MENU

Where the world comes to study the Bible

5. BAGIAN KEDUA: PERSIAPAN PRIBADI ANDA

Bab 5:
Mengenal Sang Gembala

Apakah anda percaya bahwa Tuhan memiliki rencana bagi hidup anda, termasuk setiap detil kehidupan sehari-hari anda? Apakah anda percaya bahwa rencanaNya terbaik untuk anda, lebih tinggi dari semua yang bisa anda rencanakan bagi diri anda sendiri? Apakah anda percaya bahwa Tuhan akan menunjukan rencanaNya pada anda selangkah demi selangkah? Jika anda ingin mengetahui kehendak Tuhan, maka anda harus percaya hal-hal diatas.

Itu merupakan kondisi pertama yang Salomo letakan tentang bimbingan Ilahi: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”94 Percaya—iman—sangat penting. Tanpa itu tidak ada tuntunan. Dan percaya pada tanggung jawab kita. Dalam 4 bab pertama kita membahas sisi Tuhan, rencanaNya bagi hidup kita, dan keinginanNya untuk menuntun kita. Tapi ada persiapan pribadi yang harus kita lakukan sebelum kita mampu mengerti bimbingannya. Persiapan itulah yang menjadi perhatian kita berikutnya.

Hal yang paling penting dari persiapan ini adalah hati yang percaya. Sebagian besar dari kita berkata bahwa kita ingin melakukan kehendak Tuhan dan kita ingin menyenangkan Dia dalam segala hal. Kita tidak bisa melakukan itu tanpa iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia,”95 demikian kata penulis Ibrani. Kita harus percaya bahwa Tuhan ada, Dia tertarik untuk membimbing kita secara pribadi, dan kita bisa mempercayakan hidup kita kepadaNya. Kita harus memiliki iman dalam hikmat, kesetiaan, kebaikan dan kasih Bapa kita disurga. Tanpa iman seperti itu kita tidak bisa berkomitmen terhadap bimbinganNya.

Tapi percaya membutuhkan pengetahuan. Sebagian orang melihat iman hanya sebagai menerima apa yang tidak kita tahu. Mereka pikir iman seperti pengganti pengetahuan. “Jika anda tidak mengetahuinya,” kata mereka, “lakukanlah lompatan buta kedalam gelap dan percayalah.” Itu bukan caranya. Iman yang benar dibangun atas dasar pengetahuan yang benar. Jika kita tidak mengenal seseorang, kita akan kesulitan untuk percaya padanya.

Mari saya jelaskan. Ayah saya merupakan salah satu orang pertama yang mengunjungi Indian Auca setelah Rachel Saint dan Betty Elliot berdiam didaerah itu dan mulai bekerja bersama mereka. Saat ayah disana, Kimo, salah seorang suku disana yang ikut serta dalam pembunuhan 5 misionaris, menawarkan diri mengentarnya kehutan untuk menunjukan bagaimana orang Indian berburu monyet dengan senapan tiup. Jadi mereka pergi, hanya mereka berdua.

Tiba-tiba ayah saya sadar bahwa Kimo menghilang. Dia memanggilnya tapi tidak ada jawaban, hanya suara monyet. Setiap kali dia memanggil suara monyet datang dari berbagai arah. Apakah anda mengerti? Ayah saya sendiri dihutan belantara Ekuador, bersama seorang yang telah dilatih sejak kecil untuk membunuh orang asing. Bagaimana dia bisa kembali?

Ayah mengakui agak takut saat itu—mungkin sangat takut lebih tepatnya. Dia dan Kimo belum menjadi teman baik. Jujur saja, ayah belum mempercayai dia. Seperti yang terjadi, Kimo bermain dengannya untuk membuktikan betapa tidak berdayanya orang kulit putih sendirian ditengah hutan. Tapi itu menjelaskan satu point. Kita tidak bisa mempercayai seseorang yang kita tidak kenal.

Dalam buku ini kita bicara tentang suatu yang lebih serius dari hanya sekedar fisik. Masalah didepan kita mengenai masa depan kita, disaat ini dan dalam kekekalan, kepada Seorang yang menawarkan pimpinan selangkah demi selangkah kepada kita, yang tidak menunjukan seluruh rencananya sebelumnya, juga memberitahu kemana kita akan pergi. Tidak mungkin kita berharap membuat komitmen semacam itu kecuali kita mengenal Dia secara dekat.

    Seberapa Dekat Anda Mengenal Dia?

Ada kesan setiap orang Kristen mengenal Tuhannya. Kita sering menggunakan kata mengenal Tuhan bersama dengan lahir baru, yaitu menjadi orang Kristen sejati. Yesus berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”96 Hanya dengan mengenal Tuhan kita bisa memiliki hidup kekal. Tapi ada tingkatan pengenalan. Saya sering disuruh mengisi surat rekomendasi dari seseorang yang mau masuk sekolah atau mencari pekerjaan. Form itu sering bertanya, “seberapa baik anda mengenal pelamar?” Seringkali saya menulis, “sepintas”; dan kadang saya harus mengakui bahwa saya tidak mengenal orang itu sama sekali. Saya bertanya berapa tinggi kita menilai diri kita kalau ada kuesioner yang bertanya seberapa dekat anda mengenal Tuhan. Sebagian dari kita harus mengakui mereka hanya sepintas saja mengenalNya. Dan sebagian lagi tidak tahu sama sekali. Itulah alasannya kenapa kita cenderung menolak mempercayakan masa depan kita kepadaNya.

Bangsa Israel di Kadesh merupakan contoh utama yang tidak percaya pada Tuhan karena mereka tidak mengenalNya. Mereka menolak masuk ketanah perjanjian karena ada raksasa disana, selain itu mereka kelihatan seperti belalang.97 Betapa suatu hal yang berlebihan! Dan Tuhan disisi mereka. Betapa suatu ketidakpedulian akan kuasa dan kebesaranNya! Tapi Joshua dan Caleb mengenal Tuhan dengan baik. “Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.”98 Tapi mereka menolak mendengarnya, dan gagal mengikuti tuntunan Tuhan. Hasilnya adalah mereka berkelana selama 40 tahun dibelantara. Pikirkan itu. 40 tahun kepedihan hanya karena mereka tidak mengenal Tuhan mereka.

Sebagian dari kita, mungkin mengalami kepedihan karena mereka mengambil jalan mereka sendiri, dan hasilnya berhubungan dengan hal ini. Kita tidak pernah mengambil waktu untuk mengenal Tuhan, da itula alasan kita tidak ingin mempercayakan hidup kita.

Bukankah kesalahan Tuhan kalau kita gagal mengenalNya. Dia menyatakan diri kepada kita dalam berbagai cara. Pertanyaannya adalah respon kita terhadap hal itu. Letakan itu dalam hubungan antar manusia. Mungkin anda bisa ingat seseorang yang mencoba membangun persahabatan dengan anda. Dia terus bersama dan berbagi perasaan dan pertanyaa, berharap anda berespon dan kemudian berbagi bersamanya. Itu membuat anda bertanya dan mengambil keputusan. “inikah orang ingin saya dekat dengannya? Apakah saya bisa membuka diri saya kepadanya? Apakah saya mau memberikan waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam persahabatan dengannya?”

