MENU

Where the world comes to study the Bible

5. Kebangkitan Tubuh

Dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali? (1 Corinthians 15:35)

Kematian—Tubuh yang Tidur

Tidak ada gambaran kematian yang begitu menghibur dan meneguhkan bagi orang percaya seperti diungkapkan dengan kata tertidur. Ini suatu kata yang hanya menunjuk pada tubuh dan tidak pernah terhadap jiwa. Tuhan kita berkata pada para muridNya: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya. Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh. Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa” (John 11:11-13). Tentang Para martir dan kematian Stefanus, kita membaca: “Dia tertidur” (Acts 7:60). Saat Rasul Paulus masih hidup, dia berkata tentang 500 saudara yang melihat Kristus hidup setelah kebangkitannya, “sebagian diantaranya tertidur” (1 Corinthians 15:6). Pesan penghiburannya kepada jemaat diTesalonika adalah, “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal” (1 Thessalonians 4:13). Petrus berbicara tentang orang kudus di PL: “bapa leluhur tertidur” (2 Peter 3:4).

Orang kudus dimasa PL dihadapkan dengan kebenaran yang sama. Lebih dari 40 kali dalam PL dikatakan bahwa orang yang mati “ditidurkan bersama leluhurnya.” “TUHAN berfirman kepada Musa: Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu” (Deuteronomy 31:16; 2 Samuel 7:12). Ayub berkata: “sekarang aku terbaring dalam debu, lalu Engkau akan mencari aku, tetapi aku tidak akan ada lagi” (Job 7:21). Dalam ayat ini kita melihat gambaran kematian yang tinggi yang meyakinkan orang percaya bahwa “kesementaraan tubuh, akan diikuti oleh kebangkitan mulia saat trompet terakhir dibunyikan.”1

Kematian—Keterpisahan Sementara
Rohani dari Fisik

Keadaan aktivitas menggantung sementara dari tubuh tidak berarti jiwa juga tertidur. Tubuh merupakan tempat roh menjadi bagian dari manusia. Disaat kematian manusia, roh orang percaya pergi, menutup kesadaran akan tubuh sampai hari kebangkitan. Setelah kematian tubuh, kita meninggalkan daging, “pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Philippians 1:23), “menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Romans 8:23).

Ini merupakan ilustrasi sederhana. Baru-baru ini saya memperhatikan toko tukang daging dikota kami tidak lagi buka. Satu hari saat saya melewati tempat itu saya melihat tanda dijendela: “Tutup untuk perubahan.” Pemilik menutup usahanya untuk merenovasi toko. Setelah sekitar 2 bulan toko dibuka dengan banyak perubahan. Ini suatu gambaran kematian orang percaya. Dia keluar dari tubuh sampai direnovasi, kemudian roh manusia akan kembali ketubuh barunya.2

Dibangkitkan Menjadi Seperti Yesus

Kematian tidak perlu ditakutkan oleh orang Kristen. Kita akan hidup dalam tubuh sebenarnya seperti sekaran, karena kata Paulus: “kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. . .” (Philippians 3:20, 21). Kedatangan Tuhan dari sorga akan memicu perubahan tubuh ini. Tubuh merupakan milik Tuhan seperti juga jiwa. Itu sangat diperhatikanNya. “Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh” (1 Corinthians 6:13). Tujuan Injil adalah membawa hidup kekal dan keabadian kepada semua yang mau percaya. Karena tubuh orang benar akan “seperti tubuh kemuliaanNya,” kita mungkin berpikir seperti apa tubuh kita saat kebangkitan. Yohanes berkata: “akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 John 3:2). Saat Tuhan kita naik kesorga, Dia berumur 33 tahun, manusia yang masih muda. Kepikunan tidak bisa menguasai Tuhan kita saat Dia mati diatas salib untuk dosa kita. Dalam Mazmurnya, Daud meninggikan Kristus, kita membaca: “dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun” (Psalm 110:3). Suatu pikiran yang indah! Kita akan dibungkus dengan kemudaan selamanya. Kita akan seperti Dia, seperti tubuh kemuliaanNya.

Kristus akan “mengubah tubuh hina ini” (Philippians 3:21). Kata “merubah” artinya mengubah bentuk. Disini dikaitkan dengan metamorfosis dimana perubahan bentuk dan struktur tubuh mahluk hidup terjadi. Saat Tuhan kita membawa Peter, James, dan John kegunung, kita membaca bahwa “Dia berubah bentuk dihadapan mereka” (Matthew 17:2). Kristus muncul selama beberapa waktu dalam tubuh kemuliaanNya. Dia berubah bentuk (atau metamorphosed) dihadapan mereka. Itu adalah tubuh setelah kebangkitan saat Dia muncul dihadapan para murid dibelakang pintu tertutup (John 20:19). Perubahan yang akan dialami orang percaya saat kebangkitan akan berhubungan dengan tubuh mereka, yang didalamnya ada dosa, karena setiap orang Kristen harus mengakui, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.” (Romans 7:18). Kata “berubah” juga bisa menunjuk pada bagian rohani manusia, seperti kata Kenneth Wuest: “Kata “berubah” dari Yunaninya menyatakan sesuatu yang diluar, yang perubahannya dari tampak luar.”3

