahirbarukan. Manusia tidak pernah bisa mengasihi Tuhan sampai dia dilahirkan dari atas. Dia mungkin tidak nyaman atau terbawa emosi sehingga menangis, tapi tetap mati dalam dosanya. Kita tidak merasa bahwa kita bersalah menilai orang saat kita berkata bahwa mereka yang menjawab panggilan altar dan menangis tidak dilahirbaru. Keinginan manusia condong kepada Tuhan saat dia menyadari kondisinya yang berdosa dan anugrah keselamatan Tuhan. Saat Roh Tuhan mengiluminasi roh manusia dengan terang dan hidup ilahi, sehingga manusia mulai menyerahkan semuanya pada Tuhan.

Perawan Maria berkata; “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku” (Luke 1:46, 47). Dia tidak bisa memuliakan Tuhan dalam jiwanya sampai dia menyadari Tuhan dalam rohnya sebagai Juruselamat. Kemenangan pertama adalah dalam roh saat Yesus diakui sebagai Juruselamat pribadi.

Dalam Mazmur, Daud berkata: “Ia menyegarkan jiwaku” (Psalm 23:3). Kata Ibraninya secara literal “berbalik” Daud tidak kehilangan keselamatannya, tapi ada saat dimana keinginannya berbalik dari Tuhan, seperti dengan Betsyeba. Dia bersaksi “Tuhan membuat jiwaku berbalik.” Orang Kristen yang menikmati persekutuan terus menerus dengan Tuhan bisa berkata, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!” (Psalm 103:1).

Related Topics: Man (Anthropology), Eschatology (Things to Come), Spiritual Life

Report Inappropriate Ad