Sebagian orang Kristen menghadapi keputusan yang sama dengan Tuhan, khususnya jika mereka kegereja secara rutin, membaca Alkitab sedikit, berdoa beberapa kali, tapi tidak mengalami komunikasi yang berarti denan Tuhan. Pertentangan datang ditingkatan pertumbuhan yang berbeda dalam kehidupan orang percaya yang berbeda, dan itu terjadi ditempat yang berbeda dan ditengah keadaan yang berbedam tapi itu pasti muncul.

Satu hari kita menyadari bahwa Tuhan coba berbicara secara langsung pada kita melalui FirmanNya. Dia mengatakan kehendakNya dan apa yang Dia inginkan kita lakukan. Dia juga mengatakan pada kita apa yang diinginiNya dan harapanNya. Saat itu kita menghadapi keputusan yang penting: “Apakah saya akan melanjutkan kehidupan Kristen yang sedang-sedang saja, atau mengusahakan dan membina hubungan pribadi saya dengan Tuhan dan mengenalNya secara dekat?” Kita tidak bisa menganggap keputusan ini secara ringan. Seluruh masa depan kita tergantunga dari hal ini. Keinginan kita untuk mempercayakan hidup kita kepada tuntunanNya berkaitan langsung dengan pengenalan kita akan Dia.

Kadang Tuhan membuntukan jalan kita untuk menunjukan dirinya pada kita. Dia melakukannya pada umat Israel di laut merah. Dimana tidak ada jalan lain, dan orang Mesir dibelakang mereka, mereka menggerutu dan komplain. “Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.’”99 Tuhan memenuhi janjiNya. Orang Mesir dikalahkan. Umat Tuhan diselamatkan.

Tapi bahkan setelah penyelamatan luar biasa itu, mereka gagal untuk mempercayai Tuhan. Dari waktu ke waktu dia membawa mereka ke kebuntuan usaha manusia sehingga Dia bisa menunjukan dirinya berkuasa atas mereka dan membuktikan kesetiaanNya pada mereka. Tidak ada jalan yang lebih baik untuk menunjukan kuasa, kasih dan kesetiaanNya daripada dalam situasi sulit dalam hidup.

Salah satu alasan dia mengijinkan kita mengalami maslaah seperti penyakit, penderitaan, dan kesulitan adalah agar Dia bisa menyatakan dirinya pada kita sehingga kita bisa mengenal dia sepenuhnya. Dia memanggil kita dengan kasih dan kerinduan ditengah krisis, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah.”100 Hanya kalau kita mengenalNya baru kita bisa mempercayakan diri hidup kita kepadaNya. Setiap usaha untuk mengerti bimbingan Tuhan harus dimulai dari mengenal sang pembimbing.

    Tapi Dia Terlalu Jauh

Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan yang hidup disurga, yang tidak memiliki tubuh secara fisik sehingga kita bisa menyentuh dan melihatnya, dan yang tidak bicara dalam bahasa kita ? Ada 2 cara utama—Firman dan Doa. Tuhan menyatakan dirinya dalam Firman. Kita bisa merenungkan kebenaran itu dan berespon padaNya dalam doa dan pujian. Tujuan dari komuni antarpribadi ini, seperti kata J. I. Packer, menjernihkan mental dan visi akan Tuhan dari seseorang, dan membiarkan kebenaranNya berdampak penuh dalam pikiran dan hati seseorang.”101 Dengan itu kita mengenal Dia.

Jika kita ingin mengenal Tuhan, maka kita harus mulai membaca Alkitab kita dengan telinga rohani kita mendengar setiap perkataan Tuhan tentang diriNya. Tempat yang baik untuk memulainya adalah Mazmur. “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!.”102 “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku.”103 “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”104 Mengetahui hal ini sangat menolong kita mempercayaiNya. Dan mempercayakan Dia membuktikan kebenarannya, membuat iman kita bertumbuh lebih lagi.

Renungkan atribut Tuhan seperti yang dinyatakan dalam Firman. Tuhan Maha Hadir.105 Kemanapun dia memimpin kita, dia akan bersama dengan kita. Tuhan Maha Tahu.106 Dia mengetahui dari awal sampai akhir.107 Tidak sulit mempercayai seorang yang mengetahui apa yang akan terjadi. Tuhan maha kuasa.108Dia mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi saat kita ada dalam pusat kehendakNya. Tuhan itu kasih.109 Kita bisa yakin bahwa apapun yang dia minta kita lakukan atau kemanapun dia pimpin kita, pengalaman yang kita alami adalah ekspresi kasihNya bagi kita. Tuhan itu baik.110 Jalan yang ditunjukannya adalah yang terbaik bagi kita. Tuhan itu setia.111 Dia tidak pernah gagal saat kita mengikuti pimpinanNya. Tidak ada akhirnya pernyataan Tuhan dalam dirman. Itu merupakan tambang kebenaran yang tidak pernah habis. Digali lebih lagi, dan mengenalNya lebih lagi.

Sesuatu akan terjadi pada kita saat kita mengenal Tuhan lebih baik. Semakin jelas kita melihatNya dalam kemuliaanNya, semakin jelas kita melihat kondisi kita yang sebenarnya—lemah, rendah, berdosa, buta, dan tidak berdaya; dan hasilnya, semakin kita membutuhkan Dia. Saat kita mengetahui betapa kita tidak layak, dan betapa kuat dan berkuasa dia, kita lebih ingin mempercayakan hidup kita kepadanya.

Ada alasan lain kenapa melihat Alkitab untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendakNya. Mendengarkan dia berbicara kepada kita melalui FirmanNya akan membiasakan kita mendengar suaraNya.

Banyak suara terdengan ditengah kesulitan. Bagaimana kita mengenal suara Tuhan? Hanya ada satu cara—dengan membiasakan diri dalam pengulangan serta pengalaman. Seorang anak mengenal suara orangtuanya karena dia mendengarnya setiap hari. Saya bisa mengenal suara siulan ayah saya. Itu tidak keras atau melengking, tapi saya bisa mengenalinya disekian ratus orang.

Seekor domba mengenal suara gembalanya karena dia mendengarnya setiap hari. Yesus berkata, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.”112 Bagaiman kita mendapat kebiasaan pengenalan seperti itu dengan gembala kita? Yesus memberikan kita jawaban saat dia berbicara dengan orang Yahudi yang tidak percaya disuatu hari. “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku . . . ”113 Tuhan menyatakan dirinya melalui Alkitab, perkataanNya sendiri. Firman dari mulut Allah.114 Kita akan belajar mengenal suarannya saat kita memberi waktu untuk membaca Firman.