Secara biologis, perubahan ulat menjadi kupu-kupu disebut “metamorfosis.” Ulat yang jelek, diubah dalam kubur yang digulung sendiri. Sementara kepompong kelihatannya mati dan tanpa bentuk yang kuat. Tapi setelah matahari musim semi menyinari kepompong itu, keluarlah kupu-kupu yang indah. Walau kupu-kupu berbeda penampilan dari ulat, kita mengenali serangga bersayap indah ini dulu adalah ulat. Kebangkitan tubuh mirip dengan itu. Sekarang kita memiliki tubuh yang hina. Yakobus berkata bahwa itu “tubuh yang hina” “sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.” (James 1:10). Tubuh Adam, dalam keadaan aslinya, dipenuhi kemuliaan, tapi saat dosa masuk kemuliaan diganti dengan kehinaan. Dalam tubuh hina sekarang kita tidak layak masuk kedalam kemuliaan Tuhan, tapi kita berharap saat Tuhan kembali, Dia akan mengubah tubuh hina menjadi seperti tubuh kemuliaanNya. Itu merupakan tubuh yang biasa kita kenali, tapi akan diubah menjadi mulia.

Menjawab yang Skeptis

Sebagian orang yang skeptis mengatakan bahwa tidak mungkin tubuh yang sama yang sudah lebih dari ratusan tahun, menjadi debu akan dibangkitkan lagi. Mereka menambahkan bahwa elemen yang membentuk tubuh mungkin sudah menjadi bagian dari tubuh lain, Sebagai contoh, tubuh yang mati akan hancur. Diatas kuburan tubuh itu, sebuah pohon mungkin tumbuh. Jika buah pohon itu dimakan manusia lain, elemen yang sudah terurai dalam kubur akan menjadi bagian dari tubuh manusia lain. Mereka menyimpulkan bahwa tidak mungkin membangkitkan tubuh yang sama.

Tuhan menjawab hal ini. Kita membaca: “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” (1 Corinthians 15:35) Untuk menjawab hal ini Paulus menggunakan gambaran seorang petani menabur benih. Saat petani menjatuhkan benih ketanah, dia tahu bahwa saat benih mati, itu bukan akhir dari usahanya. Dia tahu bahwa dari satu benih akan muncul kehidupan yang lebih besar, menghasilkan lebih banyak dari yang dia tabur. Benih yang sebenarnya tertanam dia tidak melihatnya. Tapi ada identitas jelas. Ini sama dengan kebangkitan tubuh. “Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri.” (1 Corinthians 15:36-38).

Tuhan tidak harus menggunakan setiap bagian tubuh saat membangkitkannya dari kubur. Pemikiran seperti itu tidak diajarkan Alkitab. Sebenarnya, memang benar bahwa bagian tubuh kita menjalani perubahan secara periodic. Kita menerima tubuh baru setiap 7 tahun. Kita mungkin tidak sadar akan perubahan itu. Tubuh kita tidak sama dengan tubuh kita 7 tahun lalu. Tetap ada identitas yang dipertahankan, tapi tidak ada satu selpun yang sama dengan 7 tahun lalu. Dalam kebangkitan tubuh orang percaya akan membawa identitas mereka sendiri. Dr. Wilbur M. Smith pernah berkata: “Kenyataan bahwa setelah kematian tubuh kita tersebar, tidak menyulitkan Tuhan, dalam membuat tubuh itu kembali diubah dalam kemuliaan.” Melalui kelahiran baru kita dilahirkan kembali kedalam Kerajaan Allah, suatu Kerajaan yang tidak bisa hancur. Karena dosa tidak bisa masuk, tidak ada bahaya kehancuran. Kebangkitan menjadi peristiwa dimana tubuh kita menjadi tidak bisa hancur dan mewarisi Kerajaan Allah.4

Dari Bisa Bisa Rusak Menjadi Tidak Bisa Rusak --
Dari Kefanaan Menjadi Abadi

Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan (1 Corinthians 15:42).

Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa (1 Corinthians 15:53).

Kematian nyata dihadapan semua yang hidup. Saat kita memulai hidup kita memulai kematian. Laporan kelahiran bayi menjamin ada satu lagi kubur yang akan digali. Pengkhotbah yang berhikmat menulis: “pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur. . . karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan. . . dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” (Ecclesiastes 12:3, 5, 7). Ini gambaran tubuh yang bisa rusak. Tujuannya adalah kematian, hancur. Tapi jika kita memiliki tubuh dalam Surga, kita harus memiliki tubuh yang tidak bisa rusak. Inilah jenis tubuh yang Kristus akan berikan pada kita saat Dia datang. Itu akan dikubur dalam kehancuran tapi dibangkitkan dalam keabadian. Kita memiliki gambaran tubuh ini saat peristiwa perubahan bentuk digunung. Musa dan Elijah muncul bersama Kristus. Musa telah mati 1500 tahun lalu. Tapi disana dia dikenali dalam tubuh kemuliaannya. Elijah diangkat kesurga tanpa mengalami kematian sekitar 900 tahun lalu, dan dia juga disana dengan tubuh kemuliaan. Kebangkitan kita akan memberikan kita tubuh yang tidak bisa hancur dimana penyakit dan kesakitan tidak bisa masuk. Tidak ada rasa sakit, kelemahan, atau demam yang bisa menjamah tubuh kebangkitan kita. “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Revelation 21:4).