    Menjawab

Tapi setidaknya ada satu langkah penting dalam mengenal Tuhan. Setelah mendengar perkataanNya pada kita melalui firman, kita harus merenungkan dan berdoa, masukan itu dalam pikiran kita, pikirkan kemungkinannya, kemudian aplikasi dalam kehidupan pribadi. Seperti kita lihat dampaknya, kita memuji Tuhan atas kebenaran yang dinyatakan pada kita, kita berbagi dengannya dalam perasaan yang terdalam, dan kita mencari kekuatan untuk bisa melakukannya. Ukuran pengenalan akan Tuhan bukan dari berapa banyak kita mengetahui tentang dia atau banyaknya aktifitas untuknya. Tapi seperti kata Packer, “bagaimana kita berdoa dan apa yang terjadi dalam hati kita.”115

Sebagian orang Kristen memberikan waktu yang sangat sedikut dihadapan Tuhan, tapi pasti lari apdaNya minta tuntunan saat masalah datang. “Ah, tidakkah sudah terlambat, tapi saya harus membuat keputusan sekarang. Bisakah Engkau mengatakan pada saya apa yang harus dilakukan sekali ini saja? Saya berjanji akan mulai saat teduh minggu depan.” Tapi tuntunan tidak seperti itu. Ada yang lebih penting bagi Tuhan daripada kita mengetahui kehendakNya; adalah bagaimana kita mengenal Dia. Dan satu-satunya cara kita mengerti kehendaknya saat pengambilan keputusan adalah dengan menyediakan waktu dihadapannya.

Saat dua orang jatuh cinta, mereka semakin mengerti keinginan pasangannya. Saat hubungan mereka semakin dekat, pengenalan mereka satu sama lain semakin lengkap. Istri saya dan saya lebih sensitive akan kebutuhan kami sekarang ini dari saat kami pertama menikah. Kedekatan hubungan kami lebih dari setahun menghasilkan pengenalan yang lebih baik. Saya mulai mengetahui keinginan dan harapannya sebelum dia menyatakan itu, dan dia mulai mengenal saya.

Apakah anda ingin mengetahui keinginan Tuhan bagi anda? Maka mulailah mengenalNya. Berikan waktu membaca firman. Berbagi denganNya dalam doa. Seperti kata nabi Hosea, “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”116

Bab 6:
Bukan Kehendakku

Kuda dan bagal tidak terkenal karena ketaatannya. Mereka mungkin cukup mengenal anda sehingga tidak ada keraguan dipimpin oleh anda. Tapi mereka memiliki masalah: keinginan mereka yang keras, keras kepala. Hal itu selalu ada dan anda tidak tahu kapan akan terjadi. Kuda menyatakannya dengan menolak berhenti. Kadang dia mulai berjalan kerumah dan anda tidak bisa apa-apa. Bagal bisanya menunjukan itu dengan menolak berjalan. Anda bisa mendorong, menarik, mencambuknya, atau menarik dia dengan wortel, tapi saat itu dia tidak mau bergerak. Tidak ada yang bisa mengetahui kemana mereka akan pergi atau apa yang anda ingin mereka lakukan, karena mereka melakukan kehendak mereka sendiri.

Itu sama dengan maksud Tuhan, “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.”117 Halangan terbesar mengetahui rencana Tuhan bagi hidup kita adalah perlawanan kita sendiri.

Berurusan dengan kekerasan hati menjadi factor penting dalam mengerti dan melakukan kehendak Tuhan. Bagaimana kita mengatasinya? Jawabannya diberikan Paulus: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”118

    Korban yang Hidup

Subjek dari ayat ini adalah menemukan kehendak Tuhan. Lebih spesifik, subjek itu menguji dan membuktikan kehendak Tuhan itu—mengetahui kehendaknya secara tepat dalam pengalaman kita dan menerimanya sebagai satu-satunya cara hidup. Paulus menunjukan 2 kriteria dasar dalam hal berhubungan dengan kehendak Tuhan. Pertama adalah presentation dan kedua transformation. Mari kita lihat yang pertama dalam bab ini.

“Aku mendesak kamu,” kata Paulus, “memberikan dirimu sebagai korban yang hidup.” Itu secara literal berarti “to place beside.” Itu digunakan orang yang ingin mempersembahkan korban diatas altar sebagai tindakan penyucian Tuhan, menyerahkan semua hak penggunaannya untuk digunakan. Itu bukan miliknya lagi tapi Tuhan. Tuhan memiliki hak melakukan apa yang dia kehendaki dengan korban itu.

Dengan maksud yang sama, Tuhang ingin kita memberikan diri kita, bukan untuk dibunuh dan dibakar dialtar, tapi sebagai “korban yang hidup.” Dia ingin semua hak kita sebagai pribadi. Dia ingin menggunakan kita semauNya. “Berikanlah tubuhmu,” kataNya, “sehingga Aku bisa menggunakannya sebagai alat mencapai tujuanKu.” Dan dengan tubuh kita seluruh keberadaan kita—waktu kita, kemampuan kita, sumber kita, kepribadian kita, rencana kita, keinginan kita. Dia ingin kita memberikan semua itu kepadanya untuk digunakan sesuai dengan keinginanNya.

Dia tidak akan memaksa kita melakukan itu. Dia tidak akan masuk dalam hidup kita dan secara brutal mengatur kita. Dia meminta kita secara sukarela sebagai respon belas kasihan yang diberikan pada kita melalui Kristus. Jika kita ingin mengetahui kehendakNya, maka kita harus menjadi korban yang hidup bagiNya.

    Paman Sam Menginginkanmu!

Tapi kata menawarkan juga berarti “ada disana untuk menolong.” Itu digunakan untuk seorang pelayan yang ada dibawah pengaruh tuannya, yang selalu menuruti keinginan tuannya. Semua permintaan tuannya harus dituruti. Seorang pelayan yang baik harus berserah penuh pada tuannya. Paulus mendorong kita untuk memberikan diri pada Tuhan. Dan kecuali Tuhan yakin kita bisa melakukan pimpinannya, tidak ada alasan baginya untuk mengatakan kemana kita akan pergi.

Misalkan anda sedang berdiri dikantor perekrutan AD US. Walau angkatan bersenjata modern memberikan anda pilihan sebelum anda bergabung, ada banyak hal yang tidak dikatakan perekrut itu kepada anda. Ada ratusan masalah selama karir militer anda, tapi dia tidak akan ada disana dan coba menjelaskan detil rencana hidup anda diangkatan bersenjata, setiap tempat dimana anda dikirim, dan semua yang mereka perintahkan untuk dilakukan. Itu tidak masuk akal. Ketika Paman Sam barkata, “aku menginginkanmu,” itu artinya dia ingin suatu penyerahan diri tak bersyarat dari anda kepadanya. Dan semua rencana tidak akan dibukakan sampai anda bergabung dengannya.

Tuhan ingin anda lebih daripadan Paman Sam. Tuhan memohon, mencari anda, untuk memberikan diri anda kepadaNya. Dan kata kerja menawarkan menunjukan bahwa hal yang dia cari adalah tindakan yang tegas dan mutlak saat itu, mirip dengan tanda titik dikantor perekrutan. Seperti berkata, “ini hidupku Tuhan. Ada banyak hal yang ingin saya lakukan, tapi apa yang ingin Engkau lakukan lebih penting dari keinginanku. Saya menyerahkan sepenuhnya diriku dibawah Engkau sepanjang hidupku.”

    Hal yang Harus Dilakukan

Tidak banyak dari kita yang berpikir jauh kedepan saat kita datang pada Tuhan untuk bimbingan. Kita berdoa dengan licik, “Tuhan, tunjukan kehendakmu,” tapi kita lupa Tuhan menghendaki kita menyerahkan diri kita dibawah perintahNya. Komitmen seumur hidup ini yang bisa meyakinkan dia kalau kita akan melakukan kehendakNya yang telah dinyatakan pada kita.

Anda lihat, kehendak Tuhan adalah suatu yang harus dilakukan, tidak hanya diketahui. Ada banyak bukti diAlkitab yang menunjukan melakukan kehendakNya daripada mengetahui. Sebenarnya, Rasul Yakobus mengingatkan bahwa mengetahui tanpa melakukan adalah dosa.119 Dan saat kita ingin melakukan sekuat mengetahuinya, Tuhan meyakinkan kita kalau kita harus mengetahuinya. Penyerahan diri merupakan kunci mengenal kehendak Tuhan.

Yesus juga menegaskan prinsip ini. Orang Yahudi bertanya bagaimana Dia bisa mengetahui begitu banyak teologi, tapi tidak pernah masuk sekolah rabi. Dia menjawab. Pengajarannya bukan dari dia; itu dari Bapa yang mengutus dia. Dan dia berkata pada mereka bagaimana mereka bisa yakin itu datang dari Tuhan. “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.”120

Walau pernyataan dalam John 5 menunjuk pada firmanNya, itu juga menunjuk pada kehendakNya, karena kehendakNya dinyatakan melalui FirmanNya. Bagaimana kita mengetahui kita dipimpin oleh Tuhan atau oleh kehendak kita sendiri? Bagaimana kita tahu bimbingan itu dari Tuhan? Jawaban Yesus sederhana: jika keinginan kita melakukan kehendakNya lebih daripada keinginan kita sendiri, maka kita pasti tahu.

Begitu banyak orang Kristen disepanjang abad telah bersaksi tentang kebenaran prinsip Yesus ini. Saat mereka yakin kalau mereka ingin kehendak Tuhan, daripada keinginan mereka maka bimbingan akan datang. Dan bimbingan terus menerus akan datang pada mereka yang menyerahkan diri sepenuhnya untuk diatur oleh Roh didalamnya.

Orang lain mungkin mendapat bimbingan secara sporadis, tapi hanya mereka yang tinggal diam dalam hal ini bisa hidup yakin berjalan tanpa terganggu ditengah rencana Tuhan. Penyerahan kehendak kita kepada Kristus Yesus merupakan keputusan terpenting setelah kita menerima Dia sebagai Juruselamat dosa kita.

Pemazmur membuat dasar yang sama di PL. “Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.”121 Kerendahan hati meliputi penyerahan hak menjalankan hidup kita. Itu meliputi dibuangnya kesombongan dan egoisme. Itu meliputi kehancuran hati dan penyesalan, roh yang bisa diajar. Orang yang bisa diajar merupakan orang yang bisa diajar Tuhan menurut jalanNya.

Saat sebagian besar kita menghadapi suatu keputusan, keputusan itu sendiri memenuhi pikiran kita—dimana kita harus pergi dan lakukan. Tapi Tuhan lebih tertarik pada kondisi hati kita. Dia tertarik pada tidak adanya kekerasan hati, dan keinginan kita yang tulus dibawah bimbinganNya. Hal ini diulangi diayat berikutnya: “Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.”122 Takut akan Tuhan adalah dengan menghormatiNya, rendah hati dan mau diajar dihadapanNya. Harga pengenalan kehendak Tuhan adalah penyerahan total hidup kita pada Dia.

    Potongan Harga

Sebagian dari kita pintar mencari potongan harga. Salah satu cara adalah dengan memutuskan apa mau kita, dan katakan pada Tuhan kalau kita melakukannya untuk Dia. Kita mengambil harganya, menggambar hal yang kita inginkan, dan meminta Tuhan memberikan cap persetujuan. “Tuhan, saya ingin menjadi pengusaha yang sukses. Saya ingin membuat uang yang banyak dan memberikannya kebadan misi. Saya akan aktif digereja. Menjadi saksi bagi rekan bisnis. Saya akan berbicara dipesta injil. Saya ingin Engkau memberkati saya.”

Atau lebih dari itu: “Tuhan, saya ingin menjadi misionaris. Saya ingin kebelahan bumi yang belum pernah mendengar kesaksian injil dan saya ingin menjadi orang pertama memberitakan injil disana dan membangun karya besar untukMu. Dan saya ingin Engkau memberkati saya.” Itu sama sekali bukan kehendak Tuhan. Dia ingin kita memberikan kertas kosong, dan berkata, “Ini Tuhan, isilah bagi saya. Saya akan lakukan apapun yang Engkau kehendaki.”

Satu lagi pernyataan mengenai komitmen kita. Kita berkata pada Tuhan, “Saya akan melakukan apapun, tapi…” Maksud kita, “Saya ingin pergi kemanapun Engkau mau tapi ke tempat ini.” “Saya ingin apapun yang engkau inginkan tapi berikan Zeb.” Saya akan bekerja sama dengan setiap orang yang engkau tunjuk kecuali orang kusta.” “Saya ingin melakukan apapun yang engkau inginkan kecuali gereja custodian.”

Tapi Tuhan adalah pembuat potnya dan kita adalah tanah litany. Dia ingin kita mudah dibentuk ditanganNya. Kecuali kita menyingkirkan halangannya, kita tidak pernah tahu apa kehendakNya bagi kita.

Sering kita menawar Tuhan. “Baiklah Tuhan, saya mau menjadi seorang misionaris jika engkau mengijinkan aku menikahi Eloise.” Atau, “Saya akan mengambil pekerjaan itu Tuhan, jika itu membayar kerja lebur saya.” Itulah yang coba dilakukan Yakub. Yakub berkata, “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.123

Tuhan tidak tertarik dengan hubungan seperti itu. Dia ingin menjadi Tuhan atas hidup kita. Yakub bergumul sampai pagi sebelum Tuhan memukul kakinya sehingga kekerasan hatinya hancur.124

Sering kita meminta Tuhan menunjukan kehendakNya, dan kita rasa kita ingin melakukannya, tapi didalam hati kita kita tidak mau. Kita tahu apa keinginan kita dan kita ingin Tuhan menyetujui keinginan kita. Yeremia melayani orang seperti itu, dan itu merupakan pengalaman yang menghancurkan hati! Mereka ingin pergi ke Mesir dari kemarahan Nebukadnesar, Raja Babilon, tapi mereka ingin tahu kehendak Tuhan dulu. Jadi mereka berkata pada Yeremia, “Semoga TUHAN, Allahmu, memberitahukan kepada kami jalan yang harus kami tempuh dan apa yang harus kami lakukan.”125 Mereka bahkan menambahkan, “Maupun baik ataupun buruk, kami akan mendengarkan suara TUHAN, Allah kita.”126