Dari Hina Menjadi Mulia

Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan (1 Corinthians 15:43).

Tubuh yang dikubur didapat dari kehinaan. Rata-rata orang Kristen mengabaikan tubuh, gagal menyadari bahwa itu adalah tempat Roh Kudus berdiam. Menjaganya dengan baik. Tubuh beberapa orang Kristen telah hancur dan terpengaruh dosa sebelum dia mengenal kebenaran. Meminum minuman yang meracuni, menghisap rokok, dan hal lain yang tidak menghargai tubuh. Sebagian tidak cukup istirahat, sementara yang lain malas. Sebagian orang merawatnya secara berlebihan dan sebagian lain tidak sama sekali. Bagi penulis sebagian besar orang tidak merawat tubuh dengan baik. Tapi tubuh kebangkitan kita merupakan tubuh kemuliaan. Kita akan seperti Yesus, dalam kemuliaanNya. Harapan yang indah!

Dari Lemah Menjadi Kuat

Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan (1 Corinthians 15:43).

Kita percaya bahwa Paulus mengalami sakit dalam tubuhnya, tersiksa akan “duri dalam daging” Tubuh yang lemah membatasi, dan banyak dari kita bersaksi bahwa pekerjaan Tuhan sering terhalang karena keterbatasan tubuh. Tugas yang ingin kita lakukan menjadi melelahkan karena kelemahan tubuh. Tapi disurga kita tidak mengenal kelemahan fisik. Kelemahan dunia tidak dikenal disorga. Betapa suatu perubahan mulia! Dibangkitkan dalam kuasa! Dibumi kita merasa roh kuat tapi daging lemah. Sebagian umat pilihan Allah tidak bisa kegereja karena tubuhnya sakit, tapi disorga semua akan memiliki tubuh yang kuat. Tubuh yang baru dari Tuhan tidak bisa rusak dan kuat.

Dari Alami Menjadi Rohani

Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah (1 Corinthians 15:44).

Harus jelas bahwa istilah “tubuh rohani” tidak menunjukan bahwa tubuh kebangkitan merupakan tubuh tanpa zat. Kata “alami” Yunaninya digunakan saat mereka bicara tentang jiwa manusia. Kita sudah menyatakan bahwa manusia terdiri dari 3 bagian: tubuh, jiwa, dan roh. Secara fisik kita memiliki 5 indra. Dengan jiwa, ada emosi, kesadaran diri, mengerti kepribadian. Melalui roh, dia dimampukan mengetahui Tuhan dan memuji serta melayani Dia setelah roh manusia dibangunkan Roh Kudus. Tubuh kita dibumi merupakan tubuh alami yang kita gunakan untuk melakukan aktivitas dibumi. Secara alami mudah menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan bermain. Kehidupan rohani tidak lepas dari manusia, tapi mendapat tempat kecil dari waktu dan tenaganya dibanding kehidupan jiwa.

Saat tubuh kebangkitan disebut “tubuh rohani” itu tidak berarti itu terdiri dari zat yang tidak bisa diraba. Robert S. Candlish berkata: “kata alami dan rohani, yang diberikan pada tubuh, tidak menunjuk banyak kepada substansi pembentuk tubuh, tapi pada penggunaan dan tujuannya.” Dibumi kita disibukan melalui tubuh alami, sementara disorga dalam tubuh kebangkitan kerja kita berkenaan dengan Tuhan dan kekudusannya. Kehidupan rohani akan terus dipakai.

Bisa kita katakan bahwa tubuh memiliki 2 tuan, alami dan rohani. Paulus berkata: “jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku” (Romans 7:21). Paulus benar-benar merupakan anak Tuhan melalui kuasa transformasi Roh Kudus, tapi manusia alami masih ada dan bermusuhan dengan rohani. Dan setiap kita mengetahui halangan manusia alami. Kita dihalangi oleh prilaku alami. Tapi disorga kita dalam tubuh kebangkitan, kehidupan rohani yang mengontrol.

Disorga semuanya tidak bisa hancur, abadi, mulia, berkuasa, dan rohani. Dihadapan tahta Tuhan kita akan melayaniNya selamanya dalam baitNya. Harapan yang mulia! O hari kebangkitan


1 T. L. Cuyler

2 The use of this illustration was suggested by Dr. H.A. Ironside in “Death and Afterwards.”

3 Philippians in the Greek New Testament.

4 R. C. H. Lenski

Related Topics: Eschatology (Things to Come)

Report Inappropriate Ad