Itu semua kelihatan tulus sehingga Yeremia memohon pada Tuhan, yang kemudian menjawab mereka harus tetap di Yudea. Yeremia menyatakan informasi itu kepada mereka tapi mereka berkata lain. “Engkau berkata bohong! TUHAN, Allah kita, tidak mengutus engkau untuk berkata: Janganlah pergi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana,!”127 “. . . Demikianlah Yohanan bin Kareah dan semua perwira tentara serta seluruh rakyat tidak mau mendengarkan suara TUHAN untuk tinggal di tanah Yehuda.”128

Seorang bernama Balak dalam PL merupakan contoh lain dari orang yang bertanya pada Tuhan apa yang harus dilakukan padahal dia sudah tahu keinginannya. Pembawa pesan dari raj Moab ingin dia pergi bersama mereka dan mengutuk Israel. Tuhan berkata, “Jangan pergi dengan mereka.”129 Itu sangat jelas dan merupakan bimbingan dari Tuhan. Tapi saat pembawa pesan datang kembali untuk memohon dan menawarkan dia uang, Balak menjawab, “baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.”130 Dia ingin uang itu dan mencoba menggoda Tuhan untuk menyetujui rencananya.

Kita juga melakukan hal itu! Kita meminta Tuhan menunjukan kehendaknya sementara kita ingin kehendak kita yang jadi. Kita ingin meliha kehendak Tuhan apakah sesuai atau tidak dengan kehendak kita. Dan jika tidak kita memilih jalan kita. Kita pikir kita akan lebih baik dijalan yang kita pilih.

Tapi itu tidak akan terjadi. “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”131 Kita tidak bisa hidup menyenangkan diri kita dan tetap berharap berkat Tuhan atas kita. Kecuali diperistiwa yang jarang, seperti Balak dan orang-orang dimasa Yeremia, Tuhan sendiri memberikan tuntunan saat dia tahu kita tidak akan mengikutinya. Contoh utama ketaatan pada Bapa ada dalam Tuhan Yesus Kristus. “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”132 Itu bukan pernyataan kosong. Dia membuktikan itu saat dia menghadapi pengalaman yang paling menakutkan disejarah manusia, menanggung dosa seluruh dunia. Dia berkata, “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”133 Dia membuka jalan bagi kita. Sekarang melalui kuasa yang diberikannya, kita bisa mengikuti langkahNya.134

    Bagaimana dengan Keinginanku?

Apakah ini berarti bahwa kita harus menghilangkan semua keinginan kita, menghancurkan semua yang kita sukai? Saya pikir tidak mungkin. Yesus sendiri mengakui bahwa keinginannya berbeda dengan Bapa saat dia berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku.”135 Dan saya tidak menemukan dalam Alkitab Tuhan ingin kita menyingkirkan semua keinginan hati kita. Dia hanya minta kita agar keinginan kita ada dibawa dia, seperti Yesus lakukan.

Tidak ada bahaya dengan dibawahi seperti itu. Tuhan tidak suka kita menyangkal keinginan kita. KeinginanNya agar kita melakukan hal yang kita inginkan dengan baik, dan dia menyatakan kehendakNya melalui keinginan itu. Dia ingin kita mau pergi kemanapun, melakukan apapun, pengorbanan apapun yang dia minta. Dia mungkin meminta kita memberikan sesuatu, membalikannya dan mengembalikan kepada kita, seperti yang dilakukannya pada Abraham saat mengorbankan anaknya. Tapi dia ingin kita menunjukan penyerahan kita.

Sebagian orang menahan diri dalam penyerahan hidup kepada Tuhan karena mereka takut dia menuntut lebih dari yang ingin mereka lakukan. Mereka yakin dia ingin mereka menyerahkan semua yang mereka sukai, dan melakukan semua yang mereka tidak sukai, seperti orang suci yang membuat semua orang sengsara. Mereka membayangkan diri mereka berakhir tidak kawin dan sendiri, melewati hutan belantara dan dimasak oleh kanibal. Tapi Tuhan seperti itu. Dia ingin memberikan hal yang baik bagi kita.136 Dia senang memberikan kita keinginan dalam hati kita.137 Kepada orang Yahudi dipembuangan diBabel dia mengirim pesan yang bisa juga pada kita: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”138 Pemazmur berkata, “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.”139

Jika kita benar-benar berserah padannya, dia akan menyingkirkan semua keinginan yang tidak sesuai dengan kehendakNya dan memberikan kita keinginan baru yang sesuai dengan kehendakNya. Seperti yang dikatakan Paulus, “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”140 Kita tidak kehilangan kalau kita berserang. Tuhan memberikan keinginan kita atau memberikan keinginan baru dalam hati kita. Tapi saat keinginan kita diserahkan pada Kristus, kita bisa melakukan apa yang ingin kita lakukan dengan keyakinan bahwa kita dalam kehendak Tuhan.

Mengikuti rencana Tuhan tidak pernah menjemukan; selalu merupakan sukacita terbesar. Kehendak Tuhan “berkenan”141 Kata itu berarti “menyenangkan”—menyenangkan Tuhan dan kita. Seperti perintah Yesus pada muridnya disumur Sychar, melakukan kehendak Tuhan lebih memuaskan daripada makanan.142 Menolak kehendak Tuhan pasti membawa pada penderitaan, tapi penyerahan diri membawa kebahagiaan dan sukacita.

Saat anda memberi diri pada Tuhan untuk digunakan sesuai kehendakNya, anda menemukan prilaku kepatuhan menyelesaikan pergumulan mengetahui kehendaknya. Itulah yang terjadi pada Yesaya. Tuhan berbicara padanya, “Siapa yang akan kuutus pergi?” respon Yesaya sebelum mengetahui detil rencana Tuhan, menyerahkan hidupnya. “Ini aku,” katanya, “utuslah aku.”143 Dan keinginan Tuhan mulai dibukakan dihadapannya.144

Apakah anda siap menyerahkan diri anda pada Tuhan, kepada kehendakNya, menyerahkan diri anda sebagai persembahan yang hidup? Katakan sekarang kalau anda ingin melakukan apapun yang dia inginkan, apapun harganya. Ini mungkin menjadi pengalaman emosional bagi sebagian orang. Bagi yang lain mungkin suatu ketengan. Tapi yang penting kita telah mengikuti rencana Tuhan dalam hidup kita. Anda mungkin ingin menulis tanggal penyerahan diri anda diAlkitab agar tidak lupa. Anda pasti hidup sesuai dengan komitmen anda, berkata pada Tuhan setiap hari tentang keinginan anda melakukan apapun kehendakNya. Maka setiap matahari terbit akan menjadi pengalaman baru berjalan dalam kehendak Tuhan.

Bab 7:
Pikiran yang Diperbaharui

“Bagaimana saya bisa yakin saya ingin melakukan kehendak Tuhan?” Sharon seorang pelajar yang datang kekantor saya untuk meminta nasihat mengenai masa depannya. Dia dengan tulus ingin mencari kehendak Tuhan, tapi dia meragukan penyerahannya pada Kristus. “Apakah saya benar ingin melakukan apapun yang dia minta? Saya rasa ia, tapi bagaimana saya bisa pasti?”

Pertanyaannya sudah ditanyakan banyak orang Kristen lain disuatu waktu dalam hidup mereka. Jika mengetahui kehendak Tuhan tergantugn pada penyerahan total kita kepadanya, bagaimana kita bisa pasti kita melakukan itu dan ingin? Jawabannya datang dimana Paulus menjelaskan prasyarat penting menemukan kehendak Tuhan dalam hidup kita yaitu transformasi. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”145

    Melakukan Keinginan Anda

Hal pertama yang disebutkan Paulus disini adalah kecenderungan kita untuk menjadi serupa dengan dunia ini. Kecenderungan ini menyebabkan tekanan terhadap transformasi. Kata menjadi serupa berarti menjadi mirip dengan, khususnya penampakan luar. Perkataan Filipus menyatakan hal ini dengan baik: “jangan biarkan dunia sekeliling anda menekan anda sehingga tergabung dengannya.” Kata yang digunakan Paulus menunjukan bahwa hal ini merupakan kecenderungan kita. Secara literal dia berkata, “berhenti seperti dunia ini.”

Jika kita sudah menyerahkan kehendak kita pada Kristus, setan akan mencoba mengaburkan keputusan kita dengan menyatakan keinginan sendiri. Sebelum kita bertemu Kristus kita melakukan hal itu. Itulah satu-satunya cara hidup dunia. Mereka tidak tidak pernah berpikir melakukan kehendak Tuhan. Mereka melakukan apa yang disukai, “menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.”146 Setan ingin kembali ke gaya hidup seperti ini, yaitu “melakukan keinginan kita”. Dan dia mencoba mendorong kita menjadi sama dengan dunia melalui serangan dari luar dan dalam kita.

Satu hal, setan menggunakan ketidakdewasaan emosi kita dan kekurangan dalam kepribadian kita untuk menghalangi komitmen kita pada Kristus dan membingungan pengertian kita akan kehendakNya. Seorang psikiatris Kristen yang menulis tentang kehendak Tuhan, menjelaskan bagaimana konflik saat kecil yang tidak terselesaikan akan terkubur dalam ketidaksadaran dan mempengaruhi keputusan kita.147 Sesuatu seperti keinginan yang tidak terpenuhi untuk kasih sayang orangtua bisa menyebabkan perkawinan yang tidak bijaksana. Atau kebencian terhadap orang tua bisa menghasilkan seorang menutup diri dengan orang lain, tanpa kita tahu kenapa dia melakukannya.

Reflek bertahan menolong kita membenarkan cara berpikir kita yang salah dan kekanak-kanakan, sehingga kita membodohi diri kita dengan pecaya bahwa yang kita lakukan adalah kehendak Tuhan. Kita butuh pertolongan professional untuk mengangkat konflik yang tidak disadari. Tapi kebanyakan kasus penyerahan diri yang tulus kepada Tuhan melalui firmannya akan menyingkapkan kebohongan diri, dan penyerahan diri kepada Kristus akan menjauhkan kita dari pembenaran diri dan menolong kita menghadapinya dengan cara Tuhan daripada cara kita.

Tapi cobaan untuk melakukan keinginan kita merupakan pertempuran sehari-hari. Setan melihat itu. Selain ketidakdewasaan ini, senjatanya termasuk motivasi kedagingan yang coba membujuk kita jauh dari kehendak Tuhan. Uang salah satu senjata favoritnya. Kita berkata itu tidak mempengaruhi keputusan kita, tapi sebenarnya mempengaruhi. “seorang pria harus memenuhi kebutuhan keluarganya,” protes kita. Itu pasti! Alkitab menegakkan prinsip ini.148 Tapi masalah utamanya adalah Tuhan ingin kita lakukan bukan berapa banyaknya uang. Jika kita melakukan apa yang diinginkanNya, kita akan melihat kebutuhan kita terpenuhi.

Salah satu pertimbangan adalah kedudukan yang baik, atau kemungkinan diangkat, atau bisa dipuji dan disarankan, atau hanya untuk kenyamanan dan keuntungan pribadi. Keinginan untuk lari dari keadaan yang tidak enak bisa mempengaruhi kita. Bahkan cuaca bisa menjadi factor yang menentukan. Cuaca penting bagi orang tidak percaya saat mereka mempertimbangkan relokasi, dan orang Kristen membiarkan hal itu mempengaruhi mereka juga.

“Tapi kita saling mengasihi,” mungkin pembenaran terbesar dari semua berkaitan dengan perkawinan. Ketertarikan hormone yang sering disesatkan dengan kata kasih sejati telah digunakan untuk membenarkan banyak perkawinan yang tidak sepadan sehingga mempermalukan Tuhan. Tapi itulah dasar kerja dunia, dan kita jangan terbawa. Tuhan tahu apakah kita memiliki kasih yang sejati, yang akan hidup dengan bahagia, atau hanya nafsu, yang hanya mencari kepuasan sendiri. Dan dia bisa menolong kita menentukan yang mana itu jika kita ingin tahu. “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.”149

Mungkin kita harus mengusahakan kebiasaan bertanya pada diri sendiri kenapa kita melakukan hal itu, dan kemudian daftarkan alasannya. Kita mungkin terkejut melihat banyak alasan kita sama dengan yang dunia berikan. Tuhan berkata, “berhenti menjadi serupa dengan dunia ini.”

Sangat mudah melihat pembenaran diri dalam diri orang Kristen lain, tapi sulit melihat itu dalam diri kita. Tapi pertolongan Tuhan tersedia. Bersama pemazmur kita berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!.”150

Selain menyerang dari dalam, setan dengan tidak henti-hentinya menyerang kita dari luar dengan filosofi dunia dalam pikiran kita. Dia menggunakan semua cara untuk mencapai tujuan—television, radio, surat kabar, majalah, buku, film, musik, teman yang tidak percaya, orang yang dikasihi, rekan kerja. Sering dia menggunakan orang Kristen, terutama orang Kristen jasmani. Kita mendengar begitu banyak yang berlawanan dengan Firman Tuhan sehingga kita mulai menerima standar dunia dan meragukan Tuhan.

Sebagai contoh, dunia berkata anda bisa menceraikan pasangan anda kalau perkawinan tidak berjalan baik. Pesan itu diulang terus sampai kita percaya. Orang tua Kristen bahkan mengatakan itu: “ceraikan dia; dia hanya sampah.” Demikianlah, tanpa dasar Alkitab orang Kristen mencari jalan keluar yang mudah. Lebih mudah dari mengusahakan perkawinan, menyerahkan hak pribadi, menelan kesombongan, dan memberikan diri untuk kebaikan pasangannya dan perkawinan.

Sekali lagi, dunia terus mengatakan tentang hidup bersama tanpa perkawinan. Mereka terus mengatakan itu sampai orang muda Kristen mulai berpikir Tuhan tidak serius dengan apa yang dikatakanNya dalam Alkitab. Mereka mulai berpikir firman Tuhan sudah kuno dan tidak relevan lagi. Jadi mereka masuk kedalam hubungan yang berdosa dimana Tuhan sudah peringatkan akan meninggalkan cacat dalam jiwa dan menghancurkan hidup mereka dimasa depan. Jika kita ingin menemukan rencana Tuhan dalam hidup, kita harus berhenti menjadi sama dengan dunia.

    Keluar dari Kepompong Anda

Paulus berbalik dari larangan negatef kepermohonan untuk transformasi: “tapi berubahlah,” nasehatnya. Kata yang digunakannya berarti “berubah kebentuk yang lain.” Kata metamorfosis berasal dari kata itu. Tuhan ingin kita melakukan suatu metamorfosis sempurna terhadap karakter didalam kita yang terlihat dari tindakan kita, seperti ulat berubah menjadi kupu-kupu indah. Dan kata disini menunjukan suatu proses yang terus menerus. Hari demi hari mengalami perubahan yang terus meneru yang membawa kita keserupaan dengan Kristus.151

Hidup orang Kristen harus berbeda! Itu harus ditandai oleh ketaatan pada Firman Tuhan. Kita tidak bisa mengetahui tuntunan Tuhan terpisah dari transformasi hidup ini. Kenapa Tuhan harus menyatakan kehendaknya pada kita saat kita sedikit tertarik mentaati apa yang sudah dinyatakan? Tidak adil jika kita meminta tuntunannya disatu sisi sedang kita dengan sadar menolak tuntunannya yang lain..

Kita berdoa, “Tuhan, tunjukanlah kehendakmu.” Tapi dia sudah menunjukan itu pada kita sementara kita menolaknya. Dan kita tidak bisa menemukan langkah berikut dari rencananya dalam hidup kita sampai kita menunjukan ketulusan melalui ketaatan terhadap hal yang sudah kita ketahui. Kunci mengetahui kehendak Tuhan bukan hanya penyerahan diri, tapi hidup sehari-hari dalam ketaatan.

Kita punya kecenderungan mencari kehendak Tuhan hanya untuk keputusan besar dalam hidup seperti sekolah, perkawinan, pekerjaan atau penempatan kerja dilokasi baru, tapi menolak dia dalam hal kecil lain dalam firmannya. Ini menunjukan bahwa motivasi kita bukan untuk menyenangakan dia, tapi hanya menghindari ketidaknyamanan yang muncul saat kesalahan besar terjadi.

Seseorang bertanya pada teman Kristennya untuk mendoakan dia mengenai pekerjaan baru yang ditawarkan. Dia ingin mengetahui kehendak Tuhan. Kemudian diketahui kalau dia setiap pulang kerja memasukan barang kekantongnya dan membawa itu kerumahnya. Dia tidak ingin melakukan kehendak Tuhan sama sekali, setidaknya menyenangkan Tuhan. Dia tidak ingin terjebak dalam pekerjaan baru karena lebih buruk dari yang lama. Motivasinya egois.

Orang itu tidak mengetahui tentang transformasi hidup. Tuhan berkata, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi.”152 Jika orang itu ingin melakukan kehendak Tuhan dia akan berhenti mencuri, mengakui dosanya dan mengganti semua yang sudah diambilnya. Untuk meminta bimbingan ilahi mengenai tawaran kerja sebelumnya hanyalah kemunafikan.

Orang Kristen diperintahkan untuk “berjalan dalam terang,”153 yang artinya berjalan dalam ketaatan pada firman Tuhan. Paulus berkata, “hiduplah sebagai anak-anak terang …..dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.”154 Cukup menarik, kalau kata membuktikan dan berkenan disini sama dengan kata Yunani dalam Romans 12:2 tentang kehendak Tuhan. Paulus meneguhkan bahwa kita harus berjalan dalam terang firman Tuhan jika kita ingin mengerti kehendak Tuhan.

Apakah anda pernah tersesat ditempat asing dan mencoba mengikuti pimpinan seorang dalam gelap? Itu hampir tidak mungkin. Demikian juga kegelapan selubung dosa menghalangi kemampuan kita mengerti pimpinan Tuhan. Kita harus hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan.

Sebagian orang menjadi kecil hati. “Bagaiman saya bisa mengetahui rencana Tuhan dalam hidup saya jika pertama kali saya harus mentaati semua yang dikatakan firman, saya bahkan tidak mengerti kata-katanya, atau apa harapan Tuhan bagi saya.” Jangan kecil hati. Orang lain juga tidak bisa. Kita semua masih belajar, dan Tuhan tidak mengharapkan manusia mengetahui semuanya. Saat kita belajar kebenaran dari Firman, kita mendapat kasih karunia dan mentaatinya serta membawa itu menjadi bagian hidup sehari-hari kita. Kemudian kita belajar kebenaran berikut dan menjadikan itu pola hidup kita. Itulah pertumbuhan rohani, dan dengan proses itu hidup kita bertahap ditransformasi.

Apakah anda mulai melihat jawaban pertanyaan Sharon diatas? Bagaimana kita bisa yakin kita ingin melakukan kehendaknya? Dengan melakukan apa yang sudah kita ketahui sebagai kehendaknya! Pertanyaan penting lainnya bukanlah, “apa yang Tuhan lakukan dengan masa depan kita?” tapi “apakah saya hidup sudah seperti keinginan Tuhan sekarang ini?” Saat melakukannya hari ini, kita bisa istirahat dengan keyakinan bahwa Tuhan akan membimbing kita besok.

    Memrogram ulang Komputer

Jika transformasi hidup merupakan kunci pengenalan kehendak Tuhan, maka kita perlu mengetahui bagaimana kita bisa berubah. Berikutnya Paulus membagikan rencana Tuhan untuk transformasi kita. Dengan memperbaharui pikiran kita.

Ilmu kedokteran mengatakan otak manusia seperti computer besar. Hasil yang diharapkan berasal dari apa yang dimasukan. Jika kita ingin hidup secara berbeda, kita perlu memprogram ulang komputernya, memperbaharui pikiran degnan memasukan informasi yang baru sehingga kita bisa memproses keputusan hidup kita. Informasi baru itu tentunya Firman Tuhan. Nasihat dari Rasul Petrua: “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.”155

Hal ini memerlukan program sistematis mengingat ayat Alkitab. Kita tidak bisa mendapat keluaran yang baik tanpa informasi yang ada dalam penyimpanan computer. Mendengar firman tidak cukup. Sebagian kita cepat lupa. Kita harus belajar Firman, masuk kedalam jiwa kita.

Tapi menghafal firman tidak mencukupi. Kita bisa mengetahui Alkitab tanpa pembaharuan pikiran dan transformasi hidup. Kita harus belajar menempatkan semua itu dalam hidup kita, menyelidiki relevansinya dalam hidup sehari – hari, dan kemudia mengaplikasikan kedalam peristiwa yang terjadi.

Sebagian orang Kristen telah membaca Alkitab dan mendengar kotbah selama bertahun-tahun sehingga menjadi terbiasa. Mereka tidak pernah dengan jujur mengaplikasikan kebenaran kedalam prilaku kehidupan mereka. Mereka pada dasarnya orang yang beretika dan bermoral. Mereka melakukan kehendak Tuhan karena itulah yang diajarkan pada mereka dan itulah cara hidup mereka. Tapi mereka tidak bertumbuh. Dihari-hari yang lain mereka tetap serupa dengan dunia karena mereka tidak membiarkan Tuhan memprogram ulang pikiran mereka dengan firmanNya.

Setiap hari kita menghadapi banyak pilihan sesuai dengan pikiran kita. Mari kita umpamakan, seorang muda masuk ketoko obat mengambil pasta gigi. Matanya melihat majalah dengan gadis telanjang didepannya. Apakah dia akan melihat terus pada godaan itu atau menolaknya dengan kuasa Roh Tuhan? Jika pikirannya terprogram oleh cara hidup dunia, dia akan terus melihatnya. Lagi pula, dia tidak menyakiti siapapun? Tidak ada yang melihatnya. Tapi jika dia deprogram oleh cara pandang Tuhan, dia akan menolaknya, karena Yesus berkata setiap orang yang melihat seorang wanita dengan berahi telah berzinah dengan hatinya.156

Atau mungkin para gadis disekolah dengan pakaian yang minim. Nama seorang “teman” muncul dalam pekerjaan dan informasi yang tidak baik muncul. Anda kebetulan memiliki sesuatu tentang gadis itu yang bisa menambah keasikan pembicaraan itu. Apakah anda akan membagikannya atau anda akan meminta kasih karunia dari Tuhan untuk mengubah pembicaraan kearah yang lebih berguna? Jika anda deprogram dengan cara dunia, anda pasti mengatakannya. Tapi jika Firman Tuhan memenuhi pikiran anda, anda akan mengalihkan percakapan kearah yang lebih baik. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”157

Mungkin anda seorang pekerja keras datang kerumah yang dipenuhi dengan kesulitan berurusan dengan orang lain. Tidak ada hal lain yang anda inginkan selain beristirahat danmenonton TV. Tapi anda menemukan istri anda tidak suka dan tertekan. “sayang” katanya, “aku membutuhkan pertolonganmu malam ini. Bisakah memberikan waktu bercakap-cakap bersama? Saya hanya perlu bercakap-cakap. Jika anda deprogram oleh dunia ini anda akan berkata “jangan bercanda, jangan malam ini! Hari ini ada pertandingan penting. Kamu bisa menahan itu.” Tapi jika anda deprogram dengan Firman Tuhan anda akan melihat itu seperti Kristus melihat gerejanya.,158 reaksi anda akan berbeda. Anda mungkin berkata seperti ini, “saya ingin menolong, mari duduk dan bicara. Engkau lebih penting dari pertandingan bola.”

Atau mungkin anda masuk kesupermarket dan anda melihat lampu yang indah. “Oh, seperti yang saya cari. Sangat cocok dengan ruang tamuku.” Tapi itu harganya sangat mahal sehingga jika anda membelinya anda perlu memotong persembahan buat Tuhan bulan ini, dan anda mungkin tidak bisa membayar orang yang memperbaiki lemari es anda. Jika anda deprogram dengan cara dunia ini anda akan membeli lampu itu dan berkata pada diri anda kalau Tuhan akan menemukan orang lain mendukung pekerjaan Tuhan bulan ini, dan tukang itu bisa menunggu sebulan untuk dibayar. Anda mungkin membelinya dengan kredit kard dan menambah tagihan. Tapi jika anda deprogram oleh “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga,”159 dan “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita,”160 anda mungkin pergi tanpa lampu itu. Anda tidak benar-benar membutuhkannya.

Firman Tuhan menyentuh setiap sisi kehidupan. Jika kita benar-benar serius tentang mengetahui dan melakukan kehendak Tuhan, maka kita akan sungguh-sungguh memprogram ulang pikiran kita dengan firman Tuhan dan menghadapi setiap situasi hidup dengan firman. Cara hidup seperti itu akan menyiapkan kita mengerti rencana Tuhan bagi hidup kita selangkah demi selangkah. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”161


94 Amsal 3:5, 6 (Berk.)

95 Ibrani 11:6

96 Yoh 17:3 (NIV)

97 Bilangan 13:33

98 Bilangan 14:8, 9 (TLB)

99 Keluaran 14:13 (NASB)

100 Mazmur 46:10 (KJV)

101 J. I. Packer, Knowing God, (InterVarsity Press, 1973), p. 19

102 Mazmur 18:2 (KJV)

103 Mazmur 27:1 (KJV)

104 Mazmur 46:1 (KJV)

105 Mazmur 139:7-12

106 Mazmur 147:5

107 Yesaya 46:10

108 Yeremia 32:17

109 Yoh 4:16

110 Mazmur 119:68

111 Lamentations 3:23

112 Yoh 10:27 (KJV)

113 Yoh 5:39, 40 (NIV)

114 Matius 4:4; 2 Timothy 3:16

115 Packer, op. cit., p. 27

116 Hosea 6:3 (TLB)

117 Mazmur 32:9 (NASB)

118 Roma 12:1, 2 (NIV)

119 Yakobus 4:17

120 Yoh 7:17 (NASB)

121 Mazmur 25:9 (KJV)

122 Mazmur 25:12 (NASB)

123 Kejadian 28:20-22 (TLB)

124 Cf. Kejadian 32:24-32

125 Yeremia 42:3 (TLB)

126 Yeremia 42:6 (TLB)

127 Yeremia 43:2 (TLB)

128 Yeremia 43:4 (TLB)

129 Bilangan 22:12

130 Bilangan 22:19 (TLB)

131 Amsal 16:25 (TLB)

132 Yoh 5:30 (NASB)

133 Luke 22:42 (NIV)

134 Cf. 1 Petrus 2:21

135 Luke 22:42 (NIV)

136 Cf. Roma 8:32; Yakobus 1:17

137 Mazmur 37:4

138 Yeremia 29:11 (TLB)

139 Mazmur 25:10 (TLB)

140 Philippians 2:13 (NASB)

141 Roma 12:2 (KJV)

142 Yoh 4:34

143 Yesaya 6:8 (KJV)

144 Cf. verse 9 ff.

145 Roma 12:2 (NIV)

146 Efesus 2:3 (KJV)

147 Marion H. Nelson, How to Know God's Will (Moody Press, 1963), pp. 24-35.

148 1 Timothy 5:8

149 Amsal 16:2 (NASB)

150 Mazmur 139:23, 24 (TLB)

151 Cf. 2 Corinthians 3:18 where this same word is used.

152 Efesus 4:28 (NIV)

153 Yoh 1:7

154 Efesus 5:8, 10 (KJV)

155 1 Petrus 2:2 (NASB)

156 Matius 5:28 (NIV)

157 Efesus 4:29 (NIV)

158 Efesus 5:25

159 Roma 13:8 (KJV)

160 2 Corinthians 9:7 (NIV)

161 Roma 12:2 (NIV)

Related Topics: Basics for Christians

Report Inappropriate Ad